Strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam meningkatkan Pendapataan Asli Daerah Kabupaten Karo ( Studi kasus pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo)

(1)

STRATEGI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN KARO DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN

ASLI DAERAH KABUPATEN KARO

(Studi Kasus pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo) D

I S U S U N

OLEH : MIRAWATI SEMBIRING NIM : 090921013

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(2)

KATA PENGANTAR

Berkat Kasih dan anugerah Tuhan Yesus Kristus, penulis hingga saat masih mampu menjalani roda kehidupan di dunia ini. Terkhusus dalam menyelesaikan skripsi penulis yang berjudul : ” Strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam meningkatkan Pendapataan Asli Daerah Kabupaten Karo ( Studi kasus pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo)”. Skripsi ini merupakan sebuah karya tulis ilmiah yang diperlukan untuk melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Ilmu Administrasi Negara, Universitas Smatera Utara serta sebagai wahana dalam mengembangkan pikiran penulis.

Dalam Kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan bantuan selama proses penyusunan skripsi ini yakni kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution. M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku dosen pembimbing saya yang telah memberikan waktunya dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini hingga akhirnya skripsi ini dapat selesai.


(3)

4. Ibu Dra. Elita Dewi, MSP selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini.

5. Kepada Kak Mega dan Kak Dian selaku pegawai pendidikan FISIP USU yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan urusan administrasi selama perkuliahan hingga terselesainya skripsi ini di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

6. Kepada Bapak Dinasty Sitepu, S.Sos selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian ini dan juga dalam pengambilan data yang diperlukan penulis.

7. Kepada Bapak Drs. Swingli Sitepu selaku Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karo yang telah memberikan data dan informasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Kepada Ibu Ester br Meliala selaku Kepala tata usaha di Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata juga telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan semua data-data yang diperlukan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Kepada seluruh dosen yang mengajar di Departemen Imu Administrasi Negara,

terima kasih bapak/ibu yang telah mengajar penulis mengenai Ilmu Administrasi Negara dan juga atas petuahnya selama perkuliahan hingga akhirnya dapat diaplikasikan.

10. Buat Orang tua yang kukasihi ( M.SEMBIRING dan M. Br Ginting) yang telah memberikan segala bagi saya yang tidak dapat penuliskan sebutkan satu per satu.

11. Buat kakak (MADYA br SEMBIRING dan MULIA KIT HERMANUS), Abang MASLAN SEMBIRING, Adek MELKY JEKSON SEMBIRING, Keponakan saya VIOLA AMANDA br SITEPU dan VANESSA


(4)

CHRISTMAS br SITEPU, terima kasih buat dukunga doa, nasehat-nasehat, material dan setiap hal yang diberikan kepada saya.

12. Buat teman-teman satu rumahku ( Kak Junita, Adek Rijal, Adek Edi, Adek Elo), yang telah mejadi sahabat bagi saya dan juga terimakasi buat dukunganya dan canda tawanya.

13. Buat teman-teman satu kelasku yang tidak dapat kusebutkan namanya satu per satu, terimakasih buat kerjasamanya selama ini.

14. Semua Pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu.

Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penulisan karya ilmiah ini. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Medan, 28 April 2011-04-28 Penulis,

Mirawati Sembiring Nim: 090921013


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAM[IRAN... xi

ABSTRAK... x

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah... 1

I.2. Perumusan Masalah... 9

I.3. Tujuan Penelitian... 10

I.4. Manfaat Penelitian... 10

I.5. Kerangka Teori... 11

I.5.1 ManajemenStrategi...….………. 11

I.5.2 Strategi...………... 16

I.5.3 Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia... 19

I.5.4 Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) 25 I.5.5 Pendapatan Asli Daerah... 31


(6)

I.6 Defenisi Konsep... 40

I.7 Sistematika Penulisan... 41

BAB II METODE PENELITIAN II.1 Bentuk Penelitian... 43

II.2. Lokasi Penelitian... 43

II.3 Informan Penelitian... 44

II.4 Teknik Penggumpulan data... 45

II.5 Teknik Analisis Data... 46

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Karo 1. Kondisi Geografis……… 47

2. Iklim... 49

3. Kependudukan………. 49

4. Wilayah Administrasi Pemerintahan……… 50

B. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo 1. Jumlah dan Komposisi Personalia Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo... 51


(7)

Kabupaten Karo... 53

3. Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo……… 55

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Kewenangan Sektor Pariwisata... 78

B. Kondisi Lingkungan Internal... 81

C. Kondisi Lingkungan Eksternal... 104

D. Analisis SWOT... 110

1. FaktorEksternal... 110

2. Faktor Internal... 115

3. Ringkasan SWOT... 125

4. Matriks SWOT dan Identifikasi Isu... 127

BAB V PENUTUPAN A. Kesimpulan... 135

B. Saran/Rekomandasi... 148

DAFTAR PUSTAKA... 149


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1: Obyek-obyek wisata yang ada di Kabupaten Karo 6

Tabel 1.2: Matriks SWOT 28

Tabel 1.3: Beberapa unsur dan variabel dalam analisis SWOT 30

Tabel 1.4: Analisis SWOT pada Pariwisata Kabupaten Karo 31

Tabel 3.1: Jumlah desa, luas wilayah dan jumlah pendud uk 50

Tabel 3.2: Komposisi Personalia menurut tingkat pendidikan 51

Tabel 3.3: Komposisi personalia menurut golongan/pangkat 52

Tabel 3.4: Struktur organisasi dan susunan Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kabupaten Karo 56

Tabel 4.1: Komposisi personalia menurut tingkat pendidikan 88

Tabel 4.2: Jalur trayek dan kebutuhan angkutan darat penumpang 89

Tabel 4.3: Jumlah fasilitas/sarana pariwisata di Kabupaten Karo 90

Tabel 4.4: Distribusi wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Karo 97

Tabel 4.5: Target dan realisasi PAD dari satuan kerja 99


(9)

Pariwisata Kabupaten Karo 101

Tabel 4.7: Target dan realisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Karo 103

Tabel 4.8: Ringkasan SWOT 126

Tabel 4.9 Matriks SWOT pengembangan Pariwisata Kabupaten Karo 129


(10)

LAMPIRAN

1. Permohonan Judul Skripsi

2. Penunjukan Dosen Pembimbing

3. Undangan Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

4. Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

5. Berita Acara Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

6. Surat Keterangan Penelitian dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo.

7. Surat Keterangan Penelitian dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karo.

8. Surat Rekomendasi Penelitian dari Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyrakat Kabupaten Karo.


(11)

ABSTRAK

STRATEGI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM

MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KARO (Studi Kasus pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo)

Nama : MIRAWATI SEMBIRING Nim : 090921013

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Pembimbing : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata adalah salah unsur pemerintahan Negara Republik Indonesia yang terdapat di setiap kabupaten yang ada di Indonesia. Salah satunya di Kabupaten Karo. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata berfungsi sebagai pengatur, pengelola obyek-obyek wisata yang ada di Kabupaten Karo, agar obyek-obyek wisata yang ada di Kabupaten Karo dapat menjadi obyek wisata unggulan yang banyak diminati oleh masyarakat luas baik mancanegara maupun domestik. Seiring dengan pengelolaan yang baik dan berkesinambungan oleh instansi pemerintah terkhusus Dinas Kebudayaan dan Pariwisata maka akan menguntungkan bagi pemerintah daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karo.


(12)

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang dimiliki oleh sektor pariwisata dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo dan untuk mengetahui strategi pengembangan sektor pariwisata oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karo.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan menganalisa data yang didapatkan maka dapat kesimpulan strategi apa saja yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman)

Kata-kata kunci : Strategi, Pendapatan Asli Daerah, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo.


(13)

ABSTRAK

STRATEGI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM

MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KARO (Studi Kasus pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo)

Nama : MIRAWATI SEMBIRING Nim : 090921013

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Pembimbing : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata adalah salah unsur pemerintahan Negara Republik Indonesia yang terdapat di setiap kabupaten yang ada di Indonesia. Salah satunya di Kabupaten Karo. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata berfungsi sebagai pengatur, pengelola obyek-obyek wisata yang ada di Kabupaten Karo, agar obyek-obyek wisata yang ada di Kabupaten Karo dapat menjadi obyek wisata unggulan yang banyak diminati oleh masyarakat luas baik mancanegara maupun domestik. Seiring dengan pengelolaan yang baik dan berkesinambungan oleh instansi pemerintah terkhusus Dinas Kebudayaan dan Pariwisata maka akan menguntungkan bagi pemerintah daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karo.


(14)

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang dimiliki oleh sektor pariwisata dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo dan untuk mengetahui strategi pengembangan sektor pariwisata oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karo.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan menganalisa data yang didapatkan maka dapat kesimpulan strategi apa saja yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman)

Kata-kata kunci : Strategi, Pendapatan Asli Daerah, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo.


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ditengah perubahan internal dan eksternal bangsa ini, terdapat isu sentral yang menjadi wacana publik yaitu perlunya pembagian kekuasaan yang seimbang antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah guna meningkatkan kemandirian daerah untuk mengelola rumah tangganya sendiri dalam hubungan yang serasi dengan daerah lainya, serta tentunya dengan Pemerintah Pusat. Saat ini terdapat cara berpikir yang mengharapkan agar kekuasaan atau wewenang antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, termasuk pengaturan perimbangan dalam menikmati kekayaan Negara yang berasal yang berasal dari sumber daya alam daerah, yang selama ini dipandang sebagai monopoli Pemerintah Pusat harus diserahkan sepenuhnya kepada Pemerintah Daerah dimana Pemerintah Daerah dapat dengan leluasa melaksanakan pembangunan daerahnya sehingga hasil pembangunan dapat lebih diterima oleh masyarakat. Selain itu, daerah dengan sendirinya akan mengalami proses pemberdayaan serta kemandirian daerah akan terbangun.

