Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
koperasi swamitra harus mendaftar terlebih dahulu sebagai anggota koperasi swamitra dan memiliki tabungan di koperasi tersebut. hal ini disebabkan karena koperasi
mengutamakan anggotanya.
54
D. Jaminan Pemberian Kredit
Kebutuhan akan tersedianya dana dalam praktek bisnis memunculkan suatu lembaga yang bertindak sebagai penyedia dana. Dana tersebut dapat berasal dari
dalam maupun luar negeri yang biasanya disalurkan melalui lembaga perbankan maupun lembaga keuangan. Kedua lembaga ini bersifat sebagai perantara keuangan
financial intermediaries yaitu perantara antara pemilik dana dengan peminjam dana.
55
Oleh karena penyedia dana kreditur meminjamkan uangnya kepada peminjam dana debitur, sehingga demi menjaga kelancaran pengembalian dana
tersebut diikat dengan hak jaminan. Jaminan berasal dari kata jamin yang berarti tanggung sehingga jaminan dapat
di artikan sebagai tanggungan. Dalam hal ini yang di maksud adalah tanggungan atas segala perikatan dari seseorang. Tanggungan atas segala perikatan seseorang di sebut
sebagai jaminan secara umum sedangkan tanggungan atas perikatan tertentu dari seseorang di sebut jaminan secara khusus.
56
54
Wawancara dengan Supriyanto,SE, Manajer Operasional Koperasi Swamitra, di Medan, 12 Mei 2007
55
Arie Sukamti Hutagalung, Transaksi Berjamin, Jakarta, Fakultas Hukum UI, 2005, hlm 649
56
Oey Hoey Tiong, Op Cit, hlm 14
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pengaturan umum tentang jaminan diatur dalam ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata, dimana ditentukan bahwa segala kebendaan pihak yang berutang debitur
baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatan
perseorangan. Jaminan menurut Undang-undang Perbankan diberi arti sebagai “keyakinan
akan itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang di
perjanjikan.”
57
Di dalam seminar Badan Pembinaan Hukum Nasional yang diselenggarakan di Yogyakarta, dari tanggal 20 s.d. 30 Juli 1977 disimpulkan pengertian jaminan.
Jaminan adalah “menjamin dipenuhinya kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan hukum. Oleh karena itu, hukum jaminan erat sekali
dengan hukum benda”
58
Hartono Hadisoeprapto dan M. Bahsan berpendapat bahwa jaminan adalah “sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur
akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan.”
59
57
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2001, hlm 282
58
H. Salim, Op Cit, hlm. 22
59
Ibid
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
Dengan adanya pemberian jaminan oleh pihak debitur kepada kreditur, dimaksudkan dapat memberikan keyakinan bahwa kredit akan dilunasi sesuai dengan
perjanjian. Untuk dapat memberikan keyakinan tersebut maka sesuatu yang menjadi jaminan tersebut harus memenuhi persyaratan baik secara hukumyuridis maupun
secara ekonomis yang baik dan benar. Syarat-syarat hukumyuridis meliputi: 1.
Jaminan harus mempunyai wujud nyata tangiable 2.
Jaminan harus merupakan milik debitur dengan bukti surat-surat autentiknya
3. Jika jaminan berupa barang yang dikuasakan pemiliknya harus ikut
menandatangani akad kredit 4.
Jaminan tidak sedang dalam proses pengadilan 5.
Jaminan bukan sedang dalam keadaan sengketa 1.
Jaminan bukan yang terkena proyek pemerintah
60
Syarat-syarat ekonomis jaminan: 1.
Jaminan harus mempunyai nilai ekonomis pasar 2.
Nilai jaminan kredit harus lebih besar dari pada plafond kreditnya 3.
Marketability yaitu jaminan harus mempunyai pasar yang cukup luas atau mudah dijual
4. Ascertainability of value yaitu jaminan kredit yang diajukan oleh debitur
harus mempunyai standar harga tertentu harga pasar 3.
Transferable yaitu jaminan kredit byang diajukan debitur harus mudah di pindah tangankan baik secara fisik maupun secara hukum
61
Oleh karena lembaga jaminan mempunyai tugas melancarkan dan mengamankan pemberian kredit, maka jaminan yang baik ideal adalah:
1. Yang dapat secara mudah membantu memperoleh kredit itu oleh pihak
yang memerlukannya 2.
