Membangun Dialog Politik. Implementasi Dialog Centre for Dialogue and Cooperation amongs

kepentingan masing-masing, tapi setidaknya CDCC sudah berupaya menyatukan partai-partai Islam demi membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Dalam melakukan control terhadap pemerintah, CDCC menjelang pemilu selalu mengkritisi jalannya pemilu. Pemilu adalah agenda penting untuk mendorong demokratisasi yang sudah berjalan cukup baik di Indonesia guna melanjutkan proses reformasi di semua kehidupan bangsa. Oleh karena itu CDCC kepada pemerintah meminta untuk meningkatkan segala upaya agar pemilu dapat berlangsung sesuai jadwal, aman, tertib dan berkualitas. Sementara itu kepada KPU dan seluruh jajarannya, CDCC berharap agar mereka bertindak sebagai wasit yang jujur dan adil dengan menghindari setiap bentuk penyimpangan dan ketidakjujuran. Sedangkan, kepada semua partai politik peserta pemilu dan segenap caleg untuk senantiasa berpegang teguh pada etika politik, jiwa sportivitas,dan semangat bersaing secara sehat tetap bersaing secara sehat tetap menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa. Masyarakat juga diminta untuk berpartisipasi dalam mendorong terlaksana pemilu secara damai dan berkualitas. Hak politik masyarakat juga diminta CDCC untuk disalurkan sesuai dengan pilihan masing-masing. Pada dialog yang berkenaan dengan pemilu, CDCC mengundang para tokoh lintas agama. meraka menyuarakan agar seluruh masyarakat Indonesia menggunakan hak pilihnya dengan sebaik-baiknya dan meraka pun meminta KPU untuk bersikap netral. Seperti yang diserukan oleh Din Syamsudin agar rakyat menggunakan hak politik dengan cerdas, merdeka, dan bertanggung jawab. 72 Esensi dialog berkenaan pemilu adalah mendesak pemerintah untuk memberikan hak politik rakyat yang tidak bisa mengikuti pemilu karena alasan tertentu. Seperti yang diutarakan oleh Ilham Munzir, “Menjelang pemilu CDCC selalu mengadakan diskusi dan dialog untuk mendesak pemerintah guna memberikan hak suara rakyat yang belum terdaftar pada DPT Daftar Pemilu Tetap dan sebagai alternatifnya dengan menunjukan KTP domisi masing-masing.” 73 Sesuai dengan pernyataan di atas maka CDCC berusaha mewujudkan nilia-nilai demokrasi di Indonesia ini, karena menghargai hak-hak suara rakyat yang belum terakomodasi dengan baik karena hal hal yang mungkin disengaja atau tidak disengaja oleh pemerintah. CDCC juga berharap melalui tokoh-tokoh agama, bagi seluruh rakyat Indonesia, diharap dapat mensukseskan seluruh rangkaian proses pemilu dengan menjaga persatuan kerukunan dan perdamaian. Seluruh umat beragama juga memanjatkan doa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing supaya pemilu bisa berlangsung dengan lancar, damai dan beradab. Pada pertemuan yang dilakukan oleh CDCC dihadiri oleh tokoh liintas agama, yaitu Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsudin, Ketua MUI Amidan, Konferensi Wali Gereja Indonesia KWI Y Dwi Hartanto PR, Pendeta Gultom dari PGI, Lieus Sungkanarisma dari Budha, Rusli dari Walubi, Gustaf Dupe dari SKKJ, dan Lumban Raja dari BKSG. 72 CDCC News, artikel diakses pada tanggal 10 Januari 2011dari http: www.cdccfoundation.org 73 Wawancara dengan Ilham Munzir, Jakarta 21 November 2010. Setelah pemilu