Dengan diterbitkanya Undang- Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat Pemerintahan Daerah merupakan salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam Undang-Undang ini disebutkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan


(16)

Pemerintahan Daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Pemerintahan Daerah yang mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, peran serta masyarakat dan peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan keadilan, keistemewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Otonomi yang diberikan kepada daerah Kabupaten dan Kota dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, nyata dan bertanggung jawab kepada Pemerintah Daerah secara proporsional. Artinya, pelimpahan tanggung jawab akan diikuti oleh pengaturan pembagian, pemanfaatan serta sumber daya Nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Dalam mengurus dan mengatur rumah tangga sendiri, tentu daerah memerlukan biaya yang cukup besar guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah. Pemerintah Daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efesien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan pembangunan dalam penyelenggaraan roda pemerintahan daerah. Oleh karena itu daerah diberi hak dan wewenang untuk menggali sumber-sumber pendapatan daerahnya sendiri. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 157 UU Nomor 32 tahun 2004 yang mengatur sumber-sumber pendapatan daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari :


(17)

a. Hasil pajak daerah

b. Hasil retribusi daerah

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Isyarat bahwa Pendapatan Asli Daerah harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar bagi pelaksana otonomi daerah menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah tersebut merupakan tolak ukur terpenting bagi kemampuan daerah dalam menyelenggarakan dan mewujudkan otonomi daerah. Disisi lain otonomi daerah juga merupakan tantangan yang dapat dijadikan patokan untuk melihat sejauh mana daerah mampu melakukan pengelolaan terhadap sumber daya yang ada didaerah untuk kemakmuran masyarakatnya.

Otonomi memberikan kewenangan bagi daerah untuk melakukan perencanaan, pengembangan dan pengelolaan sumber daya yang dimiliki daerah khususnya pariwisata daerah yang ada di Indonesia. Proses dan mekanisme pengambilan keputusan menjadi lebih sederhana dan cepat. Disamping itu peluang untuk melibatkan masyarakat lokal dalam proses pengembangan pariwisata menjadi lebih terbuka. Daripada menunggu proses pengambilan keputusan yang sering memakan waktu yang sangat lama di tingkat pusat, Pemerintah Daerah dapat mengambil keputusan sendiri untuk memilih dan melaksanakan proyek-proyrk kepariwisataan. Semua ini sebenarnya merupakan modal besar untuk mempercepat proses pengembangan pariwisata dalam


(18)

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah guna mendukung pembangunan diberbagai daerah yang ada di Indonesia.

Pendapatan Asli Daerah merupakan gambaran potensi keuangan daerah pada umumnya mengandalkan unsur pajak daerah dan retribusi daerah. Berkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah dari sektor retribusi, maka daerah dapat menggali potensi sumber daya alam yang berupa obyek wisata. Pemerintah menyadari bahwa sektor pariwisata bukanlah merupakan sektor penyumbang terbesar dalam pendapatan daerah, tetapi berpotensi dan berpeluang besar dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Pemerintah telah menetapkan daerah-daerah tujuan wisata yang berpotensial dalam rangka memajukan pembangunan perekonomian untuk kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Indonesia.

Indonesia mempunyai banyak potensi alam dan seni budaya yang cukup besar yang dapat dimanfaatkan oleh daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang memilki potensi pariwisata yang cukup menarik. Oleh karena itu, pengembangan industri pariwisata adalah salah satu strategi yang cukup baik untuk dijadikan sebagai salah satu sumber Pendapata Asli Daerah.

Pentingnya pengembangan pariwisata membuat Indonesia khususnya Provinsi Sumatera Utara menggalakkan sektor ini untuk menggerakkan industri-industri kecil dan meraih peluang keuntungan dari sektor pariwisata dalam menghimpun kekuatan dan strategi dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang baik.


(19)

Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki potensi tidak kalah menarik dengan daerah tujuan wisata lainya di Indonesia. Dataran Tinggi Karo memiliki alam pegunungan dengan udara yang sejuk dan berbagai keindahan dan daya tarik wisata. Keunggulan pariwisata Kabupaten Karo dibandingkan daerahnya lainya di Sumatera Utara adalah:

 Posisi Kota Berastagi yang strategis dapat dijadikan pintu gerbang perjalanan wisata ke daerah lain.

 Jarak ibukota provinsi hanya 65 Km dan aksesibilitas sangat baik.

 Memiliki sarana akomodasi yang sangat memadai.

 Memiliki alam yang indah dan sejuk.

Kepariwisataan Kabupaten Karo sudah cukup dikenal masyarakat Indonesia bahkan masyarakat mancanegara. Kabupaten Karo memiliki banyak obyek wisata yang dapat dikunjungi seperti wisata alam, wisata seni dan budaya, dan wisata peninggalan sejarah.

Adapun obyek wisata dan daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(20)

Tabel 1.1

Obyek-obyek wisata yang ada di Kabupaten Karo

No Obyek wisata Jenis Wisata Lokasi Kecamatan

Desa Jarak (Km) 1 Air terjun

Sipiso-Piso

Rekreasi,

Panorama dan Keindahan Alam

Merek Pengambaten 35

2 Gunung Sipiso-Piso

Panaroma dan Olahraga

Merek Situnggaling 34

3 Tongging Rekreasi dan

Keindahan Alam

Merek Tongging 40

4 Desa Budaya

Dokan

Desa Budaya dan Penelitian

Merek Dokan 23

5 Situs Puntungan Meriam Putri Hijau

Peninggalan Sejarah

Barusjahe Sukanalu 23

6 Situs Rumah

Putri Hijau

Peninggalan Sejarah

Tigapanah Seberaya 11

7 Lau Biang Olahraga Arung Jeram

Tiga Binanga

Perbesi 50

8 Gua Liang Dahar Keunikan Alam dan penelitian

Kuta Buluh Lau Buluh 40

9 Uruk Tuhan Panorama dan

Keindahan Alam

Simpang Empat

Bekerah 25

10 Gunung Sinabung

Olahraga dan Penelitian

Simpang Empat

Lau Kawar 27

11 Danau Lau Kawar Rekreasi, Penelitian dan Keindahan Alam Naman Teran

Lau Kawar 27

12 Desa Budaya Lingga

Desa Budaya dan Penelitian

Simpang Empat

Lingga 15

13 Deleng Kutu Panaroma da

Keindahan Alam

Berastagi Gurusinga 5


(21)

Kuda Tunggang 15 Taman Mejuah

juah Berastagi

Rekreasi dan Kuda Tunggang

Berastagi Berastagi 0

16 Pasar Buah Tradisional

Berastagi

Rekreasi dan Belanja

Berastagi Berastagi 0

17 Desa Peceren Desa Budaya dan Penelitian

Berastagi Peceren 1

18 Taman Hutan Raya Bukit Barisan Rekreasi dan Penelitian Dolat Rakyat

Dolat Rakyat 5

19 Gunung Sibayak Olahraga dan Penelitian

Berastagi Semangat Gunung

10 20 Raja Berneh Pemandian Air

Panas Alam

Merdeka Semangat Gunung

13

21 Lau Debuk debuk

Pemandian Air Panas Alam

Berastagi Doulu 10

22 Air Terjun Sikulikap

Keindahan Alam Berastagi Doulu 11

23 Panorama Doulu Panorama Berastagi Doulu 12

Melihat banyaknya potensi obyek wisata yang ada begitu juga dengan kesenian dan kebudayaan etnis masyarakat Karo, maka sangat wajarlah sektor pariwisata ini ditetapkan sebagai andalan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tetapi pada kenyataanya, sektor ini belum dapat memberikan sumbangan sesuai dengan target yang ditetapkan pemerintah Kabupaten Karo melalui retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah. Karena Potensi yang ada tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena keterbatasan dana dalam pembangunan dan pengembanganya.

Apabila potensi semua obyek wisata di atas dikembangkan secara baik dan berkesinambungan serta adanya komitmen yang kuat dari Pemerintah Kabupaten


(22)

Karo dan khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo akan dapat memberikan manfaat yang besar bagi pemerintah daerah dan masyarakat luas.

Adapun secara umum yang menjadi permasalahan dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Karo antara lain adalah :

1. Kualitas jalan menuju objek-objek wisata yang jauh dari kota Berastagi belum memadai.

2. Minimnya sarana akomodasi dan pelayanan kebutuhan wisatawan di objek- objek wisata.

3. Pengelolaan objek yang belum professional. 4. Minimnya sarana promosi.

5. Rendahnya sadar wisata masyarakat di sekitar objek wisata. 6. Fasilitas pendukung di objek- objek wisata belum tersedia.

7. Masih minimnya jumlah SDM aparatur (PNS) yang ada baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

8. Masih minimnya sarana/ fasilitas pendukung perkantoran dan peralatan kerja

Salah satu contoh obyek wisata Kabupaten Karo yang menjadi suatu pusat perhatian atau yang memiliki banyak masalah bagi pengembanganya yaitu Danau Lau Kawar. Kalau di lihat dari segi potensi wisata yang ada di Danau Lau Kawar sangat berpeluang besar dalam memberikan konstribusi bagi PendapatanAsli Daerah bila dilakukan perawatan dan penataan baik yang berkesinambungan khusnya oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo. Adapun yang


(23)

menjadi permasalahan dalam pengembangan obyek wisata ini adalah infrastruktur jalan kurang baik dimana kualitas jalanya berlobang-lobang sehingga transportasi menuju ke obyek wisata ini dapat dihitung, sarana tempat khususnya bagi kaum muslim yang melakukan sholat belum ada, penataan disekitar obyek wisata kurang ditata sehingga mengurangi keindahan disekitar danau tersebut, tidak adanya restoran yang dapat dijadikan sebagai tempat pertemuan dan lain sebagainya.

