Perjanjian Kredit PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT

Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008 9 Bersama manajer komersil dan credit support melakukan eksekusi jaminan apabila nasabah wanprestasi dan telah disetujui oleh kredit komite

B. Perjanjian Kredit

1. Perjanjian Kredit Secara Umum Kebutuhan dana bagi seseorang memang merupakan pemandangan sehari-hari, baik dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari, maupun dalam hal berusaha diberbagai bidang bisnis. Dilain pihak banyak juga orang atau kumpulan orang-orang atau lembaga maupun badan hukum yang justru kelebihan dana meskipun hanya bersifat sementara. Sehingga dana yang berlebihan tersebut perlu diinvestasikan dengan cara yang paling menguntungkan secara ekonomis ataupun sosial. Untuk mempertemukan keduanya terciptalah suatu institusi yang akan bertindak selaku kreditur yang akan menyediakan dana bagi debitur. Dari sinilah timbul perjanjian utang piutang atau pemberian kredit. Pada dasarnya pemberian kredit dapat diberikan oleh siapa saja yang memiliki kemampuan untuk itu melalui perjanjian utang piutang antara pemberi utang kreditur di satu pihak dan penerima pinjaman debitur dilain pihak. Setelah perjanjian tersebut disepakati, maka lahirlah kewajiban pada diri kreditur yaitu untuk menyerahkan uang yang diperjanjikan kepada debitur dengan hak untuk menerima kembali uang itu dari debitur pada waktunya, disertai dengan bunga yang disepakati oleh para pihak. Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008 Menurut Pasal 1 angka 11 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan bahwa, “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga” Dapat dikatakan dasar timbulnya kredit menurut Undang-undang Perbankan adalah perjanjian pinjam meminjam antara bank dengan debitur. Sehingga istilah kredit memiliki arti yang khusus yaitu meminjamkan uang. Dalam Pasal 1754 Kitab Undang-undang Hukum Perdata dikatakan bahwa perjanjian pinjam meminjam adalah persetujuan dengan mana pihak kesatu memberikan kepada pihak lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula. Demikian memberikan suatu wawasan tersendiri bahwa perjanjian kredit merupakan suatu jenis perjanijian tersendiri yang pada umumnya dibentuk oleh ketentuan-ketentuan dalam hukum perdata. Maka pada prinsipnya perjanjian kredit tidak berbeda dengan perjanjian-perjanjian lainnya, karena di dalam perjanjian kredit juga dijumpai hak-hak dan kewajiban dari masing-masing pihak baik kreditur maupun debitur, elemen kesepakatan, kemampuan bertindak dari para pihak, suatu sebab yang halal dan tentang sesuatu yang tertentu. Sehingga perjanjian kredit pun wajib Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008 memenuhi ketentuan umum mengenai perjanjian yang diatur dalam Kitab Undang- undang Hukum Perdata buku III Pasal 1233-1864 44 Pada prinsipnya kredit mengandung empat unsur yaitu: a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa yang akan benar- benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang. b. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberi prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterimanya pada masa yang akan datang. Dalam arti nilai agio dari uang yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang diterima pada masa yang akan datang. c. Degree of risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberi prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakian lama kredit diberikan semakin tinggi tingkat resikonya, karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu, maka hasil selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan yang menyebabkan timbulnya unsur resiko. Dengan adanya unsur resiko maka timbul jaminan dalam pemberian kredit. c. Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi dapat juga dalam bentuk barang atau jasa. Namun sekarang didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uang yang sering dijumpai dalam praktek perkreditan 45 Sedangkan menurut H. Moh. Tjoekam, unsur-unsur kredit adalah: a. Waktu, ada jarak antara saat persetujuan pemberian kredit dan pelunasannya b. Kepercayaan, melandasi pemberian kredit oleh pihak kreditur kepada debitur bahwa setelah jangka waktu tertentu debitur akan mengembalikannya sesuai kesepakatan yang disetujui oleh kedua belah pihak. c. Penyerahan, pihak kreditur menyerahkan nilai ekonomi kepada debitur yang harus dikembalikannya setelah jatuh tempo. d. Resiko, adanya resiko yang akan timbul sepanjang jarak antara saat memberikan dan pelunasannya. 