Sasaran objek, Sarana media dan Macam-macam Jihad

34 saat kembali kebarisan jihad akan melahirkan prajurit jihad dengan jiwa ketaatan dan kedisiplinan. 41

B. Sasaran objek, Sarana media dan Macam-macam Jihad

Jihad dalam bentuk fi ‟il kata kerja, sebagian disertai dengan maf‟ul bih objek dan sebagian lain tanpa menyebutkannya. Ayat-ayat yang disertai pernyataan objeknya antara lain:               “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar. ” Q.s. al-Tahrîm [66]: 9 Setelah memaparkan tentang keindahan surga bagi orang-orang beriman, baik laki-laki maupun perempuan mu‟minîn wa mu‟minât pada ayat sebelumnya, maka pada ayat ini Allah SWT menerangkan cara agar dapat mencapai surga tersebut. Caranya adalah dengan berjihad melawan orang-orang kafir dan munfik yang tidak mau menerima Islam sebagai akidah serta mengusik umatnya. Dalam ayat ini, Allah SWT menganjurkan agar umat Islam yang ada pada masa rasulullah untuk berjihad bersama beliau melawan kekuatan orang-orang kafir dan kelicikan orang-orang munafik. Jika umat Islam pada saat itu bertahan dengan kesabarannya dalam berjihad melawan musuh yang mereka hadapi Kafir dan 41 Abdullah Yusuf Ali, Qur‟an Terjemah dan Tafsirnya, h. 470. 35 Munafik, 42 maka itu adalah modal awal bagi mereka untuk menggapai surga yang berisakan segala keindahan. Ulama berbeda pendapat tentang berjihad melawan orang kafir dan munafik yang diperintahkan ayat ini. Ada yang memahami dalam arti “berperanglah melawan orang-orang kafir dan beradu argumen dengan orang- orang munafik”. Ada juga ulama yang memahami perintah jihad terhadap orang munafik dengan tangan atau lidah, atau paling rendahnya menampakkan raut muka keruh terhadap mereka. Ada juga yang berpendapat bahwa jihad terhadap orang-orang munafik adalah dengan menegakkan sanksi hukum atas dosa dan pelanggaran mereka. Menurut M. Quraish Syihab semua hal di atas pendapat para ulama seputar jihad terhadap orang munafik dapat ditampung oleh perintah berjihad, sebab itulah beliau dalam mengartikan kata ” ن ف مْا ْا ج ” yaitu berjihadlah dengan berbagai cara yang sesuai, melawan orang kafir dan munafik. 43 Seluruh amal yang akan dikerjakan tentunya tidak luput dan penting memperhatikan sarana yang harus dipergunakan. Tidak terkecuali dalam hal ibadah kepada Allah SWT, seorang hamba harus mempersiapkan sarana-sarana yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu ibadah tertentu. Sebagian ayat jihad menyebutkan sarana yang dimaksud untuk melaksanakan jihad dan sebagian 42 Di dalam kitab tafsirnya, syeikh Mutawalli Sya‟rawi mengatakan bahwa kaum Kafir dan Munafik dijadikan objek sasaran jihad karena dianggap dapat menghambat dakwah kebaikan karena mereka para pembela kemungkaran. Munafik merupakan musuh yang sulit dari pada kaum Kafir, karena sulitnya untuk mendeteksi orang-orang demikian. Lihat: Syeikh Muhammad Mutawalli Sya‟rawi, TAFSIR SYA”RAWI, terj. H. Zainal Arifin, et.al., Medan: Duta Azhar, 2006, cet. 1, h. 710-716. 43 M. Quraish Shihab, TAFSIR AL-MISBAH, Jakarta: Lentera Hati, 2002, cet. 1, h. 618- 619. 36 lainnya tanpa menyebutkannya. Ayat jihad yang menyebutkan sarana yang digunakan dalam berjihad antara lain firman Allah sebagai berikut:                                      Tidaklah sama antara mukmin yang duduk yang tidak ikut berperang yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik surga dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. Q.s. al-Nisâ [4]: 95 Dan di dalam firman-Nya yang lain:                              Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?. yaitu Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui. Q.s. ash-Shaff [61]: 10-11 Di dalam kedua ayat di atas jelas di sebutkan sarana yang dipergunakan untuk berjihad, yakni harta benda dan diri atau nyawa. Pengertian harta benda mencakup segala sesuatu yang dimiliki manusia yang tidak melekat pada dirinya. 