Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
serta dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemerintah dalam menerapkan kebijakan dan peraturan-peraturan baru.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang ada sepanjang penelusuran yang dilakukan di kepustakaan khususnya di lingkungan Universitas Sumatera Utara, penelitian dengan
judul “KAJIAN YURIDIS PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA PADA KOPERASI SWAMITRA DI MEDAN” belum pernah dijumpai
dan belum pernah dilakukan penulis-penulis lain sebelumnya. Adapun penulisan tentang lembaga jaminan fidusia pernah dilakukan oleh beberapa penulis tetapi
cakupan dan lokasi penelitiannya berbeda, maka penulisan ini adalah asli dan dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori Teori diartikan sebagai suatu sistem yang berisikan preposisi-preposisi yang
telah diuji kebenarannya. Apabila berpedoman kepada teori maka seorang ilmuwan akan dapat menjelaskan, aneka macam gejala sosial yang dihadapinya walaupun hal
ini tidak selalu berarti adanya pemecahan terhadap masalah yang dihadapi.
13
Teori menggambarkan keteraturan atau hubungan dari gejala-gejala yang tidak berubah di
13
Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI-PRESS, 1986, hlm 6
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
bawah kondisi tertentu tanpa pengecualian. Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan atau petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala
yang dihadapi.
14
Dalam menganalisa penulisan ini digunakan teori sistem dari Mariam Darus Badrulzaman yang mengemukakan bahwa sistem adalah kumpulan asas-asas hukum
yang terpadu yang merupakan landasan di atas mana dibangun tertib hukum.
15
Adapun yang dimaksud dengan kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir- butir, pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan problem yang
menjadi perbandingan, pegangan teoritis.
16
a. Perjanjian Pada Umumnya
Ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang perjanjian terdapat dalam Buku Ke-III Kitab Undang-undang Hukum Perdata dengan judul “Perikatan”.
Kata perikatan mempunyai pengertian yang lebih luas daripada kata “perjanjian”. Dimana kata perikatan dapat diartikan sebagai “suatu hubungan hukum antara dua
orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi
14
Bandingkan Snelbecker dalam Lexy J. Moleong. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2000, hlm 57-58. Snelbecker menyatakan ada empat fungsi suatu teori, yaitu 1
mensistematikan penemuan-penemuan penelitian,2 menjadi pendorong untuk menyusun hipotesis membimbing peneliti untuk mencari jawaban-jawaban, 3 membuat ramalan atas dasar penemuan, dan
4 menyajikan penjelasan dan, dalam hal ini, untuk menjawab pertanyaan mengapa.
15
Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Bandung, Alumni, 1983, hlm 15
16
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung, Mandar Maju, 1994, hlm 80
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
tuntutan itu”.
17
Sedangkan perjanjian dapat diartikan: “sebagai suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lainnya atau dimana dua orang itu saling
berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal”.
18
Menurut Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lainnya atau lebih”. Berdasarkan pengertian di atas dapat diartikan hubungan antara perikatan
dengan perjanjian adalah perjanjian itu menerbitkan perikatan, sebab perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan selain undang-undang.
Para sarjana hukum perdata pada umumnya berpendapat bahwa definisi perjanjian yang terdapat di dalam ketentuan di atas adalah tidak lengkap dan pula
terlalu luas. Karena hanya mengenai perjanjian sepihak saja, tetapi mencakup sampai kepada lapangan hukum keluarga, seperti janji kawin yang merupakan perjanjian juga,
namun memiliki sifat yang berbeda dengan perjanjian yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata buku III kriterianya dapat dinilai secara materiil atau
uang.