berlangsung berjalan damai dan memutuskan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono sebagai President dan Wakil President, CDCC tetap melakukan kritik terhadap jalannya pemerintah seperti dialog tentang pentingnya oposisi, seperti diutarakan dalam kutipan wawancara di bawah ini, “Setelah pemilu CDCC selalu membincangkan pentingnya oposisi. Karena melihat SBY berhasil mengakomodir sebagian partai-partai besar untuk berkoalisi masuk dalam pemerintahan, melihat hal ini CDCC ragu untuk terbentuknya pemerintahan yang baik karena tidak adanya check and balance sehingga sangat buruk terhadap demokrasi.” 74 Seperti yang kita ketahui bersama, setelah kemenangan partai Demokrat dan terpilihnya SBY sebagai president, seolah-oleh mereka yang paling berkuasa, dengan mengakomodir seluruh partai untuk koalisi terhadap pemerintahan, hal itu menurut hasil dialog merupakan hal yang kurang baik terhadap jalannya demokrasi di bangsa ini, karena tidak adanya check and balance. Check and balance sangat diperlukan pada negara demokrasi seperti Indonesia, dengan adanya kontrol dan pengawasan maka pemerintah bisa berjalan tidak semaunya sendiri. Dengan adanya pengawasan maka setiap keputusan- keputusan akan memihak kepada masyarakat dan tidak otoriter hanya mementingkan kepentingan kelompoknya. Pengawasan yang dilakukan oleh CDCC adalah dengan memfasilitasi dialog-dialog yang berkaitan dengan kebangsaan. Dialog-dialog yang dilakukan seperti dialog yang membahas tentang kasus Century yang dilakukan oleh tokoh- tokoh lintas agama dengan topik bahaya korupsi terhadap kesejahteraan bangsa. 74 Wawancara pribadi dengan Ilham Munzir, Jakarta 21 November 2010. Dialog yang berkaitan dengan korupsi tersebut mengundang oleh Romo Beni, Abdul Mu’ti dan Bahtiar Effendi. Mereka menyepakati bahwa korupsi akan menghancurkan eksistensi bangsa Indonesia dari segala lini kehidupan. Lini moral kejujuran yang diharapkan bisa membangun bangsa hancur karena perampokan terhadap bangsa tetap berjalan. Lini kemanusiaan pun hancur karena para koruptor merampok harta negara, dengan perampokan itu berarti meraka merampas hak rakyat untuk menghirup udara kesejahteraan dan kemakmuran, sehingga meraka hidup dalam garis kemiskinan dan kebodohan karena ulah tangan para koruptor bangsa ini. Konsep ruang publik merupakan tempat bagi publik untuk mengekspresikan kebebasan dan otonomi mereka. Ruang publik bisa berwujud kebebasan pers, bebebasan berpartai, kebebasan berakal sehat, kebebasan berkeyakinan, kebebasan berunjuk rasa, kebebasan membela diri, kebebasan membela komunitas, otonomi daerah, independensi, dan keadilan sistem hukum. Berdasarkan konsep ruang publik diatas, maka CDCC juga bersama ormas keagamaan selalu mengkritisi jalannya pemerintahan dengan membentuk Gerakan Indonesia Bersih. Pada gerakan ini CDCC sebagai fasilitator. Puncak gerakan ini adalah dengan turun kejalan bersama mahasiswa, aktivis dan tokoh agama untuk memperingati hari korupsi sedunia dengan melakukan demonstrasi di depan Istana President dengan menyuarakan agar pemerintah yang dipimpin oleh SBY tegas dalam membrantas korupsi di bangsa ini dengan secara cepat untuk menangani kasus Century dan kasus korupsi lainnya yang terjadi di bangsa ini.

