Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
2. Hak tanggungan atas tanah dan segala sesuatu yang melekat diatasnya
3. Jaminan fidusia atas benda-benda bergerak baik yang berwujud maupun
yang tidak berwujud yang telah ada atau yang akan ada di kemudian hari 4.
Hipotik atas kapal laut 20 m
3
dua puluh meter kubik dan pesawat udara 5.
Borgtoct personal guarantee 6.
Tanggung menanggung 1.
Perjanjian garansi
66
Di luar negeri lembaga jaminan dibagi menjadi dua macam yaitu: 1.
Lembaga jaminan dengan menguasai bendanya possessory security 2.
Lembaga jaminan tanpa menguasai bendanya.
67
Lembaga jaminan dengan menguasai bendanya adalah suatu lembaga jaminan, dimana benda yang dijaminkan berada pada penerima jaminan. Lembaga jaminan ini
dibagi menjadi empat macam, yaitu: a.
Mortgage, yaitu pembebanan jaminan atas benda tak bergerak b.
Chattel mortgage, yaitu mortgage atas benda-benda bergerak. Umumnya ialah mortgage atas kapal laut dan kapal terbang dengan tanpa menguasai
bendanya
c. Fiduciary transfer of ownership, yaitu perpindahan hak milik atas
kepercayaan yang dipakai jaminan hutang e.
Leasing, yaitu suatu perjanjian dimana si peminjam ease menyewa barang modal untuk usaha tertentu dengan pembayaran secara angsuran.
68
Penggolongan ini di maksudkan untuk mempermudah pihak debitur untuk
membebani hak-hak yang akan digunakan dalam pemasangan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit.
E. Jaminan Fidusia
66
H.Salim, Op Cit, hlm 25
67
Sri Soedewi Masjchoen, Hukum Jaminan di Indonesia: Pokok-pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Yogyakarta, Liberty, 2003, hlm 25-28
68
H. Salim, Op Cit, hlm 27
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
1. Pengertian jaminan fidusia
Jaminan fidusia dilatarbelakangi oleh ketentuan undang-undang yang mengatur tentang lembaga pand gadai mengandung banyak kekurangan, tidak memenuhi
kebutuhan masyarakat dan tidak dapat mengikuti perkembangan masyarakat. Dengan adanya berbagai kelemahan pada lembaga gadai, dalam praktek timbul lembaga baru
yaitu fidusia. Subekti mengatakan bahwa “dalam fidusia terkandung kata fides yang berarti
kepercayaan, pihak yang berhutang percaya bahwa pihak berpiutang memiliki barangnya itu hanya untuk jaminan.”
69
Mahadi menjelaskan bahwa “kata fidusia berasal dari kata Latin yang merupakan kata benda yang artinya kepercayaan terhadap
terhadap seseorang atau sesuatu, pengharapan yang besar. Selain itu terdapat kata “fidio” yang merupakan kata kerja yang berarti mempercayai seseorang atau
sesuatu.”
70
Dalam ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Jaminan Fidusia disebutkan bahwa “Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar
kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik.”
Berdasarkan hal tersebut diatas maka dapat dilihat bahwa hak milik atas benda yang diberikan sebagai jaminan, dialihkan oleh pemiliknya kepada kreditur penerima
jaminan, sehingga selanjutnya hak atas benda jaminan ada pada kreditur penerima
69
Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Yang Didambakan, Bandung, Alumni, 2004, hlm 39
70
Ibid
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
jaminan. Ciri inilah yang membedakan lembaga jaminan fidusia dari lembaga jaminan gadai. Pada gadai, benda jaminan sepanjang penjaminan itu berlangsung tetap menjadi
milik debitur pemberi gadai. Dengan berpegang kepada kata-kata “atas dasar kepercayaan” pada pengertian
fidusia menurut Undang-undang Jaminan Fidusia di atas, dapat ditafsirkan bahwa dengan penyerahan itu kreditur tidak benar-benar menjadi pemilik atas benda jaminan,
bahwa dengan berpegang pada penafsiran yang selama ini berlaku, hal itu berarti bahwa pemberi jaminan fidusia percaya, bahwa kalau nanti hutang yang diberikan
dengan jaminan fidusia dilunasi, maka hak milik atas benda jaminan akan kembali kepada pemberi jaminan fidusia.