37 Sedangkan diri atau nyawa adalah meliputi segala sesuatu yang melekat pada diri seseorang berupa tenaga, ilmu, pemikiran, dan lainnya. Dalam suatu riwayat dikemukakan: Ketika Rasulullah SAW sedang duduk-duduk bermuzakarah bersama para sahabat beliau, tiba-tiba di antara para sahabat ada yang berkata, “Sekiranya kami mengetahui amal yang lebih dicintai Allah, pasti kami akan mengerjakannya. ”Kemudian Rasulullah membacakan ayat yang terdapat dalam surat ash-Shaf dari awal hingga akhir surat. Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa ketika turun aya t “ ْم أ ْ ا مآ ن ا أ م أ ا ع ْنم ْم جْت جت ع Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? ”, kaum Muslimin berkata, “sekiranya kami tahu apa yang dimaksud dengan tijârah perniagaan itu, pasti kami akan ikut serta memberikan harta benda dan ahli family.”, maka Allah SWT menurunkan ayat selanjutnya Q.s. al-Shaff [61]: 11 yang menjelaskan bahwa tijârah itu adalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan- Nya. 44 Sedangkan Ayat-ayat jihad yang tidak menyebutkan sarananya antara lain sebagai berikut:                    Dan Sesungguhnya Tuhanmu pelindung bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, Kemudian mereka berjihad dan sabar; Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Q.s. al-Nahl [16]: 110             44 Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa‟id bin Jubair, selengkapnya baca: K.H.Q. Shaleh, et.al., ASBÂBUN NUZÛL Latar Belakang Historis Turunnya Ayat Al-Quran, h. 569-571. 38 Dan barangsiapa yang berjihad, Maka Sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya Tidak memerlukan sesuatu dari semesta alam. Q.s. al-Ankabût [29]: 6               Hai nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka adalah Jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali. Q.s. al-Tahrîm [66]: 9 Dibandingkan dengan ayat-ayat jihad yang menyebutkan sarananya, ayat- ayat jihad yang tidak menyebutkan sarananya memberikan sinyalemen untuk para pelaku jihad agar menggunakan sarana apapun dalam berjihad sesuai dengan kebutuhan, sejauh tidak bertentangan dengan norma-norma agama. Artinya, mengamalkan jihad dalam konteks yang seluas-luasnya tidak semerta-merta melalui pertempuran dan menghadapi orang-orang kafir tidak selalu harus menggunakan pedang terhunus. a Berjihad Melawan Orang-orang Kafir dengan Menggunakan Argumen Hujjah dan Peperangan         Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad yang besar. Q.s. al-Furqân [25]: 52 Pada ayat sebelumnya, Allah SWT menerangkan bahwa seandainya Dia mau mengutus ke setiap negri seorang utusan untuk memperingatkan mereka dari 39 kelalaian serta kezaliman. Namun Dia hanya mengutus satu orang utusan saja untuk menyebarkan risalah-Nya, seorang Nabi dengan yang ukuran pribadi dan ajarannya bukan hanya untuk satu negri saja tetapi untuk seluruh dunia. Allah SWT menentukan bahwa tidak perlu lagi untuk setiap negri diutus seorang rasul karena ajaran yang dibawa oleh Muhammad SAW dapat meliputi seluruh ragam umat di seluruh dunia. Maka diturunkanlah ayat 52 surat al-Furqân sebagai dorongan bagi Nabi Muhammad SAW agar tidak tunduk terhadap orang-orang yang ingin menghalangi penyebaran agama Islam. “Maka janganlah kamu mengikuti orang- orang kafir …”, maksudnya adalah bahwa Nabi Muhammad jangan sampai menyerah dengan menghentikan dakwah beliau hanya karena siksaan dari orang- orang kafir. “Teruskan jihad dan dakwah ini dengan menggunakan Al-Quran, “…dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad yang besar. ”. Al-Quran merupakan wahyu tuhan untuk seluruh umat manusia di muka bumi ini, dan misi Nabi adalah berjuang menyebarkan Al-Quran selama hayatnya masih dikandung badan, hingga kebenarannya dapat diterima umat manusia di seluruh penjuru negri. 