3. Membangun Dialog Budaya.

Apabila mengacu pada aliansi peradaban sebagai wujud upanya mengatasi benturan peraban yang dipikirkan oleh Samuel Huntington, dialog antar budaya harus kita lakukan. Seperti yang diutarakan oleh Ali Alatas, mantan menteri Luar Negeri RI, bahwa Aliansi Peradaban-peradaban menegaskan kembali bahwa seluruh bangsa dan masyarakat saling interdependen dan bahkan terkait satu sama lain dalam pembangunan, keamanan, dan kesejahteraan, serta berusaha membangun perasaan saling menghargai dan menempa kemauan politik, serta langkah terencana dan terpadu pada tingkat pemerintah, institusional, dan masyarakat madani untuk mengatasi prasangka. Untuk memenimalisir perasaan saling curiga dan saling tidak percaya antara budaya yang satu dengan budaya lainnya, maka diperlukannya tempat untuk mempertemukannya. Tempat itu adalah forum dialog antar budaya. Forum dialog itu diharapkan antara budaya yang satu dengan budaya lainnya bisa saling mengenal dan memahami, sehingga perasaan saling curiga bisa terhapuskan. Sejalan dengan pernyataan Abdul Mu’ti bahwasanya CDCC mepunyai nilai perjuangan yang besrsifat Equality, seperti dalam kutipan wawancara dibawah ini, “CDCC tidak berada pada posisi yang menyatakan bahwa satu peradaban atau kebudayaan lebih tinggi dari satu kebudayaan dan peradaban yang lain, karena untuk terciptanya suatu dialog dan kerjasama harus ada prinsip equality dengan mengakui kelemahan-kelemahan dan keunggulan- keunggulan prestasi yang dicapai oleh peradaban-peradaban masyarakat- masyarakat yang ada di belahan dunia yang berbeda-beda. Karena itu pada aspek equality itu melekat dengan plurality atau pluralitas kerena mengakui adanya perbedaan agama, peradaban dan kebudayaan akan tetapi sesungguhnya mereka memiliki kesetaraan atau bahkan dalam berbagai hal mereka mempunyai kesamaan antara yang satu dengan yang lainnya”. 75 Untuk mewujudkan nialai equqlity tersebut maka CDCC berupaya mewujudkan hal tersebut melalui mempertemuan kebudayaan yang berbeda dengan forum dialog. CDCC merupakan bagian dari Indonesia. Indonesia merupakan bagian dari peradaban dunia yang cukup kaya dan maju sejak beberapa abad lalu, sejak Majapahit, Sriwijaya dan Mataram. Sekarang sebagai negara bangsa yang besar dan kaya dengan sumber daya alam dan modal budaya yang relevan dengan kemajuan. Indonesia sangat potensial untuk bangkit sebagai sub peradaban yang maju. Oleh karena itu, kata Din, peradaban-peradaban dunia lain, seperti Barat, Cina,dan Rusia dapat menjadikan Indonesia sebagai mitra strategis dalam membangun peradaban dunia baru yang maju dan beradab. Dalam upaya membangun dialog antar kebudayan, CDCC melakukan suatu kegiatan kebudayaan antara Indonesia dan Rusia. Kegiatan tersebut adalah malam apresiasi puisi Rusia. Seperti ungkapan para pepatah tak kenal maka tak sayang, acara apresiasi puisi Rusia ini menjadi media untuk mengetahui secara dekat kebudayaan dan keberadaan masyarakat Rusia. Pada malam apresiasi puisi ini Rusia diperkenalkan melalui puisi. Pada malam apresiasi ini seniman Rusia memperkenalkan bangsa dan negaranya melalui puisi para pujangganya yang mengisahkan kehidupan masyarakat pada masa perang melawan fasisme dan setelah kemerdekaan. Puisi merupakan cerminan sebuah bangsa dan negara, karena puisi seseorang bisa mendalami pengetahuan tentang perkembangan sejarah, budaya 75 Wawancara pribadi dengan Abdul Mu’ti, Jakarta 8 Sepetember 2010 dan watak suatu negara. Menurut Duta Besar Rusia untuk Indonesia Alexander Ivanov pada acara malam apreasi puisi tersebut mengutarakan, melalui puisi para pujangga terkenal Rusia yang dibacakan di kantor CDCC seperti Sergay Esenim, Musa Djalil, Robert Rozhdestwensky, David Somailow,dan Igor Saruhanov memberikan informasi perjalanan sejarah bangsa Rusia. 