71
Sedangkan menurut Pasal 1 angka 2 Undang-undang Jaminan Fidusia, yang dimaksud dengan jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani dengan Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tidak berada dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai agunan bagi pelunasan tertentu, yang
memberikan kedudukan yang di utamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya.
Pengertian di atas menurut Riduan syahrani, menggambarkan bahwa jaminan fidusia merupakan hak kebendaan yang memberikan jaminan pelunasan pembayaran
71
J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2002, hlm 160
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
utang debitur kepada kreditur. Utang debitur kepada kreditur di maksud bisa terjadi karena perjanjian maupun karena undang-undang yang berupa:
a. Utang yang telah ada
b. Utang yang timbul dikemudian hari yang telah diperjanjikan dalam jumlah
tertentu. Misalnya utang yang timbul dari pembayaran yang dilakukan oleh kreditur untuk kepentingan debitur dalam rangka pelaksanaan garansi bank
e. Utang yang pada saat eksekusi dapat di tentukan jumlahnya berdasarkan
perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban memenuhi suatu prestasi.
72
Lahirnya lembaga ini dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan yang mendesak dari pengusaha-pengusaha kecil, pengecer, pedagang menengah, pedagang grosir yang
memerlukan fasilitas kredit untuk usahanya Apabila kita mengkaji perkembangan yurisprudensi dan peraturan perundang-
undangan, yang menjadi dasar hukum berlakunya fidusia, dapat disajikan sebagai berikut:
a. Arrest Hoge Raad 1929, tertanggal 25 Januari 1929 tentang Bierbrouwerij
Arrest negeri Belanda b.
Arrest Hoggerechtshof 18 Agustus 1932 tentang BPM-Clynet Arrest Indonesia
a. Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 Lembaran Negara Republik
Indonesia 1999 Nomor 168 tentang Jaminan Fidusia, yang kemudian diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 86 tahun 2000 tentang
Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia Serta Seperangkat Peraturan Pelaksanaannya
73
Beberapa prinsip utama dari Jaminan Fidusia: a.
Bahwa secara riil, pemegang fidusia hanya berfungsi sebagai pemegang jaminan saja, bukan sebagai pemilik yang sebenarnya
b. Hak pemegang fidusia untuk mengeksekusi barang jaminan baru ada jika
ada wanprestasi dari pihak debitur
72
Riduan Syahrani, Op Cit, hlm 149-150
73
H. Salim, Op Cit, hlm 60-61
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
c. Apabila hutang sudah dilunasi, maka obyek jaminan fidusia harus
dikembalikan kepada pihak pemberi fidusia a.
Jika hasil penjualan eksekusi barang fidusia melebihi jumlah hutangnya maka sisa hasil penjualan harus dikembalikan kepada pemberi fidusia
74
Menurut Oey Hoey Tiong, konstruksi fidusia adalah penyerahan hak milik atas
barang-barang bergerak kepunyaan debitur kepada kreditur sedangkan penguasaan fisik atas barang itu tetap pada debitur constitutum Posesorium, dengan syarat bahwa
bilamana debitur melunasi utangnya maka kreditur harus mengembalikan hak milik atas barang-barang itu kepada debitur.
75
2. Asas-Asas Jaminan Fidusia
Secara umum ada beberapa asas yang berlaku bagi Hak Jaminan, baik Gadai, Fidusia, Hak Tanggungan, dan Hipotik. Menurut Sutan Remy Sjahdeni, asas-asas
tersebut adalah: a.
