Rukun dan Syarat-syarat Wakaf

24 2. Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan 3. Bantuan pada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, beasiswa 4. Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat 5. Kemajuan kesejahteraan umum lainnya. 27 d. Dalam pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf secara produktif, nadzir dapat bekerja sama dengan pihak ketiga IDB, investor, perbankan Syariah, LSM dan lain-lain e. Dalam rangka pengoptimalkan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf, akan dibentuk Badan Wakaf Indonesia BWI yang bersifat independen dan dapat membentuk perwakilan di propinsi dan kabupaten jika dianggap perlu.

C. Rukun dan Syarat-syarat Wakaf

Para Imam Mujtahid berbeda pendapat dalam memberikan pandangan mengenai rukun dan syarat-syarat wakaf. Menurut ulama Mazhab Hanafi bahwa rukun wakaf itu hanya satu, yakni akad yang berupa ijab pernyataan dari wakif. Sedangkan kabul pernyataan menerima wakaf tidak termasuk rukun bagi mazhab Hanafi disebabkan akad tidak bersifat mengikat. Apabila seseorang mengatakan: “saya wakafkan harta ini kepada anda”, maka akad itu sah dengan sendirinya dan orang yang diberi wakaf berhak atas harta 27 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Undang- undang No 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, hal 14 25 itu. 28 Adapun rukun wakaf menurut sebagian besar ulama dan Fiqh Islam, telah dikenal ada 6 enam rukun. Yaitu: 1. Orang yang berwakaf waqif Adapun syarat-syarat orang yang mewakafkan wakif adalah setiap wakif harus mempunyai kecakapan melakukan tabarru, yaitu melepaskan hak milik tanpa imbangan materiil, artinya mereka telah dewasa baligh, berakal sehat, tidak dibawah pengampuan dan tidak karena terpaksa terbuat. 29 Dalam pasal 7 Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004, wakif meliputi: a. Perseorangan adalah apabila memenuhi persyaratan dewasa, berakal sehat, tidak terhalang melakukan perbuatan hukum dan pemilik sah harta benda wakaf; b. Organisasi adalah apabila memenuhi ketentuan organisasi untuk mewakafkan harta benda wakaf milik organisasi untuk mewakafkan harta benda wakaf milik organisasi sesuai dengan anggaran dasar organisasi yang bersangkutan; 28 Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Ciputat Press, 2005, hal 16-17 29 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, Jakarta: PT Grasindo, 2007. Hal 59 26 c. Badan hukum adalah apabila memenuhi ketentuan organisasi untuk mewakafkan harta benda wakaf milik badan hukum sesuai dengan anggaran dasar badan hukum yang bersangkutan. 30 2. Benda yang diwakafkan mauquf Mauquf dipandang sah apabila merupakan harta bernilai, tahan lama dipergunakan, dan hak milik wakif murni. Benda yang diwakafkan dipandang sah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Benda harus memiliki nilai guna tidak sah hukumnya sesuatu yang bukan benda, misalnya hak-hak yang bersangkutan paut dengan benda, seperti hak irigasi, hak lewat, hak pakai dan lain sebagainya. Tidak sah mewakafkan benda yang tidak boleh diambil manfaatnya. b. Benda tetap atau benda bergerak secara garis umum yang dijadikan sandaran golongan syafi’iyyah dalam mewakafkan hartanya dilihat dari kekekalan fungsi atau manfaat dari harta tersebut, baik berupa barang tak bergerak, barang bergerak maupun barang kongsi milik bersama. c. Benda yang diwakafkan harus tertentu diketahui ketika terjadi akad wakaf 30 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Undang- undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Wakaf, hal 6. 27 Penentuan benda tersebut bisa ditetapkan dengan jumlah seperti seratus juta rupiah, atau bisa juga menyebutkan dengan nishab terhadap benda tertentu, misalnya separuh tanah yang dimiliki dan lain sebagainya. Wakaf yang tidak menyebutkan secara jelas terhadap harta yang akan diwakafkan sebagian tanah yang dimiliki, sejumlah buku, dan sebagainya. d. Benda yang diwakafkan benar-benar telah menjadi milik tetap al-milk at- tamm si wakif orang yang mewakafkan ketika terjadi akad wakaf. Jadi, jika seseorang mewakafkan benda yang bukan atau belum menjadi miliknya, walaupun nantinya akan menjadi miliknya maka hukumnya tidak sah, seperti mewakafkan tanah yang masih dalam sengketa atau jaminan jual beli dan lain sebagainya. 31 3. Tujuantempat diwakafkan harta itu adalah penerima wakaf mauquf‘alaih Mauquf alaih tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai ibadah, hal ini sesuai dengan sifat amalan wakaf sebagai salah satu bagian dari ibadah. Di dalam Pasal 22 Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf, disebutkan dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, harta benda hanya dapat diperuntukan bagi: a. Sarana dan kegiatan ibadah b. Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan c. Bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, beasiswa. d. Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat, danatau 31 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, hal. 60 28 e. Kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syari’ah dan peraturan perundang-undangan. 32 4. Pernyataanlafadz penyerahan wakaf sighat ikrar wakaf Sighat lafadz atau pernyataan wakaf dapat dikemukakan dengan tulisan, lisan atau dengan suatu isyarat yang dapat dipahami maksudnya. Pernyataan dengan tulisan atau lisan dapat digunakan menyatakan wakaf oleh siapa saja, sedangkan isyarat hanya bagi orang yang tidak dapat menggunakan dengan cara tulisan atau lisan. Tentu pernyataan dengan isyarat tersebut harus sampai benar- benar dimengerti pihak penerima wakaf agar dapat menghindari persengketaan di kemudian hari. 33 Dalam Pasal 21 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf, suatu pernyataan wakafikrar wakaf dituangkan dalam akta ikrar wakaf, yang paling sedikit memuat: a. nama dan identitas wakif b. nama dan identitas nadzir c. data dan keterangan harta benda wakaf d. peruntukan harta benda wakaf, dan e. jangka waktu wakaf. 32 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Undang- undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Wakaf, hal 14 33 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Fiqih Wakaf, Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2005, hal 55 29 Setiap pernyataanikrar wakaf dilaksanakan oleh Wakif kepada Nazhir di hadapan Pejabat Akta Ikrar Wakaf PPAIW dengan disaksikan oleh 2 orang saksi. 34 5. Ada pengelola wakaf nazhir Nazhir wakaf adalah orang yang memegang amanat untuk memelihara dan menyelenggarakan harta wakaf sesuai dengan tujuan perwakafan. Mengurus atau mengawasi harta wakaf pada dasarnya menjadi hak wakif, tetapi boleh juga wakif menyerahkan hak pengawasan wakafnya kepada orang lain, baik perseorangan maupun organisasi. 35 Beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi nadzir terdapat pada Pasal 219 Kompilasi Hukum Islam yaitu beragama Islam, dewasa, dapat dipercaya amanah serta mampu secara jasmani dan rohani untuk menyelenggarakan segala urusan yang berkaitan dengan harta wakaf serta tidak terhalang melakukan perbuatan hukum dan bertempat tinggal di kecamatan tempat letak benda yang diwakafkannya. 6. Ada jangka waktu yang tak terbatas Dalam Pasal 215 Kompilasi Hukum Islam bahwa wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakan untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya sesuai ajaran Islam maka 34 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Undang- undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Wakaf, hal 13 35 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, hal 63 30 berdasarkan pasal di atas wakaf sementara adalah tidak sah, 36 sedangkan dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 dinyatakan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah atau kesejahteraan umum menurut syariah maka berdasarkan pasal di atas wakaf sementar diperbolehkan asalkan sesuai dengan kepentingannya. Untuk sahnya suatu wakaf diperlukan syarat-syarat sebagai berikut: a. Wakaf harus dilakukan secara tunai, tanpa digantungkan kepada akan terjadinya sesuatu peristiwa di masa yang akan datang, sebab pernyataan wakaf berakibat lepasnya hak milik seketika setelah wakif menyatakan berwakaf dapat diartikan memindahkan hak milik pada waktu terjadi wakaf. b. Tujuan wakaf harus jelas, maksudnya hendaklah wakaf disebutkan dengan terang kepada siapa wakaf tersebut ditujukan, apabila tanpa menyebutkan tujuan sama sekali peruntukannya maka wakaf dipandang tidak sah. c. Wakaf merupakan hal yang harus dilaksanakana tanpa syarat boleh khiyas, artinya tidak boleh membatalkan atau langsungkan wakaf yang telah dinyatakan sebab pernyataan wakaf berlaku tunai dan untuk selamanya. 37 36 Abdurrahman, Kompilasi hukum Islam di Indonesia, h. 165 37 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, hal 65 31

D. Prosedur Pendaftaran Wakaf