76 Di sisi lain Din Syamsudin selaku ketua CDCC mengutarakan bahwa karya puisi pujangga Rusia abad 20-21 itu memiliki dimensi religius yang sangat kuat. Hal ini tercermin pada penggalan puisi “Saya Cuma Orang Sambil Lalu” karya Esenin yang menuliskan bahwa di tengah-tengah dosa-dosa dunia ada kerinduan dan rasa sedih untuk kembali kepada penciptanya dan mengabdi kepada tanah air. Selain itu, juga mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan yang mendalam. Karena itu, melalui apresiasi puisi dan lagu ini antara Indonesia dan Rusia bisa saling mengenal dan mencintai sebagai sesama manusia, sehingga tercapai tata dunia yang damai. Pada acara malam apresiasi puisi Rusia Veronika Novoseltseva menterjemahkan secara sepontan lagu “Ayat-ayat Cinta” pada pembukaan acara tersebut. Hal ini sebagai wujud usaha saling menghargai antara kebudayaan kedua negara ini. Mengenai hubungan antara Indonesia dan Rusia selama ini sudah tergabung dalam Aliansi Straregi Rusia dan Dunia Islam. Melalu forum ini, permasalahan yang terkait dengan masalah umat dibahas dan dicari solusinya, karena CDCC selalu dikunjungi oleh pemuka agama Rusia, salah satunya adalah petinggi agama Kristen Ortodoks Rusia, termasuk president akademi Rusia untuk 76 CDCC News, artikel diakses pada tanggal 12 Januari 2011dari http: www.cdccfoundation.org bisnis. Dengan kerjasama ini kedua negara ini bisa saling mengerti dan memahami sehingga terbentuk kerjasama yang damai. Dalam melakukan dialog tentang kebudayaan, CDCC juga mendorong proses proses perspektif budaya yang tinggi, terbuka dan diterima oleh seluruh aspirasi baik itu minoritas ataupun mayoritas, karena CDCC mempunyai nilai kesetaraan dalam melakukan dialog. Sejalan dengan pendapat Eep Saefullah Fatah mengutarakan bahwa Publik adalah warga negara yang mempunyai keberanian untuk menegaskan eksistensi dirinya, hal ini menarik untuk kutip. “Publik adalah warga negara yang memiliki kesadaran akan dirinya, hak- haknya, kepentingan-kepentingannya. Publik adalah warga negara yang memiliki keberanian menegaskan eksistensi dirinya, memperjuangkan pemenuhan hak-haknya, dan mendesak agar kepentingan-kepentingannya terakomodasi. Sehingga publik bukanlah kategori pasif, melainkan aktif. Publik bukan kerumunan massa yang diam mass of silent.” 77 Contoh dari dialog yang terbuka tentang budaya adalah tentang masalah pemanasan global global warming. CDCC bukan hanya mendiskusi hal ini dengan pakar-pakar yang seperti dilakukan oleh kelompok lain dengan mengundang ahli lingkungan hidup atau dari pemerintahan, tapi CDCC mendorong serta melakukan dialog dengan mengumpulkan tokoh-tokoh adat yang selama ini dipinggirkan untuk membahas tentang masalah pemanasan global, seperti kutipan wawancara di bawah ini, “Dialog yang pernah lakukan yaitu dalam level elit, seperti isu tentang global warming. CDCC mengumpulkan tokoh-tokoh adat yang salama ini dipinggirkan, mereka dikumpulkan untuk membahas tentang global warming dalam perspektif mereka”. 78 77 Eep Saefulloh Fatah, Zaman Kesempatan : Agenda-Agenda Besar Demokratisasi Pasca Orde Baru , Bandung : Mizan, 2000, h. 269-270. 78 Wawancara Pribadi dengan Piet Hizbullah Khaidir, Jakarta 8 Desember 2010.