19
Dari pengertian perjanjian yang telah dikemukakan di atas, agar suatu perjanjian mempunyai kekuatan maka harus dipenuhi syarat sahnya perjanjian
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yaitu:
1 Syarat subyektif, syarat ini apabila dilanggar maka perjanjian dapat dibatalkan yang meliputi,
a Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
b Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
17
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta, Internusa, 1992, hlm 1
18
Ibid, hlm 1
19
Mariam Darus Badrulzaman dan kawan-kawan, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung,Citra Aditya Bakti, 2001, hlm 65
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
2 Syarat obyektif, syarat ini apabila dilanggar maka perjanjian tersebut menjadi
batal demi hukum yang meliputi, a
Suatu hal obyek tertentu. b
Sebab yang halal. Kesepakatan di antara para pihak diatur dalam Pasal 1321-1328 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata dan kecakapan dalam rangka tindakan pribadi orang perorangan diatur dalam Pasal 1329-1331 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Syarat tersebut merupakan syarat subyektif yaitu syarat mengenai subyek hukum atau orangnya. Apabila syarat subyektif tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut dapat
dibatalkan. Sedangkan syarat obyektif diatur dalam Pasal 1332-1334 Kitab Undang- undang Hukum Perdata mengenai keharusannya adanya suatu obyek dalam perjanjian
dan Pasal 1335-1337 mengatur mengenai kewajibannya adanya suatu causa yang halal dalam setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak. Syarat tersebut merupakan syarat
objektif, apabila tidak dipenuhi maka perjanjian batal demi hukum. Mengenai kapan suatu perjanjian dikatakan terjadi antara para pihak, dalam
ilmu hukum kontrak dikenal beberapa teori, yaitu: 1
Teori Penawaran dan Penerimaan Bahwa pada prinsipnya suatu kesepakatan kehendak baru terjadi setelah
adanya penawaran offer dari salah satu pihak dan diikuti dengan penerimaan tawaran acceptance oleh pihak lain dalam perjanjian tersebut.
2 Teori Kehendak
Teori ini berusaha untuk menjelaskan jika ada kontroversi antara apa yang dikehendaki dengan apa yang dinyatakan dalam perjanjian, maka yang
berlaku adalah apa yang dikehendaki, sementara apa yang dinyatakan tersebut dianggap tidak berlaku.
3 Teori Pernyataan
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
Menurut teori ini, apabila ada kontroversi antara apa yang dikehendaki dengan apa yang dinyatakan, maka apa yang dinyatakan tersebutlah yang
berlaku. Sebab masyarakat menghendaki apa yang dinyatakan itu dapat dipegang.
4 Teori Pengiriman
Menurut teori ini suatu kata sepakat dapat terbentuk pada saat dikirimnya suatu jawaban oleh pihak yang kepadanya telah ditawarkan suatu
perjanjian, karena sejak saat pengiriman tersebut, sipengirim jawaban telah kehilangan kekuasaan atas surat yang dikirimnya itu.
5 Teori Pengetahuan
Menurut teori ini, suatu kata sepakat telah terbentuk pada saat orang yang menawarkan tersebut mengetahui bahwa penawarannya tersebut telah
disetujui oleh pihak lainnya. Jadi pengiriman jawaban saja oleh pihak yang menerima tawaran dianggap masih belum cukup, karena pihak yang
melakukan tawaran masih belum mengetahui diterimanya tawaran tersebut.
6 Teori Kepercayaan
Teori ini mengajarkan bahwa suatu kata sepakat dianggap telah terjadi manakala ada pernyataan yang secara obyektif dapat dipercaya.
20
Dalam hukum perjanjian terdapat beberapa asas penting yang perlu diketahui,
antara lain:
1 Asas kebebasan berkontrak.
Pasal 1320 angka 4 Kitab Undang-undang Hukum Perdata memberikan hak kepada para pihak yang membuat dan mengadakan perjanjian diperbolehkan
untuk menyusun dan membuat kesepakatan apa saja dengan siapa saja, selama dan sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan
ketertiban umum. Sebagaimana diatur dalam Pasal 1337 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
2 Asas Konsensualitas
20
Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2001, hlm 8
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
Dengan sistem terbuka yang dianut Buku III Kitab Undang-undang Hukum Perdata, hukum perjanjian memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
para pihak untuk membuat perjanjian yang akan mengikat mereka sebagai undang-undang, selama dan sepanjang dapat dicapai kesepakatan oleh para
pihak dan dilaksanakan dengan itikad baik, sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Walaupun demikian, untuk
menjaga kepentingan debitur yang berkewajiban untuk memenuhi prestasi maka diadakanlah bentuk-bentuk formalitas atau dipersyaratkan adanya suatu
tindakan tertentu. Ketentuan mengenai ini dapat ditemui dalam rumusan pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
3 Asas Personalia
Asas ini diatur dan dapat ditemui dalam Pasal 1315 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
21
yang dipertegas dengan Pasal 1340 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Maksud dari asas ini, bahwa perjanjian itu hanya mengikat
para pihak yang membuatnya. Secara spesifik ketentuan pasal ini menunjuk kewenangan bertindak seseorang untuk dan atas nama dirinya sendiri.