Upaya penataan Danau Lau Kawar sebagai obyek wisata, dilakukan program jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

”Jangka pendek diharapkan semua instansi terkait, antara lain Dinas Pariwisata Karo maupun lainnya memberikan perhatian serius terhadap Lau Kawar,” ujar Aldian Pinem.

Lalu, lanjutnya, jangka menengah mesti ada agenda rutin sebagai calender of event serta dibarengi kemauan serta kesadaran warga Danau Lau Kawar, seperti setiap rumah tangga dapat mengadakan atau membuat setidaknya dua kamar model joglo agar wisatawan bisa menginap.

Selain itu, adanya pertunjukan seni budaya Karo dan lainnya termasuk acara adat-istiadat budaya Karo, wisata air Danau Lau Kawar serta olahraga bersampan (dayung). Sedangkan program jangka panjang adalah menjadikan bukit di tepi Danau Lau Kawar menjadi kawasan pelestarian satwa seperti monyet (kera), unggas seperti burung rangkong, dan sebagainya. Mudah-mudahan program


(24)

jangka menengah dan panjang sarana tempat ibadah di Lokasi Objek Wisata Danau Lau Kawar belum ada.

Permasalahan di atas pada dasarnya masih dapat diatasi apabila dilakukan usaha pengembangan yang terencana oleh semua instansi yang terkait khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo.

Menyadari akan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Karo dalam memasuki era otonomi dan globalisasi berupaya membenahi kepariwisataan Karo dari segala aspek dengan tujuan meraih tempat sebagai Daerah Tujuan Wisata Utama, sehingga sektor kepariwisataan menjadi sumber atau pemasok dana strategis dalam menunjang pembangunan daerah. Agar potensi kepariwisataan dapat berkembang dan dapat dijadikan sebagai produk andalan yang layak dijual di pasar global, harus ditangani oleh tenaga professional di bidang kepariwisataan. Tenaga professional diartikan bahwa tenaga-tenaga aparatur pemerintah pengelola pariwisata yang mampu membawa dan menggerakkan organisasi pariwisata dan masyarakat dalam membangun sektor kepariwisataan dengan mengacu kepada visi pembangunan yang telah ditetapkan.

Untuk itu pengelolaan kepariwisataan sangat diperlukan dalam rangka menarik minat wisatawan untuk tinggal lebih lama di daerah tujuan wisata yang ada di Kabupaten Karo dan bagaimana agar wisatawan membelanjakan uangnya sebanyak-banyaknya selama melakukan perjalanan wisata. Makin lama wisatawan berada di suatu tempat akan meningkatkan pengeluaran mereka yang tentunya akan menambah pendapatan ekonomi bagi kegiatan usaha wisata yang


(25)

ada pada daerah tujuan wisata tersebut. Hal ini juga menambah dorongan makin banyak orang akan ikut serta pada kunjungan berikutnya jika kesan yang dibawa adalah pengalaman wisata yang menarik, yang akan membangkitkan perusahaan jasa seperti jasa transportasi, hiburan, akomodasi, dan jasa lainya yang mendukung penyelenggaraan perjalanan wisata.

Melihat kenyataan ini, maka sangat wajar apabila Pemerintah Daerah Kabupaten Karo melalui Dinas Kebudyaan dan Pariwisata menempatkan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor andalan dalam aspek ekonomi yaitu dalam menambah pemasukan kas daerah dan pendapatan masyarakat. Hal ini diwujudkan dalam visi yang harus dilaksanakan yaitu “ Mewujudkan Kepariwisataan Kabupaten Karo yang maju, modern berwawasan lingkungan dan berdayasaing tinggi dengan mempertahankan nilai-nilai budaya Karo melalui peran serta masyarakat dan dunia usaha yang seluas-luasnya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan kesejahteraan masyarakat”.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mencari atau melihat isu-isu strategis yang perlu dilakukan dalam upaya pengembangan sektor pariwisata Kabupaten Karo. Isu -isu strategis ini dicari sebagai upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu menjadikan sektor Pariwisata sebagai sumber penghasil Pendapatan Asli Daerah untuk pembiayaan pembangunan daerah dan peningkatan taraf hidup masyarakat. Strategi ini diharapkan dapat menjadikan sektor pariwisata sebagi penyumbang yang besar untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karo. Untuk itu, penulis tertarik untuk mengadakan


(26)

penelitian dengan judul “Strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam

Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karo”. 1.2Perumusan Permasalahan

Bertolak dari latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis menentukan perumusan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karo?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang dimiliki oleh sektor pariwisata dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo.

2. Untuk mengetahui strategi pengembangan sektor pariwisata oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karo.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai adalah :

1. Secara subjektif, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan kemapuan berpikir melalui penulisan karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.


(27)

2. Secara praktis, khususnya aparatur pemerintah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan/sumbangan pemikiran dalam mengelola sektor pariwisata untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karo.

3. Secara akademis, sebagai referensi bagi kepustakaan jurusan Ilmu Administrasi Negara.

1.5 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk melakukan penelitian ini dan teori-teori yang diperlukan untuk menjelaskan fenomena sosial yang menjadi obyek penelitian. Teri merupakan serangkaian konsep dan defenisi yang saling berkaitan untuk memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena, dimana gambaran yang sistematis dijabarkan dengan menghubungkan antara variabel yang satu dengan lainya yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena tersebut ( Masri Singarimbun, 1989 : 48).

Berdasarkan rumusan diatas, maka dalam bab ini penulis akan mengemukakan teori, pendapat, gagasan yang akan dijadikan titik tolak landasan berpikir dalam penelitian ini.

1.5.1 Manajemen Strategis

Kesuksesan organisasi tidak terlepas dari kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan perubahan. Perubahan yang terjadi akibat perkembangan zaman berimplikasi kepada munculnya kebutuhan untuk menyusun


(28)

strategi yang tidak hanya berdasarkan pada perhitungan sederhana, kebijakan-kebijakan yang telah mapan, bahkan terhadap aturan-aturan yang telah dibuat.

Kajian manajemen strategi dalam konteks organisasi menjadi kebutuhan yang sangat penting. Bahkan organisasi mapan yang telah lama menjadi ikon dan memimpin para kompetitornya selama berpuluh tahunpun dapat secara cepat tertinggal akibat mengabaikan manajemen strategis. Pengabaian terhadap manajemen strategis dapat menyebabkan organisasi gagal dalam beradaptasi terhadap dinamika lingkungan, gagal mengantisipasi perkembangan zaman apalagi menciptakan perubahan.

Manajemen strategis menjadi bidang ilmu yang berkembang dengan cepat, muncul sebagai respon atas meningkatnya pergolakan lingkungan dan akibat semakin kompleksnya dinamika lingkungan organisasi. Bidang ilmu ini melihat pengelolaan organisasi secara menyeluruh dan berusaha menjawab tantangan perubahan lingkungan. Ciri khusus manajemen strategis adalah penekanan pada pengambilan keputusan strategis, keputusan strategis berhubungan dengan masa yang akan datang dalam jangka panjang untuk organisasi secara keseluruhan. Untuk itu, dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karo melalui pengembangan pariwisata maka diperlukan konsep manajemen strategis.

Manajemen strategis adalah suatu cara pengelolaan organisasi atau program yang dilakukan dengan memperhatikan lingkungan eksternal dan lingkungan internal dari organisasi atau program tersebut. Dalam manajemen strategis terdapat dua bagian yang saling berhubungan yaitu perencanaan strategis dan


(29)

pelaksanaan pengelolaaan dari hasil perencanaan strategi tersebut (Triton PB, 2007 : 35).

Sedangkan menurut Hunger David dan Thomas L (2003 :4) manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja organisasi dalam jangka panjang. Manajemen strategi meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategi atau perencanaan jangka panjang), implementasi strategi, evaluasi dan pengendalian. Manajemen strategi menekankan pada pengamatan dan evaluasi peluang dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan kelemahan organisasi.

a. Pengamatan Lingkungan

Pengamatan lingkungan dilihat dari dua aspek yaitu analisis eksternal dan analisis internal. Lingkungan eksternal terdiri dari variabel-variabel (peluang dan ancaman) yang berada diluar organisasi dan tidak secara khusus ada dalam pengendalian jangka pendek dari manjemen puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk keadaan dalam organisasi dimana organisasi ini hidup. Lingkungan eksternal memiliki dua bagian yaitu lingkungan kerja dan lingkungan sosial. Lingkungan kerja terdiri dari elemen-elemen atau kelompok secara langsung berpengaruh atau dipengaruhi oleh operasi-operasi utama organisasi. Beberapa elemen tersebut adalah pemegang saham, pemerintah, pemasok, komunitas lokal, pesaing, pelanggan, kreditur, serikat buruh, kelompok kepentingan khusus, dan asosiasi perdagangan. Sedangkan lingkungan sosial terdiri dari kekuatan umum, kekuatan ini tidak berhubungan langsung dengan aktivitas-aktivitas jangka


(30)

pendek organisasi tetapi dapat dan sering mempengaruhi keputusan-keputusan jangka panjang.

Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan kelemahan) yang ada di dalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk suasana dimana pekerjaan dilakukan. Variabel-variabel itu meliputi struktur, budaya, dan sumber daya organisasi. Struktur adalah bagaimana cara organisasi mengoperasikan suatu kegiatan yang berhubungan dengan komunikasi, wewenang, dan arus kerja. Budaya adalah pola keyakinan, pengharapan, dan nilai-nilai yang dibagikan oleh anggota organisasi. Sumber daya adalah asset yang merupakan bahan baku bagi produksi barang dan jasa organisasi. Aset itu meliputi keahlian orang, kemampuan, bakat manajerial seperti asset keuangan dan fasilitas organisasi dalam wilayah fungsional.

b. Perumusan Strategi

Perumusan strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen efektif dari kesempatan dan ancaman lingkungan, dilihat dari kekuatan dan kelemahan organisasi. Perumusan strategi meliputi misi organisasi, tujuan-tujuan yang ingin dicapai, pengembangan strategi dan penetapan pedoman kebijakan.

c. Implementasi strategi

Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakanya dalam tindakan melalui perubahan budaya secara


(31)

menyeluruh, struktur atau sistem manajemen dari organisasi secara keseluruhan. Kecuali ketika diperlukan perubahan secara drastis pada organisasi manajer level menengah dan bawah akan mengimplementasi strateginya secara khusus dengan pertimbangan dari manajemen puncak. Kadang-kadang dirujuk sebagai perencanaan operasional, implementasi strategi sering melibatkan keputusan sehari-hari dalam alokasi sumber daya.

d. Evaluasi dan Pengendalian

Evaluasi dan pengendalian adalah proses dari aktivitas-aktivitas perusahaan dan hasil kinerja dimonitor dan kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan kinerja yang diinginkan. Para manajer di semua level menggunakan informasi hasil kinerja untuk melakukan tindakan perbaikan dan memecahkan masalah. Walaupun evaluasi dan pengendalian merupakan elemen akhir yang utama dari manajemen strategis, elemen itu juga dapat menunjukkan secara tepat kelemahan-kelemahan dalam implementasi strategi sebelumnya dan mendorong proses keseluruhan untuk dimulai kembali.

Tiga jenis pengendalian yaitu :

1. Pengendalian strategis berhubungan dengan arah strategis dasar organisasi di dalam hubunganya dengan lingkungan perusahaan. Pengendalian strategis memfokuskan pada organisasi sebagai satu keseluruhan dan menekankan pada pengukuran jangka panjang (satu tahun atau lebih).

2. Pengendalian taktis, sebaliknya berhubungan terutama dengan pelaksanaan perencanaan strategis. Pengendalian taktis menekankan pada implementasi


(32)

berbagai program dan menggunakan pengukuran jangka menengah (dari enam bulan sampai setahun).

3. Pengendalian operasional berhubungan dengan berbagai aktivitas jangka pendek (hari ini sampai enam bulan ke depan) dan memfokuskan pada apa yang dapat dilakukan pada saat ini untuk dapat mencapai kesuksesan, baik dalam waktu dekat maupun dalam jangka panjang.

Manajemen strategi dalam organisasi akan berkembang melalui empat tahap yang berurutan yaitu :

Tahap 1. Perencanaan keuangan dasar : mencari pengendalian operasional yang lebih baik melalui pemenuhan anggaran.

Tahap 2. Perencanaan berbasis peramalan : mencari perencanaan yang lebih efektif untuk pertumbuhan dengan mencoba meramalkan masa yang akan datang, melebihi dari tahun berikutnya.

Tahap 3. Perencanaan berorentasi keluar (perencanaan strategi) : mencari cara untuk meningkatkan respon terhadap pasar dan persaingan dengan mencoba berpikir secara strategi.

Tahap 4. Manajemen strategi : mencari cara untuk mengelola semua sumber daya guna mengembangkan keunggulan kompetitif dan membantu menciptakan kesuksesan di masa yang akan datang.

1.5.2 Strategi

Strategi adalah sebuah kosa kata yang pada mulanya berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘strategos’ yang berarti militer dan ‘ag’ yang artinya memimpin


(33)

(Pornomo, 2005 : 8 dalam buku Triton PB, 2007 : 23). Berdasarkan pemaknaan ini, maka kata strategi pada awalnya bukan kosa kata disiplin ilmu manajemen, namun lebih dekat dengan bidang kemiliteran.

Strategi adalah sekumpulan pilihan kritis untuk perencanaan dan penerapan serangkaian rencana tindakan dan alokasi sumber daya yang penting dalam mencapai tujuan dasar dan sasaran, dengan memperhatikan keunggulan kompetitif, komperatif dan sinergis yang ideal berkelanjutan sebagai arah, cakupan dan perspektif jangka panjang keseluruhan yang ideal dari individu atau organisasi.

Secara khusus, strategi adalah penempaan misi organisasi, penetapan sasaran organisasi dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai (George A.Steiner, 1997 : 18).

Berdasarkan defenisi di atas maka strategi organisasi adalah suatu kebijakan dasar organisasi dalam upaya pencapaian tujuan organisasi. Peranan yang dimainkan oleh strategi tersebut adalah sebagai penentu arah yang harus ditempuh oleh organisasi yang bersangkutan. Selain itu strategi juga dapat disoroti sekurang-kurangnya dari dua perspektif yang berbeda yaitu :

a. Mengenai apa yang hendak dilakukan organisasi, disini strategi didefenisikan sebagai program yang luas untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan melaksanakan misi organisasi. Karena program mengacu pada peranan


(34)

yang aktif, sadar dan rasional yang dimainkan oleh manajer dalam merumuskan strategi organisasi.

b. Mengenai masalah apa sesungguhnya yang dilakukan oleh sebuah organisasi, maksudnya bahwa strategi merupakan tanggapan organisasi yang dilakukan terhadap lingkungannya sepanjang waktu.

Tahapan dalam penyusunan strategi terdiri dari enam tahapan yaitu : 1. Seleksi yang mendasar dan kritis terhadap permasalahan

2. Menetapkan tujuan dasar dan sasaran strategis 3. Menyusun perencanaan tindakan (action plan) 4. Menyusun rencana penyumberdayaan

5. Mempertimbangkan keunggulan 6. Mempertimbangkan keberlanjutan

Dengan memahami tahapan umum yang ada dalam penyusunan strategi, maka akan lebih mudah di dalam melakukan strategi itu sendiri. Untuk menyusun strategi pengembangan kepariwisataan perlu terlebih dahulu mengenali sistem kepariwisataan itu melalui dua-sub sistem sebagai berikut :

A. Sisi Penyelenggara (Kelembagaan) atau Organization, yang terdiri dari :

1. Pemerintah selaku penentu, pengatur, Pembina dan penyelenggara kebijakan umum (public policy) yang memberikan jasa/layanan kebutuhan umum (public services), termasuk layanan keperluan penyelenggara pariwisata pelayanan informasi pariwisata.


(35)

2. Penyelenggara usaha pariwisata, yang menyediakan jasa/layanan khusus kebutuhan wisatawan (traveller-orang yang berpergian atau berada dalam perjalanan)- termasuk layanan informasi perjalanan.

3. Masyarakat pada umumnya, berupa sikap dan tingkah laku masyarakat, termasuk para pengusaha barang dan jasa kebutuhan masyarakat secara umum dalam menerima dan melayani wisatawan termasuk juga layanan informasi umum.

B. Sisi Supply (Penawaran) atau Tourism Resources dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu

1. Kelompok atraksi, baik yang berupa atraksi alam, budaya maupun karya manusia yang terdiri dari Site Attraction (obyek wisata) yang pada dasarnya bersifat statis dan tangible dan Event Attraction (pariwisata wisata) bersifat dinamis (tidak terikat pada tempat) dan intangible.

2. Kelompok aksessibilitas yang tercermin dalam berbagai fasilitas antara lain angkutan (darat, laut, udara, danau, sungai), izin-izin berkunjung (kebijakan visa, izin masuk daerah yang dilindungi seperti suaka alam, suaka margasatwa, suaka budaya, situs sejarah dan lain-lain.

3. Kelompok akomodasi yang menawarkan tempat berteduh, tempat tinggal, sarana konferensi dan pameran, sarana ibadah dan sarana hidangan (restoran).


(36)

1.5.3 Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia A. Organisasi

Organisasi terbentuk karena orang mempunyai keinginan yang hendak dicapai yaitu untuk kepentingan manusia (antroposentris). Keinginan itu berarti apa yang baik atau seharusnya dicapai. Organisasi sebenarnya diciptakan untuk orang, bukan untuk organisasi. Manusia harus memperalat organisasi, bukan diperalat organisasi. Organisasi bukan untuk tujuan melainkan sebagai alat bagi manusia untuk mencapai tujuan. Dengan demikian pengertian organisasi adalah sebagai suatu kelompok orang yang bersatu dalam tugas-tugas atau tugas umum, terkait pada lingkungan tertentu dengan menggunakan alat teknologi dan patuh pada peraturan (Malinowski dalam Abdurrahmat Fathoni. 2006 : 22).

Organisasi dapat diartikan bermacam-macam tergantung dari arah mana kita memandangnya. Teori klasik memandang organisasi itu sebagai satu wujud. Sedangkan teori sistem memandang organisasi sebagai proses. Jika dipandang dari segi wujud maka organisasi adalah kerja sama orang-orang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diingini.

Dalam skripsi ini organisasi yang dimaksud adalah organisasi pemerintahan yang bergerak di bidang kepariwisataan khususnya pariwisata Kabupaten Karo. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai tugas dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang kebudayaan dan pariwisata.


(37)

Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo memiliki visi dan misi organisasi yang dapat dianggab sebagai falsafah organisasi. Visi da misi yang telah dirumuskan bersifat tetap dan jangka panjang yang juga menjadi kerangka dasar perencanaan strategi.