45 Surat al-Furqân ayat 51-52 ini merupakan apresiasi dan sebuah kehormatan yang diberikan kepada Muhammad karena telah diberikan amanah untuk menyebarkan risalah bagi seluruh umat di muka bumi ini hingga hari kiamat. Seolah Allah SWT berkata, “Kami telah memilihmengkhususkanmu Muhammad dengan keumuman risalah kepada sekalian umat manusia, sebagai 45 Prof. Dr. Hamka, TAFSIR AZHAR, Jakarta: PT PUSTAKA PANJIMAS, 1982, juz 14, h.30. 40 penghormatan terhadap dirimu dan ketinggian kedudukanmu. Oleh sebab itu, terimalah dengan kesungguhan dan kekuatan penuh dalam menyampaikan risalah, dan janganlah mengikuti orang- orang kafir”. 46 Sebagai balasan terhadap apresiasi Allah ini, Nabi diharapkan tidak mudah menyerah terhadap serangan orang-orang kafir Quraisy dan tetap menyampaikan al-Quran sembari berjihad dengannya.                                              “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu Mekah; dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. jika mereka memerangi kamu di tempat itu, Maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir. ” Q.s. al-Baqarah [2]: 190-191 Ayat di atas menjelaskan tentang perintah berjihad melawan orang-orang kafir melalui perang, yang mana perang tersebut harus dilaksanakan dalam kerangka difensif bukan opensif. Perang dalam konteks ayat di atas diperkenankan sejauh untuk mempertahankan dan melindungi jiwa dari serangan musuh. Dalam ayat ini juga terjawab sikap yang harus ditunjukkan terhadap musuh apabila mereka memperlihatkan ancaman, artinya sikap tegas harus ditunjukkan kepada 46 Syaikh al-Syanqithi, Adhwa‟ul Bayan, Terj. Ahmad Affandi, Jakarta: PUSTAKA AZZAM, 2010, cet. 1, h. 276. 41 orang-orang kafir meskipun harus melalui peperang walaupun perang identik dengan kekerasan demi menjaga kehormatan agama. Adapun sebagai batasannya adalah bahwa umat Islam di dalam berperang tidak boleh berlebihan, artinya ayat ini melarang membunuh perempuan, anak-anak, orang tua renta, dan para pendeta. 47 Adapun sebab turun ayat ini terkait dengan perjanjian Hudaibiyyah, Rasulullah SAW beserta sahabatnya berekonsiliasi dengan orang-orang musyrik untuk kembali ke Masjid Haram pada musim haji tahun depan. Pada tahun berikutnya ketika rasul dan para sahabat beliau hendak kembali lagi ke Masjid Haram beliau khawatir tidak bisa memasukinya. Kemudian Allah SWT menurunkan ayat di atas. 48 Dalam ayat ini ada satu hal yang perlu mendapat perhatian, bahwa perang harus dilakukan di jalan Allah fî sabîlillâh. Perang akan terjadi jika ada bingkai yang melatar-belakangi dan menjadi tujuan dari perang tersebut adalah mempertahankan diri dari serangan musuh. b Jihad Melawan Hawa Nafsu dan Setan Tingkatan pertama dari jihad yang disebutkan Ibn al-Qayyim dan ulama lainnya adalah jihad melawan hawa nafsu atau diri jihâd al-nafs. Maksudnya adalah mencurahkan segenap usaha dan kemampuan untuk berkomitmen terhadap aturan Allah dan meniti jalan-Nya yang lurus. Hal ini mencakup ketaatan dan peribadahan kepada Allah SWT, menjauhi maksiat, dengan melaksanakan 47 Abu al-Qasim Jarullah Mahmud bin Umar bin Muhammad al-Zmakhsyari, Tafsir al- Kasysyaf, Beirut: Dar al-Kutub al- „Ilmiyyah, jilid 1, h. 233. 48 Abu Hasan al-Wahidi, Asbâb al-Nuzûl, Kairo: Dar al-Hadits, 1998, h. 49-50. 42 kewajiban terhadap Tuhan, diri, umat, semua manusia, alam, serta semua makhluk. Jihad spiritual, yaitu jihad yang medan perjuangannya adalah nafsu, insting, dan tendensi. Inilah sebagaimana yang diterangkan rasulullah SAW dalam hadisnya, dari Fadahalah bin „Ubaid: ، حْسإ نْ ع ث ح : ، مْا نْا ْع ، ها ْع ّأ ّْأ : ّأ ّْأ ، حْ ش نْ ْح : م نْ ْمع عمس ّأ ، ّاْ ْا ئّ أ ّ ْخأ ، ْجْا : ، ْ ع نْ ضف تْعمس : ا ص ها س تْعمس م س ْ ع : ج ّع ها س ف سّْ ج ْنم جمْا . Dari Fadhalah bin Ubaid, dia berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: al-Mujâhidu adalah orang yang berjihad melawan dirinya nafsunya di jalan Allah „Azza wa Jalla.” 49 H.R. Ahmad Hal senada diungkapkan pula dalam firman Allah SWT di dalam surat al- Ankabût ayat 69, yang berbunyi sebagai berikut:            “Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. ” Q.s. al- Ankabût [29]: 69 Imam al-Thabari menyebutkan bahwa ayat sebelumnya mengindikasikan tempat kembali bagi orang-orang kafir adalah neraka. Pada ayat ini Allah SWT menyebutkan bahwa mereka yang mendustakan atas Allah dengan sebenar-benar dusta, dari kaum Quraisy, akan diperangi oleh orang-orang yang mengharapkan 49 Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Beirut: „Âlimul Kutub, 1449 H.1998 M., cet. 1, juz 6, h. 22. Selain imam Ahmad, hadis ini juga di riwayatkan oleh ima Tirmidzi dan Ibn Hibban. 43 tegaknya kalimat Allah dan menolong agama Allah. Terhadap orang-orang tersebut Islam Allah akan menunjukkan jalan yang lurus ْم ْ س . Sedangkan imam Alusi menjelaskan di dalam tafsirnya, di antara manusia orang yang dari awal berjihad ا ج dengan menginginkan jihad yang kekal Kami akan menunjukkan mereka ْم ْ , maknanya adalah orang-orang yang berjihad dengan istiqmahnya iman sungguh Allah akan menunjukkan jalannya yang lurus menuju syurga. 50 Dan Allah akan bersama orang-orang yang berbuat baik عم ا ّإ ن سْحمْا , artinya Allah akan menolong hambanya yang berjihad, baik jihad dalam arti makna dan lapaz. Arti jihad dari lafaz dalam ayat ini yaitu berperang mempertahankan agama Allah, sedangkan dari aspek maknanya mengandung pengertian orang-orang yang membersihkan hati dari segala bentuk dosa, dan Allah akan menunjukkannya jalan yang lurus menuju surga dengan pertolongan- Nya. Yusuf Qardhawi mendiskretkan godaan setan terhadap manusia pada dua jalan, yaitu melalui jalan penghiasan tazyîn dan jalan penyesatan ighwâ. Makna tazyîn yang digunakan setan adalah dengan jalan memperindah suatu kejelekan dan keburukan sehingga terlihat baik, lalu menutupi kebenaran dengan kebatilan-kebatilan sehingga berbagai urusan menjadi membingungkan. Adapun jalan penyesatan ighwâ yaitu sebagaimana rayuan setan terhadap Adam agar mau memakan buah dari pohon terlarang, hal tersebut terrekam dalam Al-Quran 50 Syihabuddin Mahmûd ibn Abdullah al-Alusi, Rûh ul Ma‟âni fi Tafsîril Qur‟an al-„Azîm, Mawqi‟ al-Tafâsîr, t.th, juz 15, h. 318. 44 Q.s. al- A‟râf [7]: 21 dan Q.s. Thâ Hâ [20]: 120. Hal tersebut terus berlangsung hingga menjatuhkan adam kepada kesesatan. Bujukan setan telah merusaknya dengan memamfaatkan faktor kelemahan dan kealfaan manusiawinya. Al-Quran memberikan kita senjata untuk memerangi musuh yang abstrak ini, dinataranya dengan: 1. Memohon perlindungan isti‟âdzah kepada Allah dari kejahatan setan, Allah SWT berfirman:         ̌Dan Katakanlah: Ya Tuhanku Aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan.̍ Q.s. al- Mu‟minûn [23]: 97 Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menerangkan makna “Aku berlindung kepada Allah ” adalah “Aku memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk agar tidak membahayakan diriku dalam urusan agama dan dunia, atau menghalangi untuk mengerjakan apa yang telah Allah perintahkan ”. Allah memerintahkan untuk memohon perlindungan kepada-Nya dari setan jenis jin, karena ia tidak menerima pemberian dan tidak dapat dipengaruhi kebaikan. 51 2. Mengingat Allah dzikrullâh, karena ia setan adalah makhluk yang tabiatnya sering bersembunyi khannâs dan penakut. 3. Merancang permusuhan dengan setan, karena memang ia adalah musuh yang nyata bagi umat manusia lihat: Q.s. al-Baqarah [2]: 208 51 Abu al- Fadâ‟ Isma‟il bin Umar bin Katsir, Tafsîr al-Qur‟â al-„Azîm, Dar Thaibah, 1420 H.1999 M., juz 1, h. 5. 45 4. Mewaspadai intrik dan tipu-daya setan yang banyak sekali. Sebagiannya ada yang tampak, seperti minuman keras, judi, dan wanita.

C. Tujuan Diperintahkannya Jihad