Hak Jaminan memberikan kedudukan yang didahulukan bagi kreditur pemegang hak jaminan terhadap para kreditur lainnya
b. Hak jaminan merupakan hak accessoir terhadap perjanjian pokok yang
dijamin tersebut. Perjanjian pokok yang dijamin itu ialah perjanjian utang piutang antara kreditur dan debitur. Artinya apabila perjanjian pokoknya
berakhir, maka perjanjian hak jaminan demi hukum berakhir pula
c. Hak jaminan memberikan hak separatis bagi kreditur pemegang hak
jaminan itu. Artinya benda yang dibebani dengan jaminan itu bukan merupakan harta pailit dalam hal debitur dinyatakan pailit oleh pengadilan
d. Hak jaminan merupakan hak kebendaan. Artinya, hak jaminan itu akan
selalu melekat di atas benda tersebut atau selalu mengikuti benda tersebut kepada siapapun juga benda beralih kepemilikannya. Sfat kebendaan dari
hak jaminan diatur dalam Pasal 528 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
e. Kreditur pemegang hak jaminan mempunyai kewenangan penuh untuk
melakukan eksekusi atas hak jaminannya. Artinya, kreditur pemegang hak jaminan itu berwenang untuk menjual sendiri, baik berdasarkan penetapan
74
Munir Fuady, Op. Cit, hlm 4
75
Oey Hoey Tiong, Op Cit, hlm 8
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
pengadilan maupun berdasarkan kekuasaan yang diberikan undang-undang, benda yang dibebani dengan hak jaminan tersebut untuk melunasi
piutangnya kepada debitur
g. Karena hak jaminan merupakan hak kebendaan, maka hak jaminan berlaku
bagi pihak ketiga. Oleh karena hak jaminan berlaku bagi pihak ketiga, maka terhadap hak jaminan berlaku asas publisitas. Artinya hak jaminan
tersebut harus didaftarkan di kantor pendaftaran hak jaminan yang bersangkutan. Asas publisitas tersebut dikecualikan bagi hak jaminan
gadai.
76
Sedangkan menurut Tan Kamello berdasarkan Undang-undang Jaminan Fidusia, asas- asas jaminan fidusia antara lain:
a. Bahwa kreditur penerima fidusia berkedudukan sebagai kreditur yang
diutamakan dari kreditur-kreditur lainnya b.
Bahwa jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada droit de suite atau
zaaksgevolg
c. Bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan yang lain disebut asas
asesoritas d.
Bahwa jaminan fidusia dapat diletakkan atas hutang yang baru akan ada kontinjen
e. Bahwa jaminan fidusia dapat dibebankan terhadap benda yang akan ada
f. Bahwa jaminan fidusia dapat dibebankan terhadap bangunanrumah yang
terdapat di atas tanah milik orang lain g.
Bahwa jaminan fidusia berisikan uraian secara detail terhadap subyek dan obyek jaminan fidusia
h. Bahwa pemberian jaminan fidusia harus orang yang memiliki kewenangan
hukum atas obyek jaminan fidusia i.
Bahwa jaminan fidusia harus didaftarkan ke kantor Pendaftaran fidusia j.
Bahwa benda yang dijadikan obyek jaminan fidusia tidak dapat dimiliki oleh kreditur penerima jaminan fidusia sekalipun itu diperjanjikan
k. Bahwa jaminan fidusia memberikan hak prioritas kepada kreditur penerima
fidusia yang terlebih dahulu mendaftarkan ke kantor pendaftaran fidusia dari pada kreditur yang mendaftarkan kemudian
l. Bahwa pemberi jamianan fidusia yang tetap menguasai benda jaminan
harus mempunyai itikad baik e.
Bahwa jaminan fidusia mudah dieksekusi
77
76
Sutan Remy Sjahdeni, Hak Jaminan Dan Kepailitan, Jakarta, Makalah yang di sampaikan dalam sosialisasi Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999, 9-10 Mei 2000, hlm 7
77
Tan Kamello, Op Cit, hlm159-170
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
Menurut M.Yahya Harahap yang dikutip oleh H.P. Panggabean mengenai asas jaminan fidusia itu antara lain:
a. Asas Spesialitas fixed loan, asas ini ditegaskan dalam Pasal 1 dan 2
Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Benda obyek jaminan fidusia merupakan agunan bagi pelunasan hutang tertentu
yang memberi kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya. Dengan demikian harus jelas tertentu benda
obyek jaminan fidusia serta dapat dipastikan atau diperhitungkan jumlah hutang debitur verrekiningbaar, deductable.
b. Asas Assessor, jaminan fidusia adalah perjanjian ikutan dari perjanjian
pokok yakni perjanjian hutang. Dengan demikian keabsahan perjanjian pokok dan penghapusan benda obyek jaminan fidusia tergantung pada
penghapusan perjanjian pokok.