Visi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata adalah “mewujudkan kepariwisataan Kabupaten Karo yang maju, modern berwawasan lingkungan dan berdaya saing tinggi dengan mempertahankan nilai-nilai budaya Karo melalui peran serta masyarakat dan dunia usaha yang seluas-luasnya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan kesejahteraan masyarakat”. Sedangkan yang menjadi misi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo adalah :

• Memanfaatkan potensi pariwisata minat kusus secara optimal.

• Memberdayakan secara maksimal obyek dan daya tarik wisata operasional dan potensial serta agrowisata.

• Keberpihakan kepada pengusaha menengah kebawah serta masyarakat, khususnya pengusaha dan masyarakat lokal.

• Peningkatan kualitas aparatur pemerintah, pelaku pariwisata dan masyarakat terkait.

• Membina budaya sebagai asset pariwisata.

• Mendorong pembangunan prasarana, sarana dan fasilitas wisata.

• Peningkatan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran wisatawan.

• Menumbuh kembangkan sadar wisata di tengah-tengah masyarakat.

Setiap organisasi terlihat adanya ciri-ciri organisasi yang sekurang-kurangnya harus ada dimiliki untuk setiap organisasi demikian juga hasilnya


(38)

dengan organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo. Ciri-ciri tersebut adalah :

 Adanya orang-orang dalam arti lebih dari satu orang

 Adanya kerja sama

 Adanya tujuan

Dalam suatu organisasi harus memuat sekurang-kurangnya empat unsur yaitu : 1. Goals Oriented, yaitu mengarah kepada pencapaian tujuan.

2. Psychosocial system, yaitu orang-orang yang berhubungan satu sama lain dalam kelompok kerja.

3. Structure activities, yaitu orang-orang bekerja sama dalam suatu hubungan yang terpola.

4. Technological system, yaitu orang yang menggunakan pengetahuan dan teknologi.

Didalam defenisi yang telah dikemukakan diatas, organisasi dipandang dari segi statisnya yaitu suatu badan struktur. Organisasi itu sebagai suatu sistem dimana bagian-bagian organisasi yang berhubungan satu sama lain menjadi satu kesatuan secara keseluruhan.

Bagian-bagian itu terdiri dari faktor-faktor luar dan dalam organisasi. Faktor luar organsasi adalah lingkungan dimana organisasi itu berada seperti faktor politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi, hokum, demografi, sumber-sumber alam, langganan, nasabah dan lain-lain. Faktor dalam organisasi adalah orang-orang yang bekerja sama dan tanggung jawab hubungan kerja, dana alat-alat, peraturan dan prosedur kerja dan lain-lain. Organisasi sebagai proses sistem


(39)

terdiri dari faktor luar dan faktor dalam yang berhubungan atau berinteraksi satu sama lain, saling mempengaruhi sehingga merupakan suatu kebulatan.

Ada tiga unsur yang disusun dalam proses organisasi yaitu : pekerjaan orang-orang dan sistemnya. Jadi dalam hal ini, faktor lingkungan dapat mempengaruhi organisasi lalu berinteraksi dengan faktor organisasi sehingga perlu menyesuaikan dirinya dengan perubahan-perubahan yang terjadi demi untuk mempertahankan kelanjutan hidup organisasi.

Adapun yang menjadi manfaat dari organisasi adalah sebagai berikut : 1. Mengatasi terbatasnya kemampuan, kemauan dan sumber daya yang

dimilkinya dalam mencapai tujuanya;

2. Mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien karena dikerjakan bersama-sama;

3. Wadah memanfaatkan sumber daya dan teknologi bersama-sama;

4. Wadah mengembangkan potensi dan spesialisasi yang dimiliki seseorang; 5. Wadah mendapatkan jabatan dan pembagian kerja;

6. Wadah mengelola lingkungan bersama-sama; 7. Wadah mencari keuntungan bersama-sama; 8. Wadah menggunakan kekuasaan dan pengawasan; 9. Wadah mendapatkan penghargaan;

10.Wadah memenuhi kebutuhan manusia yang semakin banyak dan kompleks; 11.Wadah menambah pergaulan;


(40)

B. Manajemen Sumber Daya Manusia

Fenomena sosial pada masa kini dan masa depan dalam era globalisasi ini, yang menentukan adalah manajemen sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan modal dan kekayaan yang terpenting dari setiap kegiatan manusia. Manusia sebagai unsur terpenting mutlak dianalisis dan dikembangkan dengan cara tersebut. Waktu, tenaga dan kemampuanya benar-benar dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan organisasi maupun kepentingan individu.

Manajemen sumber daya manusia adalah pemanfaatan sejumlah individu untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi (R.Mondy Wayne, 2008 : 4). Konsekuensinya, para manajer / pimpinan disetiap tingkat organisasi harus melibatkan diri mereka dengan manajemen sumber daya manusia. Pada dasarnya, setiap manajer / pimpinan membuat segala sesuatunya terselesaikan melalui upaya-upaya orang lain dan memerlukan manajemen sumber daya manusia yang efektif. Para individu yang berurusan dengan masalah-masalah sumber daya manusia menghadapi sejumlah besar tantangan, mulai dari tenaga kerja yang berubah secara terus-menerus hingga peraturan-peraturan pemerintah yang selalu ada, revolusi teknologi dan bencana-bencana alam begitu juga dengan persaingan global memaksa organisasi untuk meningkatkan kualitas manajemen sumber daya manusia yang ada pada organisasi.

Peningkatan kualitas manajemen sumber daya manusia yang dilihat dari konsep totalitas kehidupan perlu dilengkapi dengan dimensi kualitas yang bersifat strategis dalam konteks organisasi yang seutuhnya, yaitu : keimanan dan


(41)

ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, professional, intelektual, disiplin dan efesien.

Ada lima prinsip pendekatan terhadap manajemen sumber daya manusia, yaitu :

1. Sumber daya manusia adalah merupakan kekayaan yang paling penting, yang dimiliki oleh organisasi, sedangkan manajemen yang efektif adalah kunci bagi keberhasilan organisasi tersebut.

2. Keberhasilan sangat mungkin dicapai manakala peraturan atau kebijaksanaan dan prosedur serta mekanisme kerja yang bertalian dengan manusia dari perusahaan saling berhubungan dan memberikan sumbangan terhadap pencapaian tujuan perusahaan dan pencapaian strategis.

3. Budaya dan nilai perusahaan, suasana organisasi dan perilaku manajerial yang berasal dari kultur tersebut akan memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil pencapaian terbaik.

4. Manajemen sumber daya manusia berhubungan dengan integrasi semua anggota organisasi yang terlibat untuk mencapai tujuan.

5. Keempat prinsip tersebut harus tertanam dalam diri setiap anggota ditambah dengan ketakwaan dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Manajemen sumber daya manusia yang efektif penting bagi keberhasilan setiap organisasi. Agar manajemen sumber daya manusia menjadi efektif, para manajer/ pimpinan organisasi harus memahami dan secara kompeten menerapkan manajemen sumber daya manusia.


(42)

1.5.4 Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)

Analisis SWOT adalah merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) yaitu Strengths, Weakness dan faktor eksternal (luar) yaitu, Opportunity dan Threats.

Analiasis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu :

1. Strengths (kekuatan) merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

2. Weakness (kelemahan) merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianaliasis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

3. Opportunity (peluang) merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah dan kondisi lingkungan sekitar.

4. Threats (ancaman) merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

Analisis SWOT merupakan awal proses perumusan strategi. Selain itu, analisis situasi juga mengharuskan manajer / pimpinan strategis untuk


(43)

menemukan kesesuaian strategis antara peluang eksternal dan kekuatan internal, disamping memperhatikan ancaman eksternal dan kelemahan internal. Mengingat bahwa SWOT adalah akronim untuk Strengths, Weakness, Opportunity dan Threats dari organisasi yang semuanya merupakan faktor-faktor strategis.

Tabel 1.2 Matriks SWOT

Strength (S) Weakness (W)

Opportunity (O) Strategi SO

Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi WO

Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Threats (T) Strategi ST

Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi (WT)

Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Dari matriks SWOT tersebut dapat diperoleh 4 strategi, antara lain : 1. Strategi SO

Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST

Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. 3. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.


(44)

4. Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman.

Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi relasi-relasi sumberdaya pariwisata dengan sumber daya lain. Jadi kekuatan dan kelemahan sumberdaya tersebut perlu ditegaskan sejak awal. Didalam analisis SWOT ada sejumlah unsur dan variabel yang mutlak menjadi fokus kajian seperti dalam tabel berikut ini :

Tabel 1.3

Beberapa unsur dan variabel dalam analisis SWOT pariwisata

UNSUR VARIABEL

• Atraksi alam Lokasi, jenis, jumlah, mutu, masalah dan daya tarik.

• Atraksi budaya Lokasi, jenis, jumlah, mutu, masalah dan daya tarik.

• Dampak lingkungan yang potensial

Perubahan lingkungan fisik, ekologis dan daya dukung.

• Aksesibilitas Daya angkut, akses, mutu, frekuensi dan ongkos.

• Pasar Daerah asal, tipe perjalanan dan tipe kegiatan.

• Usaha Jasa Mutu, kesesuaian dengan pasar dan masalah lain.

• Informasi wisata Mutu peta, buku panduan wisata, pemaparan, akurasi dan autentitas informasi.

• Promosi Efektivitas advertensi, publisitas, kehumasan, insentif, mode dan promosi

• Organisasi Organisasi terkait, hubungan kerja, kemitraan, teamwork pengembangan pariwisata.

• Komitmen pelaku wisata

Dukungan riel berbagai sektor, sikap publik dan masyarakat lokal terhadap pengemabangan pariwisata.