44 Ignatius Ridwan Widyadharma, Hukum Sekitar Perjanjian Kredit, Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 1997, hlm 23 45 Thomas Suyatno, Op Cit, hlm 14 Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008 b. Persetujuan atau perjanjian, yang menyatakan bahwa antara kreditur dengan debitur terdapat suatu persetujuan dan dibuktikan dengan suatu perjanjian. 46 Djuhaendah Hasan menyatakan bahwa antara perjanjian pinjam meminjam dengan perjanjian kredit terdapat perbedaan diantaranya yaitu: a. Perjanjian kredit selalu bertujuan dan tujuan tersebut biasanya berkaitan dengan program pembangunan, biasanya dalam pemberian kredit sudah ditentukan tujuan penggunaan uang yang akan diterima tersebut sedangkan dalam perjanjian pinjam meminjam tidak ada ketentuan tersebut dan debitur dapat menggunakan uangnya secara bebas. b. Dalam perjanjian kredit sudah ditentukan bahwa pemberi kredit adalah bank atau lembaga pembiayaan dan tidak dimungkinkan diberikan oleh individu, sedangkan dalam perjanjian pinjam meminjam pemberi pinjaman dapat oleh individu. c. Pengaturan dalam perjanjian kredit berbeda dengan pinjam meminjam. Perjanjian pinjam meminjam berlaku ketentuan umum dari Buku III, Bab XIII KUH Perdata. Sedangkan perjanjian kredit selain berlaku ketentuan KUH Perdata juga berlaku ketentuan Undang-Undang Perbankan. d. Pada Perjanjian Kredit telah ditentukan bahwa pengembalian uang pinjaman harus disertai bunga, imbalan atau pembagian hasil. Sedangkan dalam perjanjian pinjam meminjam hanya berupa bungan saja dan bunga inipun harus ada apabila diperjanjkan. a. Pada perjanjian kredit bank harus mempunyai keyakinan akan kemampuan debitur akan pengembalian kredit yang diformulasikan dalam bentuk jaminan baik materiil maupun immaterial. Sedangkan dalam perjanjian pinjam meminjam jaminan merupakan pengaman bagi kepastian pelunasan hutang dan inipun baru ada apabila diperjanjikan dan jaminan ini hanya merupakan jaminan secara fisik atau materil saja. 47 Menurut Mariam Darus perjanjian kredit adalah “Perjanjian Pendahuluan” dari penyerahan uang, ini merupakan hasil pemufakatan antara pemberi dan penerima 46 H. Moh. Tjoekam, Op Cit, hlm 2-3 47 Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain Yang Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan Azas, Pemisahan Horizontal, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1996, hlm 174-175 Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008 pinjaman mengenai hubungan-hubungan hukum antara antara keduanya. Perjanjian ini bersifat konsensual obligatoir, sedangkan penyerahan uang bersifat riil. 48 Pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian kredit adalah pemberi dan penerima kredit. Dalam bidang perkreditan, pemberi kredit di sebut kreditur dan yang bertindak sebagai debitur tentunya adalah siapa saja yang mengambil kredit pada kreditur Bentuk dan format perjanjian ini dalam prakteknya diserahkan sepenuhnya kepada para pihak yang bersangkutan, namun demikian ada hal-hal yang harus menjadi pedoman yaitu bahwa perjanjian tersebut rumusannya tidak boleh kabur atau tidak jelas. Selain itu perjanjian tersebut harus memperhatikan keabsahan dan persyaratan secara hukum, sekaligus memuat secara jelas mengenai besarnya jumlah kredit serta persyaratan lainnya yang lazim dalam perjanjian kredit. Bentuk hukum perjanjian kredit tergantung pada sudut pandang mana pendekatan dilakukan. Dilihat dari materi dan isi perjanjian kredit merupakan perjanjian baku maupun perjanjian standar, karena hampir dari seluruh klausul-klasul yang dimuat dalam perjanjian kredit tersebut telah dibakukan, pada dasarnya isi dari perjanjian kredit telah dipersiapkan terlebih dahulu tanpa diperbincangkan dengan pemohon dan pemohon hanya dimintakan pendapat apakah dapat menerima syarat- syarat yang tercantum di dalam perjanjian tersebut. Menurut Mariam Darus Badrulzaman, “Perjanjian kredit tidak mempunyai bentuk yang berlaku umum, hanya saja dalam praktek ada banyak hal yang biasanya dicantumkan dalam perjanjian 48 Mariam Darus Badrulzaman, Op Cit, hlm 32 Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008 kredit misalnya berupa definisi istilah-istilah yang akan dipakai dalam perjanjian terutama dalam perjanjian kredit dengan pihak asing atau dikenal dengan loan agreement, jumlah dan batas waktu pinjaman, pembayaran kembali pinjaman repayment, mengenai apakah si peminjam berhak mengembalikan dana pinjaman lebih cepat dari ketentuan yang ada, penetapan bunga pinjaman, dan dendanya bila debitur lalai membayar bunga, terakhir dicantumkan berbagai klausula seperti hukum yang berlaku untuk perjanjian tersebut.” 49 2. Perjanjian kredit di Swamitra Untuk memperoleh pinjaman kredit di swamitra selain telah terdaftar sebagai anggota koperasi juga harus memenuhi beberapa persyaratan yang telah ditetapkan, yaitu: a. Pas foto 3 x 4 suami isteri sebanyak dua lembar b. Foto copy Kartu Tanda Penduduk suami isteri sebanyak lima lembar c. Foto copy Kartu Keluarga sebanyak lima lembar d. Map sebanyak dua lembar e. Foto copy surat izin usaha f. Foto copy dokumen, bukti kepemilikan yang akan menjadi jaminan g. Data-data keuangan, laporan rugi laba, catatan penjualan dan pembelian harian dan data harga yang dianggap perlu, akan tetapi dalam proses analisa pihak bank dapat meminta data-data lain yang dibutuhkan sepanjang itu berkaitan dengan proses kredit tersebut Untuk jenis jaminan yang dapat di agunkan pada koperasi swamitra terdiri dari: 49 Ibid, hlm 21 Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008 a. Surat tanah sertifikat hak milik, sertifikat hak guna bangunan, akta camat b. Kendaraan mobil, sepeda motor c. Surat kios, stand Untuk sertifikat hak guna bangunan, maka hak guna bangunan tersebut minimal masih tersisa lima tahun dan melampirkan surat izin bangunan serta foto copy Pajak Bumi dan Bangunan tahun terakhir. Untuk Akta Camat, maka debitur wajib melampirkan surat keterangan tidak silang sengketa dari pejabat yang berwenang. Untuk kendaraan bermotor maka debitur wajib menyerahkan Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotornya. Perjanjian kredit di swamitra dibuat dalam bentuk yang telah ditetapkan oleh swamitra, dengan jangka waktu yang di tetapkan berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak. Tapi pada umumnya jangka waktu peminjaman adalah satu tahun, dengan bunga 2,5 perbulan. 3. Sifat Perjanjian Kredit Perjanjian kredit apabila dilihat dari sifatnya merupakan perjanjian konsensual, artinya dengan ditandatanganinya perjanjian kredit antara debitur dengan kreditur tidak menyebabkan debitur dapat menarik kredit melainkan harus memenuhi syarat- syarat penarikan terlebih dahulu. Misalnya debitur harus menyerahkan barang jaminan yang telah di ikat sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau menyerahkan jaminan yang cukup. Perjanjian kredit dapat dikonstruksikan sebagai perjanjian pokok karena didalam perjanjian dapat terlaksana dengan adanya jaminan maka tidak dapat berdiri Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008 sendiri. Hal ini dikarenakan perjanjian kredit tersebut pada umumnya selalu diikuti dengan perjanjian ikutan accessoir berupa perjanjian jaminan. 50 Perjanjian pokok merupakan perjanjian untuk mendapatkan fasilitas kredit dari lembaga perbankan atau lembaga keuangan nonbank. Mengingat pemberian kredit mengandung resiko maka pemberian kredit harus di landasi oleh keyakinan kreditur atas kemampuan debitur untuk dapat melunasi hutangnya tepat pada waktunya dan jumlah yang sesuai dengan yang diperjanjikan. Sehingga dalam mengucurkan kredit, dilakukan dengan berpegang pada beberapa prinsip sebagai berikut: a. Prinsip kepercayaan Dalam pemberian kredit hendaknya di barengi dengan kepercayaan dari kreditur akan bermanfaatnya kredit bagi debitur dan sekaligus kepercayaan bahwa debitur dapat membayar kembali kreditnya b. Prinsip kehati-hatian Prinsip ini merupakan salah satu perwujudan dari prinsip kepercayaan dalam suatu pemberian kredit. Sebelum memberikan pinjaman kepada debitur, pihak kreditur melakukan beberapa langkah atau disebut juga sebagai prosedur pemberian kredit 50 Eugenia Liliawati Moejono, Tinjauan Yuridis Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Dalam Kaitannya Dengan Pemberian Kredit Oleh Perbankan, Harvavindo, 2003, hlm 18 Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008 yaitu dengan melakukan pengumpulan informasi, penilaian analisis kredit, keputusan kredit, pelaksanaan pencairan kredit. 51 c. Prinsip 7 P yaitu: 1 Personality, merupakan pencarian data tentang kepribadian si peminjam seperti riwayat hidupnya kelahiran, pendidikan, pengalaman, usaha atau pekerjaan, hobinya, keadaan keluarga isterisuami, anak social standing pergaulan dalam masyarakat serta bagaimana pendapat masyarakat tentang diri si peminjam, serta hal-hal lain yang erat hubungannya dengan kepribadian si peminjam. 2 Purpose, mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit. Apakah digunakan untuk berdagang, berproduksi atau untuk membeli rumah. Dan apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai dengan line of business kreditur bersangkutan. 3 Prospect, maksudnya adalah harapan masa depan dari bidang usaha atau kegiatan usaha si peminjam. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan usaha si peminjam selama beberapa bulantahun, perkembangan keadaan ekonomi sector usaha si peminjam, kekuatan keuangan perusahaan si peminjam pada masa lalu dan perkiraan masa mendatang. 4 Payment, mengetahui bagaimana pembayaran kembali pinjaman yang akan diberikan. Hal ini dapat diperoleh dari perhitungan tentang prospect, kelancaran penjualan, dan pendapatan sehingga dapat diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau dari waktu serta jumlah pengembaliannya. 52 4 Party, mengklasifikasikan nasabah kedalam identifikasi atau golongan- golongan tertentu berdasarkan moral, karakter dan loyalitasnya, dimana setiap klasifikasi nasabah. 5 Profitability, menganalisis bagaimana kemampuan nasabah mendapatkan laba diukur perperiode, apakah konstan atau meningkat dengan adanya pemberian kredit 5 Protection, bertujuan agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan- perlindungan dapat berupa jaminan barang, jaminan orang atau jaminan asuransi. 53 d. Prinsip 5C, dalam penjelasan Pasal 8 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan bahwa untuk memperoleh keyakinan atas 51 Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, Jakarta, Bumi Aksara, 1992, hlm 240 52 Muchdarsyah Sinungan, Op Cit, hlm 240-242 53 H. Malayu SP. Hasibuan, Op Cit, hlm 108 Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008 kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan, maka sebelum memberikan kredit pihak perbankan melakukan penilaian terhadap penerima pinjaman atau debitur yang meliputi: 1 Character watak, hampir sama dengan personality. Dengan melihat kepribadiannya maka dapat diketahui apakah ia dapat memenuhi kewajibannya atau tidak 2 Capacity kemampuan, seorang calon debitur juga harus diketahui kemampuannya dalam mengelola bisnisnya sehingga dapat diprediksikan kemampuan untuk melunasi hutangnya. 3 Capital modal, pemodalan dan kemampuan keuangan dari calon debitur memiliki hubungan langsung dengan tingkat kemampuannya dalam melunasi kredit. 4 Colateral agunan, jaminan ini bersifat sebagai jaminan tambahan karena jaminan utama kredit adalah kepribadian calon nasabah 5 Condition prospek usaha dari debitur, kondisi perekonomian secara mikro maupun makro merupakan faktor penting untuk dianalisa sebelum kredit diberikan terutama yang berhubungan langsung dengan bisnis pihak debitur. Untuk dapat memperoleh pinjaman kredit dari koperasi Swamitra, seorang calon debitur harus melengkapi syarat-syarat yang telah ditetapkan, salah satunya adalah terdaftar sebagai anggota koperasi. Sehingga yang bukan merupakan anggota Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008 koperasi swamitra harus mendaftar terlebih dahulu sebagai anggota koperasi swamitra dan memiliki tabungan di koperasi tersebut. hal ini disebabkan karena koperasi mengutamakan anggotanya. 54

D. Jaminan Pemberian Kredit