c. Asas hak Preferen, memberi kedudukan hak yang didahulukan kepada
penerima fidusia kreditur terhadap kreditur lainnya. Kualitas hak didahulukan penerima fidusia tidak hapus karena adanya kepailitan dan
atau likuidasi
d. Yang dapat memberikan fidusia harus pemilik benda jika benda itu milik
pihak ketiga, maka pengikatan jaminan fidusia tidak boleh dengan kuasa substitusi, tetap harus langsung pemilik pihak ketiga yang bersangkutan
e. Dapat diberikan kepada lebih dari satu penerima atau kepada kuasa atau
wakil penerima fidusia. Ketentuan ini dimaksudkan dalam rangka pembiayaan kredit konsorsium
f. Larangan melakukan fidusia ulang terhadap benda obyek jaminan fidusia
yang sudah terdaftar. Apabila obyek jaminan fidusia sudah terdaftar, berarti menurut hukum obyek jaminan fidusia telah beralih kepada penerima
fidusia. Oleh karena itu, pemberian fidusia ulang merugikan kepentingan penerima fidusia
e. Asas Droit de Suite, jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang jadi obyek
jaminan fidusia dalam tangan siapa pun benda itu berada, kecuali keberadaannya berdasarkan penglihatan hak atas piutang cessie, dengan
demikian hak atas jaminan fidusia merupakan hak kebendaan mutlak in rem
78
Jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari perjanjian pokok yakni
perjanjian hutang piutang dan hal ini juga sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 4
78
H.P. Panggabean, Efektifitas Penegakan Hukum Terhadap Lembaga Fidusia Masalah Law Enforcement Terhadap UU Nomor 42 Tahun 1999, Bandung, makalah yang disampaikan dalam acara
Up Grading And Refresing Course, 27 Mei 2000, hlm 25
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
Undang-undang Jaminan Fidusia yaitu “jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk
memenuhi suatu prestasi” perjanjian yang menimbulkan hutang piutang dapat berupa perjanjian pinjam meminjam maupun perjanjian lainnya.
Dapat dikatakan bahwa dasar dari fidusia adalah suatu perjanjian, perikatan yang menimbulkan fidusia mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Antara pemberi fidusia dengan penerima fidusia terdapat suatu hubungan
perikatan, yang menerbitkan hak bagi kreditur untuk meminta penyerahan barang jaminan dari debitur secara constitutum possessorium
b. Perikatan tersebut adalah perikatan untuk memberikan sesuatu, karena
debitur menyerahkan suatu barang kepada secara constitutum possessorium kreditur
c. Perikatan dalam rangka pemberian fidusia merupakan perikatan yang
assessoir, yakni merupakan perikatan yang membuntuti perikatan lainnya perikatan pokok berupa perikatan hutang piutang
d. Perikatan fidusia tergolong ke dalam perikatan dengan syarat batal. Karena
jika hutangnya dilunasi, maka hak jaminannya secara fidusia menjadi hapus
e. Perikatan fidusia tergolong dalam perikatan yang bersumber dari suatu
perjanjian, yakni perjanjian fidusia f.
Perjanjian fidusia merupakan perjanjian yang tidak disebut secara khusus dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Karena itu, perjanjian ini
tergolong dalam perjanjian yang tidak bernama onbenoemde overeenkomst
a. Namun demikian tentu saja perjanjian kredit tersebut tetap tunduk kepada
ketentuan bagian umum dari perikatan yang terdapat dalam Kitab Undang- undang Hukum Perdata.
79
3. Subyek dan Obyek Jaminan Fidusia
79
Oey Hoey Tiong, Op Cit, hlm 32
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
Antara obyek jaminan fidusia dan subyek jaminan fidusia mempunyai kaitan yang erat. Adapun yang menjadi subyek dari jaminan fidusia adalah mereka yang
mengikatkan diri dalam perjanjian jaminan fidusia, yang dalam hal ini terdiri atas pemberi dan penerima fidusia.