(45)

Didalam hasil analisis SWOT sebaiknya harus menggambarkan hal-hal berikut ini:

a) Perkembanga produk dan pasar pariwisata itu sendiri b) Organisasi dan kelembagaan pariwisata

c) Peluang-peluang pengembangan inti kegiatan pariwisata d) Jasa-jasa kegiatan lain yang mungkin dikembangkan

Melalui analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) akan dapat diketahui isu ataupun faktor-faktor strategis yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan pada waktu yang akan datang dalam rangka pengembangan pariwisata untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabuapten Karo.

Tabel 1.4

Analisis SWOT pada Pariwisata Kabupaten Karo

Kekuatan Kelemahan

• Memiliki sarana akomodasi yang sangat memadai

• Memilki alam yang indah dan sejuk

• Keramahtamahan masyarakat Karo

• Memiliki sarana akomodasi yang sangat baik

• Kebudayaan suku etnis Karo yang masih asli

• Memilki banyak obyek wisata alam, wisata seni dan budayadan wisata peninggalan sejarah

• Kesadaran lingkungan masyarakat masih rendah

• Terbatasnya sumber daya manusia dan kelembagaan yang kompeten

• Keterbatasan dana dalam

pembangunan dan pengembanganya

• Kesadaran akan pentingnya berwisata sangat kurang bagi masyarkat Kabupaten Karo


(46)

Peluang Ancaman

• Jarak dari ibukota Propinsi hanya 65 Km dan aksesibilitas sangat baik

• Undang-undang pemerintahan daerah No.32 tahun 2004 yang memberikan otonomi daerah kepada masing-masing daerah untuk mengembangkan daerahnya

• Posisi kota Berastagi yang strategis dapat dijadikan pintu gerbang perjalanan wisata ke daerah lain

• Masuknya pengaruh budaya barat ke Indonesia khususnya Kabupaten Karo sehingga nilai-nilai budaya Karo terkikis seiring dengan perkembangan zaman

• Terjadinya bencana alam seperti bencana meletusnya Gunung Sinabung tahun 2010 sehingga mempengaruhi keamanan untuk berwisata ke Kabupaten Karo

• Adanya penebangan hutan secara liar yang mengakibatkan kondisi alam yang masih asli/nature menjadi berkurang karena banyaknya polusi udara

1.5.5 Pendapatan Asli Daerah

Pengertian pendapatan (revenues) berbeda dengan income. Revenues merupakan pendapatan yang belum dikurangi biaya-biaya untuk memperoleh pendapatan tersebut, sedangkan income adalah pendapatan yang telah dikurangi dengan biaya-biaya untuk memperoleh pendapatan-pendapatan itu. Jadi income lebih tepat diterjemahkan sebagai penghasilan.

Pendapatan Asli Daerah merupakan gambaran potensi keuangan daerah pada umumnya mengandalkan unsur pajak daerah dan retribusi daerah. Berkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah dari retribusi, maka daerah dapat menggali potensi sumber daya alam berupa obyek wisata.

Pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri atas :


(47)

• Hasil pajak daerah

• Hasil retribusi daerah

• Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

• Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Menurut UU No. 33 tahun 2004 pasal 7 dijelaskan bahwa dalam upaya meningkatkan PAD, Daerah dilarang :

1. Menetapkan Peraturan Daerah tantang pemdapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi, dan

2. Menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah dan kegiatan ekspor/impor.

Sampai saat ini yang termasuk Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang berasal dari daerah itu sendiri dan didapat melalui pajak daerah dan retribusi daerah.

A. Hasil Pajak Daerah

Pajak daerah termasuk sumber keuangan pokok bagi daerah di samping retribusi daerah. Pajak adalah iuran masyarakat kepada pemerintah berdasarkan undang-undang yang berlaku guna membiayai pengeluaran pemerintah yang prestasinya kembali, tidak dapat ditunjuk secara ;angsung tetapi pelaksanaanya


(48)

dapat dipaksakan. Sedangkan pajak daerah itu sendiri menurut UU No 34 Tahun 2000 adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan pembangunan.

Selanjutnya pada pasal 2 ayat (2) UU No 34 Tahun 2000, jenis pajak kabupaten atau kota terdiri dari :

a. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel

b. Pajak Restoran adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan c. Pajak Reklame adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik

d. Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas pribadi atau badan, baik yang disediakan berkiatan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor yang memungut bayaran.

B. Hasil Retribusi Daerah

Sesuai dengan UU No. 34 Tahun 2000 retribusi dibagi tiga golongan, yaitu : a. Retribusi Jasa Umum

Jasa yang dimaksud merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

b. Retribusi Jasa Usaha

Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta


(49)

yang dimiliki atau dikuasasi Daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah

c. Retribusi Perizinan tertentu

Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintah yang diserahkan kepada Daerah dlam rangka asas desentralisasi.

1.5.6 Pariwisata

A. Pengertian Pariwisata

Pariwisata ada dan tumbuh karena perbedaan, keunikan, keelokan baik itu berupa bentang alam, flora, fauna maupun yang berupa kebudayaan sebagai hasil cipta, karsa dan budi manusia. Tanpa perbedaan itu, tak akan ada pariwisata, tidak ada orang yang melakukan perjalanan atau berwisata. Oleh karena itu, melestarikan alam dan budaya serta menjunjung kebhinekaan adalah fungsi utama kepariwisataan yang harus dijaga kelestarianya.

Pariwisata adalah salah satu dari industri gaya baru, yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan. Lagi pula pariwisata sebagai suatu sektor yang kompleks, meliputi industri-industri dalam arti klasik, misalnya industri kerajinan tangan dan industri cenderamata. Penginapan trasportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai industri (Frans Gromang, 2003 : 3).


(50)

Menurut Happy Manurung (2002 : 13) pengertian pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamanya.

Pengertian pariwisata adalah secara lengkap dapat dilihat dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan dalam pasal 1 menyatakan :

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

c. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusaha obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

d. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.

e. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan dan mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut. f. Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran

wisata.

g. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.


(51)

Di Indonesia istilah ‘pariwisata’ pertamakali digunakan oleh mendiang Presiden Soekarno dalam suatu percakapan sebagai padanan dari istilah asing tourism. Sementara apa yang dimaksud dengan tourism/pariwisata harus disimpulkan dari cara orang menggunkan istilah itu. Maka dapat dikatakan bahwa yang disebut pariwisata adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan (Soedjono, 1996 : 45).

Dengan demikian kepariwisataan Indonesia adalah kepariwisataan yang berbasis masyarkat (community based tourism) dan berbasis budaya ( cultural tourism) . Kepariwisataan yang dibangun Indonesia dengan prinsip dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat.

1. Kepariwisataan Budaya (cultural tourism)

Dilihat dari sisi obyek dan daya tarik wisata, Undang-Undang No.9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan antara lain menyebutkan bahwa pembangunan obyek dan daya tarik wisata dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai agama, adat istiadat serta pandangan nilai-nilai yang hidup didalam masyarakat, kelestarian budaya dan lingkungan hidup. Nilai-nilai luhur yang dijunjung masyarakat, prikehidupan yang unik serta hasil-hasil karya berupa bangunan atau benda yang indah dan menarik dapat menjadi obyek dan daya tarik wisata. Dalam memanfaatkan potensi budaya untuk menjadi obyek dan daya tarik wisata, terlebih dahulu yang harus dilkaukan adalah mengedepankan prin sip pelestarian budaya itu sendiri.


(52)

Pelestarian budaya adalah pemeliharaan, pemanfaatan dan pengembangan kebudayaan sehingga dalam hal ini kepariwisataan adalah alat untuk melestarikan kebudayaan bukan untuk merusaknya. Bagaimana kebudayaan dari suatu masyarakat tertentu akan dipelihara, dimanfaatkan dan dikembangkan adalah menjadi kewenangan masyarakat pendukung budaya itu yang menentukan. Merekalah yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi diri mereka, masyarakat dan lingkungan mereka.

Dilihat dari sisi pengunjung (wisatawan), kepariwisataan budaya adalah suatu kebutuhan wisatawan untuk memperoleh pengalaman budaya yang berbeda, mengetahui dan mengalami tata kehidupan yang berbeda dan juga untuk memperoleh nilai-nilai kehidupan yang baru yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

2. Kepariwisataan Berbasis Masyarakat (community based touris)

Prinsip dasar kepariwisataan berbasis masyarakat adalah menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama melalui pemberdayaan masyarakat dalam berbagai kegiatan kepariwisataan, sehingga manfaat pariwisata sebesar-besarnya diperuntukkan bagi masyarakat. Sasaran utama pengembangan kepariwisataan haruslah meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Pemerintah daerah berperan sebagai fasilitator pengembangan kepariwisataan.

B. Sarana dan Prasarana Pariwisata

1. Sarana kepariwisataan adalah segala fasilitas yang digunakan oleh wisatawan dalam melakukan perjalanan wisatanya di suatu daerah. Sarana yang


(53)

dimaksud adalah tempat penginapan (hotel, motel, bar dan lainya), tersedianya makanan dan minuman ditempat obyek wisata (coffe shop, cafeteria, restaurant, self service dan lainya). Sarana lain seperti pusat informasi, kantor dinas pariwisata dan lainya.

2. Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses prekonomian dapat berjalan sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manuisa untuk memenuhi kebutuhanya. Yang termasuk prasarana pariwisata adalah: (a) prasarana prekonomian yang meliputi prasarana perghubungan, prasarana telekomonikasi, prasarana air bersih dan listrik serta sistem perbankkan, (b) prasarana sosial yang meliputi pelayanan kesehatan dan keamanan.

Manfaat pariwisata adalah :

1). Pariwisata adalah faktor penting untuk menggalang persatuan bangsa yang rakyatnya memilki daerah yang berbeda, dialek. adat istiadat dan citra rasa yang beraneka ragam pula.

2). Pariwisata menjadi faktor penting dalam pengembangan ekonomi, karena kegiatanya mendorong perkembangan beberapa sektor ekonomi nasional misalnya :

 Meningkatkan urbanisasi karena pertumbuhan pembangunan fasilitas wisata. Hal ini meliputi perbaikan prasarana pariwisata.

 Menggugah industry-industri baru yang berkaitan denga jasa-jasa wisata misalnya : usaha-usaha transportasi, akomodasi (hotel, motel, pondok


(54)

wisata, perkemahan dan lain-lain) yang memerlukan perluasan beberapa industri seperti peralatan hotel, kerajinan tangan dan lain-lain.

 Menambah permintaan dan pemakaian akan hasil-hasil pertanian semakinbertambah.

 Memperluas pasar barang-barang local.

 Menunjang pendapatan Negara dengan valuta asing sehingga mengurangi defisit di dalam neraca pembayaran dan memajukan perekonomian nasional.

 Memperluas lapangan kerja.

 Membantu pembangunan daerah-daerah terpencil dalam suatu Negara jika daerah itu memiliki daya tarik pariwisata.

c). Pariwisata juga berperan dalam meningkatkan kesehatan. Pergantian tempat dan iklim serta menjauhkan diri dari segala kehidupan rutin sehari-hari, semua ini akan menambah daya tahan dan menurunkan ketegangan syaraf.

1.6 Defenisi Konsep

Menurut Masri Singarimbun (1995 : 37) bahwa konsep adalah istilah atau defnisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian kelompok atau individu yang menjadi pusat ilmu social. Untuk mendapatkan batasan-batasan yang jelas dari masing-masing konsep, maka defenisi konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Strategi adalah sekumpulan pilihan kritis untuk perencanaan dan penerapan serangkaian rencana tindakan dan alokasi sumber daya yang penting dalam


(55)

mencapai tujuan dasar dan sasaran, dengan memperhatikan keunggulan kompetitif, komperatif dan sinergis yang ideal dan berkelanjutan sebagai arah, cakupan dan perspektif jangka panjang keseluruhan yang ideal dari individu atau organisasi.

b. Pendapatan Asli Daerah adalah merupakan sumber pendapatan yang penting untuk dapat membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah yang dapat memberi warna terhadap tingkat ekonomi suatu daerah, dimana penggunaan dana yang bersumber dari PAD dapat disesuaikan dengan kebutuhanya.

c. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

d. Strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah adalah upaya yang dilakukan pemerintah daerah dalam menggelola dan mengembangkan sektor pariwisata Kabupaten Karo yang diharapkan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sehingga dapat menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional dan sistematika penulisan.


(56)

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum atau karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi, misi dan struktur organisasi serta hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat tentang hasil data yang diperoleh dari lapangan selama penelitian berlangsung dan dokumen-dokumen lain yang akan dianalisis.

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini memuat tentang kajian dan analisis data yang diperoleh saat penelitian dan memberikan interprestasi atas permasalahan yang diteliti.

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran-saran yang dianggab perlu dari hasil penelitian yang dilakukan.


(57)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN II.1. Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan analisis data kualitatif. Bentuk penelitian deskriptif adalah bentuk penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki dan diiringi dengan interprestasi yang rasional dan akurat.

II.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo di jalan Gundaling nomor 1 Berastagi Kabupaten Karo, Sumatera Utara dan di kantor Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karo.

III.3. Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitianya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel (Bagong Suyanto, 2005 : 171).

Untuk dapat memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai masalah penelitian yang dibahas maka penulis mempergunakan teknik informan. Subjek


(58)

penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Dalam penelitian ini ada dua jenis informan yaitu : informan kunci (key informan) dan informasi biasa. Informasi kunci adalah informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti sedangkan informan biasa adalah informan yang ditentukan dengan dasar pertimbangan mengetahui dan berhubungan dengan permasalahan saja. Atas dasar pertimbangan tersebut maka yang menjadi informan penelitian ini adalah :

1. Kepala dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo 2. Kepala Bidang Tata Usaha

3. Kepala Bidang Obyek dan Daya Tarik Wisata

4. Kepala Bidang Pemasaran dan Promosi Usaha Pariwisata 5. Kepala Seksi Pengembangan dan Daya Tarik Wisata

6. Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (Dispenda) Kabupaten Karo

Disamping itu, untuk memperkaya data yang akan diolah maka akan ditambahkan juga informan biasa dari masyarakat, para pengusaha sektor pariwisata dan wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Karo.

IV.4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk mendapatkan data dan informasi serta bahan-bahan lainya untuk mendukung dalam menyelesaikan penelitian, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :


(59)

a. Data Primer yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan denga cara wawancara dan observasi. Wawancara adalah cara pengumpulan data melalui tanya jawab langsung dengan informan yang dianggab mengetahui permasalahan penelitian secara mendalam sedangkan observasi adalah cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung oleh peneliti dilokasi obyek penelitian.

b. Data Sekunder adalah yaitu data yang diperoleh untuk mendukung data primer yang diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan berbagai literature seperti buku, majalah, jurnal dan laporan penelitian serta lainya yang dapat mendukung.

V.5 TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data adalah proses mengatur urusan data, mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar (Patton, 2002 : 97). Sesuai dengan analisis data yang dilakukan oleh penulis maka teknik yang digunakan adalah analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) sehingga dapat diketahui struktur serta tingkat strategis dari faktor-faktor tersebut.

Melalui analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) maka dapat diketahui faktor-faktor strategis yang perlu dikembangkan dimasa yang akan datang untuk pengembangan sektor pariwisata. Teknik analisis SWOT merupakan strategi tahap dalam menemukan isu strategis yang nantinya berkaitan dengan penemuan strategi pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Karo.


(60)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI A. Gambaran Umum Kabupaten Karo

1. Kondisi Geografis

Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan dan merupakan Daerah Hulu Sungai. Luas wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha atau 2,97 persen dari luas Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, dan secara geografis terletak diantara 2°50’–3°19’ Lintang Utara dan 97°55’–98°38’ Bujur Timur.

Batas-batas wilayah Kabupaten Karo adalah :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Toba Samosir

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi Nangroe Aceh Darusalam).

Kabupaten Karo terletak pada ketinggian 140 sampai dengan 1400 meter diatas permukaan laut dengan perbandingan luas sebagai berikut :

• Daerah ketinggian 140 sampai dengan 200 meter diatas permukaan laut seluas 9.550 Ha (4.49 %).


(61)

• Daerah ketinggian 200 sampai dengan 500 meter diatas permukaan laut seluas 11.373 Ha (5.35 %).

• Daerah ketinggian 500 sampai dengan 1000 meter diatas permukaan laut seluas 79.215 Ha (37,24%).

• Daerah ketinggian 1000 sampai dengan 1400 meter dari permukaan laut seluar 112.587 Ha (52,92%).

Ibukota Kabupaten Karo adalah Kabanjahe yang terletak sekitar 76 km sebelah selatan kota Medan ibukota Provinsi Sumatera Utara.

Sejak zaman Belanda Kabupaten Karo sudah terkenal sebagai tempat peristirahatan. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia kemudian dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata di Propinsi Sumatera Utara. Objek-objek pariwisata di Kabupaten Karo adalah panorama yang indah di daerah pegunungan, air terjun, air panas, dan kebudayaan Karo yang unik.

Kabupaten Karo terkenal sebagai daerah penghasil buah-buahan, sayur-mayur dan bunga-bungaan, dan mata pencaharian penduduk yang terutama adalah usaha pertanian pangan, hasil hortikultura dan perkebunan rakyat. Keadaan hutan cukup luas yaitu mencapai 129.749Ha atau 60,99 persen dari luas Kabupaten Karo. Kabupaten Karo merupakan Daerah Hulu Sungai (DHS) dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Wampu/Ular, sub Daerah Aliran Sungai Laubiang.


(62)

2. Iklim

Suhu udara rata-rata di Kabupaten Karo berkisar antara 18,4°C - 19,3°C, dengan kelembaban udara pada tahun 2006 rata-rata setinggi 88,39 persen, tersebar antara 86,3 persen sampai dengan 90,3 persen. Di Kabupaten Karo seperti daerah lainnya terdapat dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan pertama mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Januari dan musim hujan kedua mulai bulan Maret sampai dengan bulan Mei. Arah angin terbagi 2 (dua) arah/gerak yaitu angin yang berhembus: Dari arah Barat kira-kira bulan Oktober sampai dengan bulan Maret dan dari arah Timur dan Tenggara antara bulan April sampai dengan bulan September.

3. Kependudukan

Hasil Sensus tahun 2000 Penduduk Kabupaten Karo berjumlah 283.713 jiwa, pada pertengahan tahun 2009 diperkirakan sebesar 370.619 yang mendiami wilayah seluas 2.127,25 Km². Kepadatan penduduk diperkirakan sebesar 174,22 jiwa/ Km².

Laju Pertumbuhan Penduduk Karo Tahun 2000 – 2009 (keadaan tengah tahun) adalah sebesar 3,01 % per tahun. Tahun 2009 di Kabupaten Karo Penduduk laki-laki lebih sedikit dari Perempuan. Laki-laki berjumlah 182 497 jiwa dan Perempuan berjumlah 188 122 jiwa. Sex rasionya sebesar 97,01.

Selanjutnya dengan melihat jumlah penduduk yang berusia dibawah 15 tahun dan 65 tahun ke- atas maka diperoleh rasio ketergantungan sebesar 59,76


(63)

yang berarti setiap seratus orang usia produktif menanggung 60 orang dari usia dibawah 15 tahun dan 65 tahun keatas. Beban tanggungan anak bagi usia produktif sebesar 52 dan beban tanggungan lanjut usia bagi penduduk usia produktif sebesar 8.