Yang tidak melemahkan potensi kekuatan si pencari kredit untuk melakukan meneruskan usahanya
1. Yang memberikan kepastian kepada si pemberi kredit, dalam arti
bahwabarang jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, yaitu bila
60
H. Malayu SP Hasibuan, Op Cit, hlm 110
61
Ibid, hlm 111
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
perlu dapat mudah diuangkan untuk melunasi hutangnya si penerima pengambil kredit
62
Setiap pemberian kredit mengandung resiko tidak lancarnya pembayaran
kembali terhadap kredit yang telah disalurkan, untuk itu perlu diantisipasi dengan pemberian jaminan yang cukup aman. Oleh karena jaminan ini bertujuan untuk
menjamin pelaksanaan perjanjian kredit, maka sifat dari perjanjian ini adalah accessoir yaitu perjanjian yang mengikuti perjanjian pokok.
Barang-barang yang diterima kreditur sebagai jaminan harus dikuasai atau diikat secara yuridis, baik berupa akta di bawah tangan maupun akta otentik.
Kegunaan jaminan adalah untuk: 1.
Memberikan hak dan kekuasaan kepada kreditur untuk mendapatkan pelunasan dari hasil penjualan barang-barang jaminan tersebut apabila
debitur cidera janji, yaitu tidak membayar kembali utangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian
2. Menjamin agar debitur berperan serta di dalam transaksi untuk membiayai
usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya, dapat
dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk dapat berbuat demikian diperkecil terjadinya
1. Memberikan dorongan kepada debiturtertagih untuk memenuhi perjanjian
kredit, khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat- syarat yang telah di setujui agar ia tidak kehilangan kekayaan yang telah di
jaminkan kepada
63
Menurut sifatnya ada jaminan yang bersifat umum, yaitu jaminan yang
diberikan bagi kepentingan semua kreditur dan menyangkut semua harta debitur sebagaimana diatur dalam Pasal 1131 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, dan ada
62
R. Subekti, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1996, hlm 3
63
Thomas Suyatno, Op Cit, hlm 88
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008
juga jaminan yang bersifat khusus yaitu jaminan atas pelunasan kewajiban hutang debitur kepada keditur tertentu, baik secara kebendaan maupun perorangan.
Timbulnya jaminan khusus dikarenakan adanya perjanjian yang khusus diadakan antara debitur dan kreditur, yang berupa:
1. Jaminan perorangan adalah suatu perjanjian antara seorang berpiutang
kreditur dengan seorang ketiga, yang menjamin dipenuhinya kewajiban- kewajiban si berhutang debitur. Ia bahkan dapat diadakan diluar tanpa
pengetahuan si berhutang tersebut.
1. Jaminan kebendaan adalah suatu bagian dari kekayaan seseorang, si
pemberi jaminan dan menyediakannya guna pemenuhan pembayaran kewajiban hutang seorang debitur, baik berupa kekayaan si debitur
sendiri atau kekayaan si debitur sendiri atau kekayaan orang ketiga.
64
Jaminan yang bersifat kebendaan dilembagakan dalam bentuk hipotik, hak tanggungan, fidusia dan gadai. Jaminan kebendaan ini merupakan hak kebendaan yang
wajib memenuhi asas pencatatan dan asas publisitas agar dapat melahirkan hak mutlak atas kebendaan yang dijaminkan tersebut. Adapun ciri-ciri jaminan kebendaan adalah
sebagai berikut: 1.
Berhubungan langsung atas kebendaan tertentu 2.
Dapat dipertahankan terhadap siapapun 3.
Selalu mengikuti bendanya droit de suit 4.
Dapat dialihkan 4.
Memberikan hak mendahului droit de preference kepada pemegang hak jaminan kebendaan tersebut atas penjualan kebendaan yang dijaminkan
secara hal kebendaan tersebut jika debitur melakukan wanprestasi atas kewajibannya terhadap kreditur.
65
Jaminan kebendaan dapat digolongkan sebagai berikut: 1.
Gadai atas deposito
64
Hartono Hadi Soeprapto, Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, Yogyakarta, Liberty, 1984, hlm 50
65
Gunawan Wijaya Ahmad Yani, Op Cit, hlm 80
Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008 USU e-Repository © 2008