Selanjutnya Kitab Undang-undang Hukum Perdata tidak menyebutkan tentang jenis-jenis perjanjian. Jenis-jenis perjanjian hanya ada dalam teori, adapun jenisnya
adalah: 1
Perjanjian timbal balik dan perjanjian sepihak.
21
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta, Liberty, 1986, hlm 33
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang memenuhi prestasinya atau pelaksanaan hak dan kewajiban secara timbal balik sehingga pada saat yang
sama suatu pihak memiliki hak dan sekaligus memiliki kewajiban. Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang pemenuhan kewajiban dan haknya
hanya sepihak saja. Jadi pihak yang satu hanya berkewajiban saja tidak berhak dan pihak yang lain hanya berhak saja tidak berkewajiban
2 Perjanjian bernama dan perjanjian tidak bernama.
Perjanjian bernama benoemd adalah perjanjian yang sudah ada atau sudah ditentukan namanya secara khusus di dalam undang-undang. Hak dan
kewajiban para pihakpun sudah diatur dalam undang-undang. Perjanjian bernama terdapat dalam Bab V sampai dengan Bab XVIII Kitab Undang-
undang Hukum Perdata. Perjanjian tidak bernama onbenoemd overeenskomst adalah perjanjian yang tidak ditentukan namanya atau tidak diatur dalam
undang-undang, tetapi terdapat dan berlaku dalam masyarakat. Perjanjian ini lahir berdasarkan pada asas kebebasan berkontrak.
3 Perjanjian obligator dan kebendaan.
Perjanjian obligator adalah perjanjian yang baru haknya pada tahap menimbulkan hak dan kewajiban saja. Pada saat perjanjian ini lahir para pihak
sudah terikat untuk melaksanakannya, tetapi belum mengakibatkan berpindahnya hak milik atas benda. Hak milik atas benda baru berpindah
setelah dilakukan penyerahan benda levering. Perjanjian penyerahan benda
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
yang mengakibatkan berpindahnya hak milik atas benda itu disebut dengan perjanjian kebendaan.
4 Perjanjian konsensuil, riil dan formil.
Perjanjian konsesuil adalah perjanjian yang sudah lahir pada saat terjadinya kata sepakat artinya sejak terjadi kesepakatan perjanjian, perjanjian itu telah
menimbulkan hak dan kewajiban. Kalau perjanjian mensyaratkan harus ada penyerahan atau levering maka perjanjian seperti itu disebut perjanjian riil.
Kalau masih disyaratkan perjanjian itu dibuat secara tertulis baik menurut format tertentu atau tidak maka perjanjian seperti ini disebut perjanjian formil.
b. Perjanjian Kredit
Perjanjian pada umumnya dibuat dengan maksud dan tujuan yang beraneka macam, salah satu tujuan tersebut berkaitan dengan pemberian atau permintaan kredit.
Istilah kredit dikenal dalam bahasa Yunani “Credere” yang berarti percaya atau to believe atau to trust.
22
Oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Maksud dari kepercayaan bagi si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit
bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit yang merupakan penerima kepercayaan
mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati.
22
H. Moh. Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial Konsep Teknik Kasus, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1999, hlm 12
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
Sedangkan pengertian kredit menurut Pasal 1 angka 11 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan dan selanjutnya disebut dengan Undang-undang
Perbankan menyatakan: “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka
waktu dengan pemberian bunga”.
Dalam Undang-undang Perbankan tidak ditemukan istilah dari “perjanjian kredit”. Istilah perjanjian kredit dapat kita lihat dalam instruksi pemerintah yang
ditujukan kepada masyarakat bank yang menyatakan bahwa dalam setiap pemberian kredit bentuk apapun bank wajib menggunakan akad perjanjian kredit.
23
Secara umum jenis-jenis kredit dapat dibedakan berdasarkan sudut pendekatan yang dilakukan, antara lain:
1 Berdasarkan tujuankegunaannya,
a Kredit konsumtif adalah kredit yang dipergunakan untuk kebutuhan
sendiri bersama keluarganya, kredit ini tidak produktif. b
Kredit modal kerja kredit perdagangan yaitu kredit yang dipergunakan untuk meningkatkan modal usaha debitur.
c Kredit investasi yaitu kredit yang dipergunakan untuk investasi
produktif tetapi baru akan menghasilkan dalam jangka waktu yang relatif lama, biasanya kredit ini diberikan graceperiod, misalnya kredit
untuk perkebunan kelapa sawit.
2 Berdasarkan sektor perekonomian,
a Kredit pertanian yaitu kredit yang diberikan kepada perkebunan,
peternakan, dan perikanan b
Kredit perindustrian yaitu kredit yang disalurkan kepada beraneka macam industri kecil, menengah, dan besar
c Kredit pertambangan yaitu kredit yang disalurkan kepada beraneka
macam pertambangan d
Kredit ekspor impor yaitu kredit yang diberikan kepada eksportir dan importir beraneka barang
e Kredit koperasi yaitu kredit yang diberikan kepada jenis-jenis koperasi
f Kredit profesi yaitu kredit yang diberikan kepada beraneka macam
profesi seperti dokter dan guru 3
Berdasarkan agunanjaminannya,
23
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1992, hlm 21
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
a Kredit agunan orang yaitu kredit yang diberikan dengan agunan
seseorang terhadap debitur bersangkutan b
Kredit agunan efek yaitu kredit yang diberikan dengan agunan efek- efek dan surat-surat berharga
c Kredit agunan barang yaitu kredit yang diberikan dengan agunan
barang tetap, barang bergerak dan logam mulia, kredit ini harus memperhatikan hukum perdata Pasal 1132 sampai dengan 1139
d Kredit agunan dokumen yaitu kredit yang diberikan dengan jaminan
dokumen transaksi, seperti letter of credit LC 4
Berdasarkan penarikan dan pelunasan a
Kredit rekening koran kredit perdagangan kredit yang dapat ditarik dan dilunasi setiap saat, besarnya sesuai dengan kebutuhan; penarikan
dengan cek, bilyet giro atau pemindah bukuan. Pelunasannya dengan setoran-setoran bunga dihitung dari saldo harian pinjaman saja bukan
dari besarnya plafond kredit. Kredit rekening koran baru dapat ditarik setelah plafond kredit disetujui.
c Kredit berjangka yaitu kredit yang penarikannya sekaligus sebesar
plafondnya. Pelunasan dilakukan setelah jangka waktunya habis. Pelunasan bisa di lakukan secara cicilan atau sekaligus tergantung
kepada perjanjian.
24
5 Berdasarkan jangka waktunya,
a Kredit jangka pendek merupakan kredit yang memiliki jangka waktu
kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun, digunakan untuk keperluan modal kerja.
b Kredit jangka menengah, jangka waktunya berkisar satu sampai tiga
tahun. Biasanya digunakan untuk investasi. a
Kredit jangka panjang, jangka waktunya berkisar 3 sampai 5 tahun digunakan untuk investasi jangka panjang.
25
Tujuan utama dalam pemberian kredit adalah untuk mendapatkan keuntungan atau profitability yang diterima dalam bentuk bunga. Selain itu harus disesuaikan
dengan dasar falsafah negara. Khususnya bagi bank pemerintah yang akan melaksanakan tugasnya sebagai agen pembangunan yang artinya :
24
H. Malayu SP. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta, Citra Aditya Bakti, 2001, hlm 88-90
25
Thomas Suyatno, dan kawan-kawan, Dasar Dasar Perkreditan, Jakarta, STIE Perbanas Gramedia Pustaka Utama, 1995 hlm 26
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
1 Turut mensukseskan program pemerintah dibidang ekonomi dan
pembangunan. 2
Meningkatkan aktifitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.
1 Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat
memperluas usahanya.
26
Adapun tujuan pemberian kredit yang lainnya adalah: 1
Bagi kreditur bank a Pemberian kredit merupakan sumber utama pendapatan.
b Pemberian kredit merupakan perangsang produk-produk lainnya dalam persaingan.
c Perkreditan merupakan instrumen penjaga likuidasi, solvabilitas dan profitabilitas.
2 Bagi debitur
a Kredit berfungsi sebagai sarana untuk membuat kegiatan usaha makin lancar dan performance kinerja usaha semakin baik daripada sebelumnya.
b. Kredit memperluas kesempatan berusaha dan bekerja dalam perusahaan. 3
Bagi Masyarakat. a
Kredit mengurangi pengangguran, karena membuka peluang berusaha, bekerja dan pemerataan pendapatan.
e Kredit meningkatkan fungsi pasar karena adanya peningkatan daya beli.
27
Sedangkan kredit itu sendiri memiliki fungsi, sebagai berikut :
26
Ibid, .hlm 15
27
H. Moh. Tjoekom, Op Cit, hlm 5
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
1 Untuk meningkatkan daya guna uang, apabila uang disimpan saja tidak
akan menghasilkan sesuatu yang berguna, dengan pemberian kredit uang tersebut untuk menghasilkan barang atau jasa oleh penerima kredit.
2 Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, dengan pemberian
kredit uang itu akan beredar dari wilayah satu ke wilayah yang lain. 3
Untuk meningkatkan daya guna barang, dengan pemberian kredit kepada debitur dapat digunakan untuk mengelola barang yang tadinya tidak
berguna menjadi berguna atau bermanfaat.
4 Meningkatkan peredaran barang. Kredit dapat pula menambah atau
memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lain. 5
Sebagai alat stabilitas ekonomi, dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat.
6 Untuk meningkatkan kegairahan berusaha.
28
a. Jaminan Fidusia
Fidusia merupakan istilah yang sudah lama dikenal dalam bahasa Indonesia. Undang-undang khusus yang mengatur tentang hal ini yaitu Undang-undang Nomor
42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, juga menggunakan istilah “fidusia”. Dengan demikian fidusia sudah merupakan istilah resmi dalam dunia hukum.
Fidusia, menurut asal katanya berasal dari kata fides yang berarti “kepercayaan”
29
. Dari definisi diatas dapat diambil pengertian bahwa fidusia adalah suatu penyerahan hak milik atas dasar kepercayaan, bukan sebagai gadai dan bukan
juga sebagai pemindahan hak milik, tetapi ikatan timbal balik atas dasar kepercayaan. Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia pengertian dari fidusia adalah: “pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan, dengan ketentuan bahwa benda yang hak
kepemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda.”
28
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta, Rajawali Pers, 2003, hlm 97
29
Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, Jakarta, Rajawali Pers, 2000, hlm 113
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
Sedangkan istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu zekerheid atau cautie, mencakup secara umum cara-cara kreditur menjamin
dipenuhinya tagihan di samping pertanggung jawaban umum debitur terhadap barang- barangnya. Menurut Hartono Hadisoeprapto jaminan adalah sesuatu yang diberikan
kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajian yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan.
30
Menurut Pasal 1 ayat 2 Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, pengertian dari pada jaminan fidusia adalah “hak jaminan atas benda bergerak
baik yang berwujud maupun tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat di bebani hak tanggungan yang tetap berada dalam
penguasaan pemberi fidusia sebagai agunan bagi perlunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur
lainnya.”
31
Jaminan fidusia ini demi hukum hapus sebagai mana yang terdapat dalam pasal 25 Undang-undang Fidusia yaitu:
1 Hapusnya hutang yang dijamin dengan fidusia.
2 Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia.
3 Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia.
Adanya jaminan fidusia tergantung pada adanya piutang yang dijamin pelunasannya. Apabila piutang tersebut hapus karena hapusnya hutang atau karena
30
H. Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2004, hlm 21-22
31
H. Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung, Alumni, 2004, hlm 149
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
pelepasan hak maka dengan sendirinya jaminan fidusia yang bersangkutan menjadi hapus. Hapusnya hutang ini antara lain dibuktikan dengan bukti pelunasan atau bukti
hapusnya hutang berupa keterangan yang dibuat oleh kreditur. Apabila objek jaminan fidusia musnah dan benda tersebut diasuransikan maka klaim asuransi akan menjadi
pengganti objek jaminan fidusia tersebut.
2. Konsepsi
Konsep berasal dari bahasa Latin, conceptus yang memiliki arti sebagai suatu kegiatan atau proses berfikir, daya berfikir khususnya penalaran dan pertimbangan.
32
Konsepsi merupakan salah waktu bagian terpenting deri teori konsepsi yang diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang
konkrit yang disebut dengan operational definition. Pentingnya definisi operasional tersebut adalah untuk menghindari perbedaan pengertian atau penafsiran mendua
dubius, dari suatu istilah yang dipakai dan dapat ditemukan suatu kebenaran.
33
Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lainnya atau lebih.
32
Komaruddin dan Yooke Tjuparmah Komaruddin, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, Jakarta, Bumi Aksara, 2000, hlm 122
33
Rusdi Malik, Penemu Agama Dalam Hukum Di Indonesia, Jakarta, Universitas Trisakti, hlm 15
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
Hukum Jaminan adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur
hubungan hukum antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit.
34
Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud
maupun tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dibebani hak tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai
agunan bagi perlunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang di utamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya.
35
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
36
G. Metode Penelitian