Tujuan Diperintahkannya Jihad JIHAD DALAM AL-QURAN

45 4. Mewaspadai intrik dan tipu-daya setan yang banyak sekali. Sebagiannya ada yang tampak, seperti minuman keras, judi, dan wanita.

C. Tujuan Diperintahkannya Jihad

Tegaknya kalimat tauhid membutuhkan lahan yang subur bagi persemaiannya, serta membutuhkan pupuk untuk menumbuh-suburkan dalam pemeliharaan orang-orang yang beriman. Di samping itu, kalimat tauhid yang Allah mandatkan kepada rasulullah SAW menghajatkan pribadi-pribadi yang kokoh serta kuat dan senantiasa siap menghalau segala rintangan yang menghadang. Agar kalimat Allah tercermin dalam segala kebajikan yang senantiasa diupayakan untuk dapat terwujud dalam segala aspek kehidupan di dunia. Seluruh kewajiban yang ada di dalam agama Islam memiliki hikmah dan kemaslahatan yang tidak akan kembali kepada Allah, karena Allah Maha Kaya atas semesta alam. Hikmah dan kemaslahatan tersebut hanya akan kembali kepada manusia. Di dalam Islam tidak hanya cukup memerintahkan seorang hamba untuk menyembah Allah dalam bentuk shalat, shaum, dan tasbîh pada waktu petang dan pagi. Islam pun tidak cukup memerintahkan umat untuk menyembah Allah dengan cara mengeluarkan sebagian hanrtanya dalam bentuk zakat yang berfungsi sebagai penyucian dan bantuan bagi orang-orang lemah. Islam pun tidak cukup untuk memerintahkan seorang Muslim untuk menyembah Allah dengan cara pergi haji ke Ka‟bah. Hal tersebut di atas tidak cukup dilakukan oleh seorang Muslim selama dunia penuh dengan kebatilan, kerusakan, serta orang-orang yang menentang 46 kebaikan. Umat Muslim bukanlah umat yang menerima apa-adanya kebatilan dan kezaliman sementara ia hanya berdiam diri di rumah tanpa melakukan tindakan pencegahan. Ibadah yang dilakukan seorang Muslim harus menjadi modal untuk melawan segala bentuk keburukan, sebagaimana ibadah zakat sebagai saham dalam melakukan kebaikan dan hidup di akhirat. Inilah yang disebut jihad di jalan Allah, yaitu mencurhkan kemampuan dengan jiwa, harta, akal, dan lisan untuk membela kebenaran. Ibadah tersebut bukan ibadah ritual sya‟â‟îriyyah seperti shalat dan haji, melaikan ibadah yang dilakukan dengan niat dan tujuan serta mengandung nilai muamalah. 52 Seorang Muslim diperintahkan untuk melakukan kewajiban jihad sama seperti ia diperintahkan untuk shalat, shaum, dan zakat. Allah SWT berfirman:               “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan- Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” Q.s. al- Mâ‟idah [5]: 35 Dan firman Allah                                      52 Yusuf Qrdhawi, FIQIH JIHAD, h. 6. 47                           “Hai orang-orang yang beriman, rukulah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. dia Telah memilih kamu dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. Ikutilah agama orang tuamu Ibrahim. dia Allah Telah menamai kamu sekalian orang- orang muslim dari dahulu, dan begitu pula dalam Al Quran ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka Dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. dia adalah Pelindungmu, Maka dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong.” Q.s. al-Hajj [22]: 77-78 Allah SWT menjadikan jihad sebagai barometer dan bukti keimanan yang nyata, serta untuk mengingkari kaum yang mengaku beriman tetapi enggan melakukan pengorbanan dan jihad. firman Allah SWT yang menggambarkan realitas tersebut tertera di dalam Al-Quran, 53 kemudian Allah menjelaskan bahwa mereka bukan kaum Mukmin yang sejati serta menjelaskan bahwa orientasi jihad adalah sebagai sebuah manifestasi keimanan seseorang, bukan hanya iman itu sekedar ucapan yang keluar dari mulut, melalui firman-Nya:                     53 QS. al- Hujurât ayat 14 yang berbunyi: “Orang-orang Arab Badui itu berkata: Kami Telah beriman. Katakanlah: Kamu belum beriman, tapi Katakanlah kami Telah tunduk, Karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ”. baca: DEPERTEMAN AGAMA RI, AL-QURAN DAN TERJEMAHANNYA, Bandung: Diponegoro, 1995, h. 413. 48 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang- orang yang benar.” Q.s. al-Hujurât [49]: 15 Seorang Muslim adalah pemilik risalah-komprehensif, risalah tersebut tidak layak diemban orang-orang negatif dan mengisolasi diri. Risalah ini hanya layak diemban oleh orang-orang positif dan mujahid. Risalah tersebut adalah risalah yang memiliki tujuan agar kebenaran dan keadilan menjadi kendali serta petunjuk kepada kebaikan dan istiqamah ada di mana-mana sehingga kalimat Allah menjadi yang paling tinggi di bumi-Nya. Risalah Islam ini datang untuk melawan kelemahan di dalam hati, kekeliruan di dalam berfikir, penyimpangan di dalam perilaku, kezaliman di dalam kehidupan sosial, penindasan di dalam kehidupan bernegara, dan kezaliman antar manusia. Allah SWT menjadikan kehidupan di alam semesta ini dalam bentuk berpasang-pasangan. Ada kebaikan yang bersandingan dengan kejahatan serta kenikmatan dan rasa sakit, manusia memiliki akal dan insting serta sehat dan sakit. Dunia diiringi oleh cahaya dan kegelapan serta malam dan siang, dalam dunia materi ada cahaya dan kegelapan sedangkan di dunia gaib ada malaikat dan setan. Manusia pun memiliki potensi kebaikan dan kuburukan, jiwa kebaikan manusia diberikan oleh malaikat dan jiwa keburukan manusia dibisikan oleh setan. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, tidak ada sesuatu apapun yang tersembunyi dari-Nya, baik di langit maupun di bumi. Dari berbagai ayat-ayat yang berbicara masalah jihad sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya tampak empat unsur pokok jihad, di mana antara yang satu dan yang lainnya saling berkaitan dengan tambahan satu unsur sebagai unsur kelima di luar sistem. Keempat unsur pertama adalah pelaku, tujuan sarana 49 dan objek. Unsur kelima yang terdapat di luar sistem tidak lain adalah pihak yang member tugas jihad, yaitu Allah SWT. Berdasarkan uraian terhadap ayat-ayat jihad yang terdahulu , pihak yang diseru untuk mengemban tugas jihad yaitu Rasulullah dan orang-orang beriman sebagai pelaku jihad lihat di dalam Q.s. al-Nisâ [4]: 76. Unsur yang kedua adalah sarana jihad yang mencakup jiwa raga dan harta benda, hal itu meliputi segala sarana fisik dan non-fisik. Lisan dan pena termasuk di antara sarana-sarana yang dapat dipergunakan untuk berjihad, dengan kata lain dalam seluruh aspek kehidupan dapat dijumpai sarana-sarana yang bisa dipergunakan untuk berjihad. Kemudian unsur selanjutnya adalah tujuan jihad, yaitu esensi tegaknya agama Islam di muka bumi ini serta untuk menguji keabsahan iman seorang hamba. Unsur yang keempat yaitu objek jihad, kita sudah mengetahui bahwa wawasan tentang jihad bukanlah sekedar wacana tetang perang dan kekerasan melaikan usaha sungguh-sungguh dalam menyebarkan dan menjaga agama Islam yang bersifat universal. Umat Islam bukan hanya rentan terhadap serangan orang- orang kafir, namun mereka juga rentan terhadap serangan dari problem-problem sosial kehidupan seperti kemiskinan, kobodohan, dan juga hawa nafsu individu umat Islam itu sendiri. Dan unsur yang terakhir yaitu Allah SWT yang menjadi tolak ukur jihadnya umat Islam menjadi bernilai, sebab jihad merupakan media bagi seorang hamba untuk mendapat keridhaan Allah. 50

BAB IV PENAFSIRAN JIHAD DARI MASA KE MASA