4. Wilayah Administrasi Pemerintahan

Kabupaten Karo adalah merupakan bagian dari Propinsi Sumatera Utara dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang secara administratif dibagi atas 17 (tujuh belas) kecamatan dengan total jumlah desa terdiri dari 262. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table dibawah ini.


(64)

Tabel 3.1

Jumlah Desa, Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Per Kecamatan

Sumber: Kantor Biro Statistik Kabupaten Karo2010

No Kecamatan Banyaknya Desa/Kel Penduduk Luas Wilayah (Km2)

1 Mardingding 12 16 617 267,11

2 Laubaleng 15 20 355 252,60

3 Tigabinanga 19 19 902 160,38

4 Juhar 24 14 217 218,56

5 Munte 22 21 586 125,64

6 Kutabuluh 16 12 507 195,70

7 Payung 8 11 309 47,24

8 Tiganderket 17 14 579 86,76

9 Simpang Empat 17 21 089 93,48

10 Naman Teran 14 12 652 87,82

11 Merdeka 9 13 218 44,17

12 Kabanjahe 13 63 990 44,65

13 Berastagi 9 46 686 186,84

14 Tigapanah 22 33 102 186,84

15 Dolat Rayat 7 8 573 32,25

16 Merek 19 16 130 125,51

17 Barusjahe 19 24 107 128,04


(65)

B. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo 1. Jumlah dan Komposisi Personalia Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Karo

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah Kabupaten, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertangung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah Kabupaten. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memiliki tugas pokok dalam bidang kebudayaan dan pariwisata khususnya dalam menjaga, mengelola dan meningkatkan industri pariwisata dan kebudayaan yang dimiliki Kabupaten Karo sehingga Kabupaten Karo tetap menjadi sebuah tujuan obyek wisata yang banyak diminati oleh orang banyak. Jumlah dan Komposisi Personalia Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo berjumlah sebanyak 45 orang pegawai negeri dan disamping itu juga terdapat 8 orang pegawai honorer. Jumlah tersebut dapat dibagi ke dalam beberapa komposisi dalam bentuk tabel, antara lain :

Tabel 3.2

Komposisis Personalia Menurut Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 SD - -

2 SLTP atau sederajat - -


(66)

4 Diploma III 16 orang 36 %

5 Sarjana (S-1) 23 orang 51 %

6 Pasca Sarjana (S-2) 1 orang 2 %

7 Total 45 orang 100 %

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo, 2010

Personalia yang berpendidikan pasca sarjana dan sarjana menduduki jabatan kepala bagian Dinas, sementara yang berpendidikan Diploma menduduki jabatan sebagai kepala seksi. Sedangkan yang berpendidikan sekolah menengah lanjutan atas (SLTA) dan sebagian yang berpendidikan Diploma berada pada seksi-seksi. Sedangkan jumlah komposisi personalia menurut golongan/pangkat dapat dilihat pada table di bawah ini :

Tabel 3.3

Komposisi Personalia Menurut Golongan/Pangkat

No Keterangan Jumlah Persentase(%)

1 Golongan I - -

2 Golongan II 17 38 %

3 Golongan III 22 49 %

4 Golongan IV 6 13 %

5 Total 45 100 %

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo, 2010

Personalia yang mempunyai golongan IV yang terdiri dari 6 orang berasal dari jenjang pendidikan sarjana dan personalia yang mempunyai golongan III


(67)

berasal dari jenjang pendidikan pasca sarjana, pendidikan sarjana dan sebagian dari jenjang pendidikan Diploma yang telah naik pangkat selama menjadi pegawai negeri pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo. Sementara personalia yang mempunyai golongan II berasal dari jenjang pendidikan Diploma dan Sekolah Menengah Lanjutan Atas (SLTA).

2. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo

Kedudukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo berdasarkan surat keputusan Bupati Karo Nomor 04 Tahun 2004 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Karo adalah: tentang uraian tugas dan jabatan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo yang merupakan unsur Pelaksana Kegiatan Pemerintah Daerah Kabupaten Karo di Bidang Kebudayaan dan Pariwisata.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo mempunyai tugas pokok yaitu untuk melaksanakan urusan pemerintahan daerah dibidang Kebudayaan dan Kepariwisataan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Dalam menyelenggarakan dan melaksanakan tugas pokok di atas, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya

b. Penyelenggaraan urusan Pemerintahan dibidang pengelolaan Kebudayaan, Seni dan Kepariwisataan serta pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya.


(1)

bergerak cepat, tepat dan berdaya guna. Pembenahan staff dan karyawan melalui peningkatan skill, baik ketrampilan manajerial maupun teknologi yang ada, seperti kemampuan mengoperasikan paket program komputer yang dapat membantu mempercepat pekerjaan yang ada.

6. Mengatasi masalah ketertiban dan keamanan terutama di lingkungan obyek wisata, maka perlu adanya koordinasi dan komunikasi yang intensif antara Sub Dinas Pariwisata Kabupaten Serdang Bedagai dengan para pemuka masyarkat dan tokoh agama yang ada sehingga perkembangan apapun yang ada di masyarakat dapat dimonitor dan diantisipasi secara dini.

7. Menumbuhkan rasa memiliki masyarakat akan fasilitas, sarana dan prasarana pariwisata di Kabupaten Serdang Bedagai, dengan cara setiap aktivitas pariwisata perlu melibatkan masyarakat lokal sekitarnya, sehingga terjadi nilai tambah yang dirasakan masyarakat baik penambahan atau peningkatan pendapatan maupun proses sosialisasi pada aktivitas pariwisata yang ada.

8. Penambahan pos pengutipan dan petugas pada setiap obyek wisata dalam rangka optimalisasi implementasi Peraturan Daerah No. 28 tahun 2005 tentang penetapan retribusi sebesar seribu lima ratus rupiah (Rp 1500) kepada setiap pengunjung yang memasuki obyek wisata.


(2)

BAB V

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ataupun analisis tentang strategi pengembangan sektor pariwisata dalam meningkatkan Pendaptan Asli Dearayang diadakan pada daerah Kabupaten Serdang Bedagai, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat 7 obyek wisata yang belum dikembangkan dan 12 obyek wisata yang masih dikembangkan secara optimal di Kabupaten Serdang Bedagai dan belum memberikan kontribusi bagi pemasukan kas daerah senagai Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui retribusi yang seharusnya dipungut.

2. Belum optimalnya kinerja dari Sub Dinas Pariwisata sebagai institusi birokrasi pemerintah yang berkompeten dalam pengembangan sektor pariwisata daerah ini.

3. Belum adanya komitmen yang kuat dari pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai dalam pengembangan atau penggelolaan sektor pariwisata secara mandiri dan berkesinambungan. Hal ini terlihat dari pengalokasian anggaran yang sangat minim.


(3)

B. Saran/Rekomendasi

Saran maupun rekomendasi yang dapat disampaikan dari hasil temuan analisis ini adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan sarana prasarana pariwisata serta pendukung secara terpadu dan optimal dengn mamanfaatkan pajak ataupun retribusi yang dipungut. Oleh sebab itu perlu adanya komitmen yag kuat dan serius dari pejabat daerah dalam meningkatkan sektor pariwisata ini.

2. Mengundang dan melibatkan para investor dari pihak swasta untuk dapat bekerjasama dalam menggerakkan perkembangan sektor pariwisata secara terpadu dan terarah. Investor ini sangat dibutuhkan dalam upaya penggelolaan industri wisata ini. Penambahan atau peningkatan fasilitas ataupun sarana pariwisata serta usaha pariwisata dapat diwujudkan dengan adanya kerjasama yang baik dengan para investor. Investor ini juga kemudian harus diberikan gambaran yang baik tentang peluang wisata Serdang Bedagai serta berbagai kemudahan dalam pengurusan surat ijin usaha dan operasional.

3. Melakukan promosi secara intensif dengan melakukan kerjasama dengan pihak pengembang wisata baik skala besar maupun skala kecil, di dalam maupun di luar negeri dengan tujuan umtuk menarik minat wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara.

4. Melibatkan partisipasi penuh dari masyarakat dalam kegiatan dan program pengembangan pariwisata yang ada sehingga tercapai suatu kondisi pariwisata yang tertib dan aman, terutama bagi wisatawan. Dilakukannya penyuluhan


(4)

secara intensif pada masyarakat betapa pentingnya industri pariwisata untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Allisons, Michael dan Kaye, Jude. 2005. Perencanaan Strategi bagi Organisasi Nirlaba. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

George A. Steiner dan John B. Miner. 1997. Kebijakan dan Strategi Manajemen. Jakarta: Erlangga.

Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Jakarta: Universitas Indonesia.

Hunger, David J dan Wheelen Thomas L. 2003. Manajemen Strategis. Yogyakarta: ANDI

Kaloh J. 2007. Mencari Bentuk Otonomi Daerah. Jakarta: Rineka Cipta.

Mondy, Wayne. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga.

Sugiono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alphabeta.

Suparmoko. 2002. Ekonomi Publik. Yogyakarta: ANDI.

Sugiantoro, Ronny. 2000. Pariwisata Antara Obsesi dan Realita. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.


(6)

Salusu. 1998. Pengambilan Keputusan Strategik untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit. Jakarta: Rineka Cipta.

Triton PB. 2007. Manajemen Strategis. Yogyakarta: ANDI.

Wahab, Salah. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Yoeti, A Oka. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Pendit, Nyoman S. 2002. Ilmu Pariwisata. Jakarta: PT Pradnya Paramita

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo. 2010. Renstra. Berastagi.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah.