Sertifikasi Tanah Wakaf Menurut Hukum Islam dan Hukum Positif

52

B. Sertifikasi Tanah Wakaf Menurut Hukum Islam dan Hukum Positif

Berkenaan dengan prosedur penanganan tanah-tanah wakaf oleh KUA Kecamatan Cakung, sudah dapat dikatakan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Secara hukum Islam wakaf-wakaf tersebut sudah sah sebab sudah memenuhi rukun dan syarat perwakafan, baik pada wakif, maukuf bih harta wakaf, maukuf alaih nadzir maupun sighat atau ikrar wakaf. Hukum Islam memang tidak menyuruh agar tanah-tanah wakaf itu diberi sertifikat, dalam arti jika ada empat unsur di atas maka perwakafan menjadi sah. Namun karena ketentuan sertifikasi tanah wakaf ini merupakan kebijakan pemerintah, maka umat Islam wajib taat kepada pemerintah. Sebagaimana perintah Allah dalam surat An-Nisa ayat 59: ﺎ ِﺬ ِﻃ ﻰ ِﺮِﻣ ٣ : ٥ ٩ Artinya: “Hai Orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul- Nya, dan Ulil amri kamu”,,,,,,QS. An-Nisa: 59 Menurut Ahmad Musthafa al-Maraghi, yang dimaksud dengan ulil amri dalam ayat ini meliputi para umara aparat pemerintah, ulama, hakim panglima perang dan pihak-pihak yang menangani urusan rakyat, yang perintah dan hukumnya wajib ditaati, sepanjang perintah dan hukumnya itu tidak bertentangan dengan perintah Allah dan Rasul. 54 54 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Alih bahasa Bahrun abubakar, Tafsir al-Maraghi, Juz 5, Semarang: Toha Putra, 1996, hal. 119. 53 Perlunya sertifikasi tanah wakaf tidak bertentangan dengan perintah Allah, bahkan sejalan. Sebab hal itu untuk memperkuat kedudukan dan status wakaf itu sendiri. Sebagaimana diterangkan oleh Muhammad as-Syarbini al-Khatib dan Taqiyuddin Abi bakar tentang kedudukan wakaf, serta PP Nomor 28 Tahun 1977 pasal 1 dan KHI pasal 215, wakaf bersifat tetap atau kekal zatnya dengan mengambil manfaat darinya untuk agama dan sosial. Sekarang harga tanah semakin mahal, kalau tidak disertifikasi oleh Lembaga berwenang. Tidak mustahil di kemudian ada pihak-pihak tertentu yang menggugat, sehingga timbul sengketa. Kalau tanah yang sebenarnya telah diwakafkan, lalu berhasil digugat atau dibatalkan kembali oleh keluarga wakif, maka hal itu tentu sangat merugikan, tidak saja bagi nazir, tetapi juga bagi agama dan masyarakat yang memanfaatkan tanah wakaf itu untuk kepentingan sosial agama. Adanya gugatan atau sengketa wakaf dikemudian hari tentu merupakan hal yang buruk, sebab akan merugikan nazir, masyarakat bahkan wakif itu sendiri baik yang masih hidup maupun sudah meninggal dunia. Oleh karena ittu tanah wakaf harus diamankan oleh nazir, wakif dan KUA, salah satunya dengan jalan sertifikasi. Menurut hukum positif prosedur penanganan tanah wakaf oleh KUA Kecamatan Cakung juga sudah benar, karena sesuai dengan peraturan perundang- undangan perwakafan yang berlaku peraturan perundang-undangan menempatkan Kantor Urusan Agama dan Kantor Pertanahan sebagai instansi yang berwenanag menangani dan mengeluarkan sertifikat tanah wakaf. KUA berwenang menangani 54 proses administrasi perwakafan hingga memasukkan berkas permohonan sertifikasi ke Kantor Pertanahan guna selanjutnya diproses hingga terbit sertifikat wakafnya.

C. Analisis Penulis Tentang Pengaruh No 28 Tahun 1977 Perwakafan Tanah Milik