peran sosial adalah seperangkat pola kelakuan lahiriah dan batiniah yang harus diikuti oleh individu yang bersangkutan. Misalnya, bagaimana
seseorang pengurus lembaga sosial yang fokus terhadap permasalahan anak jalanan dengan mampu memahami karakter anak-anak jalanan,
bagaimana harus bersikap terhadap mereka. 3.
Peran sosial dilakukan oleh perorangan atau kelompok tertentu, misalnya sebuah LSM atau Yayasan.
4. Pelaku peran sosial mendapatkan tempat tertentu dalam tangga
masyarakat. Seperti halnya dengan suatu pementasan sebuah drama, pelaku-pelaku yang menjalankan peran sosial diberi tempat dalam tangga
masyarakat. 5.
Dalam peran sosial terkandung harapan-harapan yang khas dari masyarakat. Setiap peranan sosial adalah sejumlah harapan yang hendak
diwujudkan, juga harapan dari orang banyak yang realisasinya diserahkan kepada seorang atau beberapa pelaku. Isi harapan dari masyarakat adalah
supaya peran tugas sosial tersebut dilakukan menurut norma dan peraturan yang telah ditentukan.
6. Dalam peran sosial ada gaya khaas tertentu. Setiap peran yang dipegang
oleh individu atau kelompok memiliki harapan yang berbeda sesuai dengan konsennya. Misalnya lembaga yang menangani masalah
kerukunan antar umat beragama, maka penjiwaannya harus seperti karakterisik orang-orang yang menghargai toleransi dan pluralitas.
B. Ruang Publik dan Civil Society.
CDCC merupakan bagian dari civil society yang mempunyai peran dalam penguatan ruang publik yang bebas. Oleh kerena itu pada kajian teori ini penulis
ingin membahas tentang Ruang Publik dan civil society guna membantu dalam penulisan skripsi ini.
Menurut penulis untuk mewujudkan ruang publik yang bebas maka harus terbentuknya dulu civil society. Dalam pengembangan konsep civil society dalam
sebuah bangsa akan sangat terkait dengan prakondisi-prakondisi atau modalitas domestik yang bangsa itu miliki. Sejarah membuktikan, bangsa-bangsa di dunia
yang memiliki tradisi civil society bagus selalu didahului oleh pengalaman sejarah yang panjang dalam mendefinisikan civil society sesuai dengan konteks ruang dan
waktu masing-masing. Artinya, pengembangan tradisi kehidupan civil society tidak mungkin dilakukan ditengah-tengah ruang historis yang kosong.
Pengaplikasian civil society pada hari ini akan terkait dengan kajadian historis kemarin, dan pengaplikasian civil society kedepan akan sangat tergantung pada
pengembanagn konsep pada hari ini.
16
Untuk mendefinisikan terma civil society sangat bergantung pada kondisi sosial kultural suatu bangsa, karena bagaimanapun konsep civil society merupakan
bangunan terma yang lahir dari sejarah pergulatan bangsa Eropa Barat. Sebagai titik tolak, di sini akan penulis kemukakan beberapa definisi civil
society sebagaimana yang di paparkan Dede Rosyada.
17
16
Masdar Hilmy, Islam Profetik; Substansi Nilai-Nilai Agama Dalam Ruang Publik
Yogyakarta: Kanisius,2008, h. 41
17
Rosyada, dkk, Pendidikan Kewargaan Civic Edukation: Demokrasi, Hak AsasiManusia dan Masyarakat Madani,
h. 238-240
pertama,
definisi yang dikemukakan oleh Zbigniew Rau dengan latar belakang kajiannya pada kawasan Eropa Timur dan Uni Sovyet. Ia mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan civil society merupakan suatu masyarakat yang berkembang dari sejarah, yang mengandalkan ruang di mana individu dan
perkumpulan tempat mereka bergabung, bersaing, satu sama lain guna mencapai nilai-nilai yang mereka yakini. Ruang ini timbul di antara hubungan-hubungan
yang menyangkut kewajiban mereka terhadap Negara. Oleh karenanya, maka yang dimaksud civil society adalah sebuah ruang yang bebas dari pengaruh dan
kekuasaan Negara. Tiadanya pengaruh keluarga dan kekuasaan Negara dalam masyarakat ini diekspresikan dalam gambaran masyarakat yang individualisme,
pasar dan pluralisme.
Kedua,
yang digambarkan oleh Han Sung-Joo dengan latar belakang kasus Korea Selatan. Ia mengatakan bahwa civil society merupakan sebuah kerangka
hukum yang melindungi dan menjamin hak-hak dasar individu, perkumpulan sukarela yang terbebas dari Negara, suatu ruang publik yang mampu
mengartikulasikan isu-isu politik, gerakan warga Negara yang mampu mengendalikan diri dan independen, yang secara bersama-sama mengkuti norma
dan budaya yang menjadi identitas dan solidaritas yang terbentuk serta pada akhirnya akan terdapat kelompok inti dalam civil society ini.
Ketiga,
definisi yang dikemukakan oleh Kim Sunhyuk, juga dalam kontek Korea Selatan. Ia mengatakan bahwa yang dimaksud dengan civil society adalah
suatu satuan yang terdiri dari kelompok-kelompok yang secara mandiri menghimpun dirinya dan gerakan-gerakan dalam masyarakat secara relatif
otonom dari Negara, yang merupakan satuan-satuan dasar dari reproduksi dan masyarakat politik yang mampu melakukan kegiatan politik dalam suatu ruang
publik, guna menyatakan kepedulian mereka dan menunjukan kepentingan- kepentingan mereka menurut prinsip-prinsip pluralisme dan pengelolaan yang
mandiri. Menurut Muhammad AS Hikam, pengertian civil society dengan
memegang konsep de Tocquiville adalah wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terorganisir dan bercirikan antara lain kesukarelaan, keswasembadaaan, dan
keswadayaan, kemandirian tinggi berhadapan dengan Negara dan keterkaitan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti oleh warganya.
18
Sejalan dengan penjelasan definisi civil society yang penulis paparkan di atas, penulis akan menghubungkan dengan penulisan skripsi ini yang berkaitan
dengan penguatan ruang publik yang bebas. Definisi civil society dalam penelitian ini adalah suatu lembaga yang murni dibentuk oleh masyarakat sipil yang
menyediakan ruang publik yang bebas dari pengaruh negara dan independent untuk membicarakan atau mendiskusikan hal-hal yang relevan yang sedang
dihadapi oleh warga negara, baik dalam hal ekonomi, agama dan politik. Sebagai ruang politik, civil society merupakan suatu wilayah yang
menjalin berlangsungnya prilaku, tindakan dan refleksi mandiri, tidak terkungkung oleh kondisi kehidupan material, dan tidak terperangkat di dalam
jaring-jaring kelembagaan politik resmi. Di dalamnya tersirat pentingnya suatu ruang publik yang bebas, tempat di mana transaksi komunikasi yang bebas bisa
18
Muhammad AS Hikam, Civil Society dan Masyarakat Indonesia; Mencari Konsep , Keberadaan, dan Strategi Mewujudkan Civil Society di Indonesia
Jakarta: LP3ES,1998, h. 5-8