Pasal 1 angka 5 Undang-undang Jaminan Fidusia yang menyatakan bahwa, “pemberi fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi pemilik benda yang
menjadi obyek jaminan fidusia.” Dan berdasarkan Pasal 1 angka 6 Undang-undang Jaminan Fidusia yang menyebutkan bahwa, “penerima fidusia adalah orang
perseorangan atau korporasi yang mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia,”
Sehubungan dengan penyebutan “perseorangan” sebagai pemberi fidusia dan penerima fidusia, maka hal ini sama dengan pemberi fidusia sebagai debitur
perseorangan atau individu dan penerima fidusia sebagai debitur perseorangan atau individu dalam suatu pengikatan jaminan fidusia.
Namun demikian, yang bertindak sebagai pemberi jaminan fidusia adalah baik debitur sendiri maupun pihak ketiga. Dalam hal pemberi jaminan adalah debitur
sendiri, maka disebut debitur pemberi fidusia, sedangkan dalam hal yang memberikan jaminan adalah pihak ketiga, maka disebut pihak ketiga pemberi fidusia.
80
80
Ibid, hlm 181
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
Antara obyek jaminan fidusia dengan subyek jaminan fidusia mempunyai kaitan yang erat. Berdasarkan Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan
fidusia, obyek jaminan fidusia dibagi dua macam yaitu: a.
Benda bergerak, baik yang berwujud maupun tidak berwujud c.
Benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dibebani hak tanggungan
81
Yang dimaksud dengan bangunan di sini adalah dalam kaitannya dengan bangunan rumah susun, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 16 tahun
1985 tentang rumah susun. Sedangkan menurut J.Satrio, bahwa yang menjadi obyek jaminan fidusia
adalah: a.
Benda bergerak b.
Benda tidak bergerak c.
Khusus yang berupa bangunan, yang tidak dibebani dengan hak tanggungan
m. Dan harus bisa dimiliki dan dialihkan
82
Menurut Undang-undang Fidusia Pasal 1 huruf 2 dan 3, serta Pasal 3 adapun
benda-benda yang dapat dijadikan objek jaminan fidusia adalah : a.
Benda tersebut harus dimiliki dan dialihkan secara hukum. b.
Dapat atas benda berwujud. c.
Dapat juga atas benda tidak berwujud termasuk piutang. d.
Benda bergerak. e.
Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan hak tanggungan.
81
H. Salim HS, Op. Cit, hlm 64
82
J. Satrio, Op. Cit, hlm 179
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
f. Baik atas benda yang sudah ada maupun terhadap benda yang akan diperoleh
kemudian hari. Dalam hal benda yang akan diperoleh kemudian, tidak diperlukan suatu akta pembebanan fidusia tersendiri.
Pasal 2 Undang-undang Fidusia memberikan batas ruang lingkup berlakunya fidusia yaitu berlaku terhadap setiap perjanjian yang bertujuan untuk membebani
benda dengan jaminan fidusia. Di pertegas dalam Pasal 3 menyatakan bahwa Undang- undang jaminan fidusia ini tidak berlaku terhadap:
a. Hak tanggungan yang berkaitan dengan tanah dan bangunan, sepanjang
peraturan perundangan yang berlaku menentukan jaminan atas benda-benda tersebut wajib didaftarkan. Namun bangunan di atas milik orang lain yang
tidak dapat dibebani hak tanggungan berdasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 dapat dijadikan objek jaminan fidusia.
b. Gadai.
Pihak pemberi fidusia sebagai pemilik benda adalah pemilik benda yang dibebani jaminan fidusia sehingga berwenang mengalihkan hak kepemilikan benda
tersebut, akan tetapi apabila benda yang menjadi obyek jaminan fidusia itu benda bergerak yang tidak terdaftar menurut undang-undang seperti barang perhiasaan
sangat sulit bagi penerima fidusia untuk menyelidiki apakah pemberi fidusia benar- benar sebagai pemilik atas benda itu, karena Pasal 1977 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata menentukan barangsiapa yang menguasai suatu kebendaan bergerak, ia dianggap sebagai pemilik.
83
83
Riduan Syahrani, Op Cit, hlm 151
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pasal 24 Undang-undang Jaminan Fidusia menyatakan bahwa penerima fidusia tidak menanggung kewajiban atas tindakan atau kelalaian pemberi fidusia, baik yang
timbul dari hubungan kontrak atau yang timbul dari perbuatan melanggar hukum sehubungan dengan penggunaan dan pengalihan benda yang menjadi obyek jaminan
fidusia.
84
F. Pelaksanaan Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi