31
BAB III ES DAWET CAH MBANJAR
A. Es Dawet Cah Mbanjar
Bermula dari gemar minuman dingin, tapi kini Citra Puspa Sari, 26, punya usaha menguntungkan. Tidak hanya di Indonesia, Es Dawet Cah Mbanjar
produksinya telah merambah pasar Singapura. Citra telah memasarkan produksinya mulai dari wilayah barat di Indonesia,
tengah hingga timur. Minuman usaha keluarga ini kini bisa dirasakan seluruh masyarakat negeri ini. dia mendapat undangan dari Kedutaan Besar Republik
Indonesia KBRI di Singapura. Ia mengisi acara Asia Pasific Food Festival. Dalam waktu dekat, dia akan berangkat ke Thailand untuk mempromosikan
minuman ini. Citra memulai usaha Es Dawet Cah Mbanjar pada 2006. Citra tertarik mengembangkan bisnis ini karena senang minum satu jenis
minuman yang sama tapi beda nama. Memang, minuman jenis ini cukup banyak di Medan. Penjual minuman yang menggunakan gerobak banyak dijumpai di
pinggir-pinggir jalan kota Medan. Mereka berjualan di emperan toko, tidak sedikit juga di bawah pohon rindang dan di persimpangan jalan. Citra suka bertanya-
tanya kepada penjual menanyakan informasi seputar minuman tersebut. Citra bertemu dengan pemilik es penjual dengan gerobak. ”Saya suka
minum es. Saya Sering menanyakan resep minuman kepada penjual es gerobak tersebut. Namun kata pekerjanya, citra harus bertemu pemilik usaha es langsung.
Setelah dicari tahu akhirnya bisa ketemu,” kata Citra kepada harian Seputar
Universitas Sumatera Utara
Indonesia, kemarin. Setelah dapat resep dari pemilik es itu, Citra bersama suaminya, Hafiz Khairul Rijal, membeli bahan baku dengan modal Rp100.000.
Citra tidak menggunakan resep rahasia dari bos pemilik es. Citra memilih membuat sendiri dengan biaya Rp.500.000. Citra memulai berjualan Es Dawet
Cah Mbanjar dengan modal Rp. 600.000. Citra berjualan di dekat lokasi kampus. Jadi saat itu, penjualannya lumayan. Citra dapat menjual 50 cup atau gelas Es
Dawet Cah Mbanjar dalam sehari berjualan. Citra dapat keuntungan bersih Rp50.000 per hari. Waktu terus berlalu hingga tiga bulan berjalan.
Citra menambah gerobak dari keuntungan yang diperoleh. Tidak lama berselang, gerobak ketiga dibeli sekaligus mulai merekrut karyawan. ”Mulai
jualan sendiri pada 2006. Terus berjalan hingga 2007 sudah bisa membeli gerobak kedua dan ketiga. Semuanya disebar tidak jauh dari lokasi berjualan yang
pertama,” ujar ibu dari dua orang anak ini. Walaupun sudah memiliki tiga gerobak, citra masih tetap berhubungan dengan bos pemilik es yang pertama
karena bumbu utama belum dimilikinya langsung. Citra mencoba untuk membeli bumbu dan alat produksi dari bos pemilik es
pada akhir tahun 2007. Modalnya tidak sedikit. Uang sebesar Rp50 juta harus disiapkan, tetapi karena mereka ingin berinovasi mereka akhirnya meminjam uang
orang tuanya. Mereka mendapatkan setengah modal usaha dari orang tua mereka. Hal ini dilakukan supaya dapat berinovasi. Citra akhirnya memiliki mesin adonan
cendol, gula, dan kelapa sendiri. Bahan bakunya pun langsung didatangkan dari Banjar.
Citra juga mendapat lima gerobak dan bumbu utama,. Citra memiliki delapan gerobak yang dijadikan modal untuk dijual kepada orang lain. Citra mulai
Universitas Sumatera Utara
memamerkan usaha tersebut dalam berbagai pameran kewirausahaan. Pertama kali, tepatnya 2007 ikut pameran Bank Sumut dalam rangka ulang tahun Bank
Pembangunan Daerah BPD ini. Citra meraih penghargaan Bank Sumut Usaha Mikro Kecil UMK Award.
Usaha Citra dinilai terbaik karena punya tempat produksi dan manajemennya sudah terbentuk, walaupun masih skala home industry. ”Senang sekali. Citra
mengikuti audisi wirausaha muda Mandiri yang diselenggarakan Bank Mandiri. Citra semakin bersemangat untuk mengembangkannya lebih luas,” ujar anak
pertama dari tiga bersaudara ini. Rezeki benar-benar berpihak kepada Citra. Es Dawet Cah Mbanjar terpilih menjadi juara 2 se-Sumatera. Penghargaan-
penghargaan ini membuat suami istri ini mendapat kemudahan untuk mengembangkan usaha. Orang yang berminat untuk memulai usaha ini diberi
kredit oleh Bank Mandiri. Bank ini juga membantu proses pelatihan, perekrutan karyawan dan manajemen. ”Sistemnya seperti franchise, tapi kami menyebutnya
kemitraan karena tidak ada ketentuan harus sama gerobaknya, jumlah karyawan atau gajinya.
Pembeli diperbolehkan beli bahan saja, tanpa gerobak dan tidak dapat resep utama,”papar Citra. Apabila ingin mendapat resep utama, tentu harus membeli
rumah produksi sebesar Rp60 juta. Ini disebut dengan master. Sekarang, khusus di Medan Citra menjadi pemilik brand Es Dawet Cah Mbanjar. Tidak sulit lagi
memperoleh es yang memiliki rasa manis ini pada pinggir jalan, warung atau restoran. Citra telah menjual total 170 gerobak se-Indonesia. Sekarang pemasaran
Es Dawet Cah Mbanjar hingga Makassar.
Universitas Sumatera Utara
B. Perkembangan Es Dawet Cah Mbanjar menjadi Waralaba
Pengembangan sistem waralaba franchise Es Dawet Cah Mbanjar ternyata membuat beberapa investor tertarik. Konsep pemasaran dalam rangka memperluas
jaringan usaha secara cepat. Reviza Putra Syarif, ikut menjalani bisnis menjual Es Dawet Cah Mbanjar.
Reviza mengaku beruntung bisa menjadi pewaralaba karena keuntungannya tidak sedikit. Satu bulan pertama, untung bersih yang bisa dibawanya pulang sebesar
Rp2,4 juta. ”Hasilnya lumayan. Selama dua bulan, modal saya sudah kembali,” ujarnya ketika harian Seputar Indonesia berkunjung ke tokonya di Jalan Wahid
Hasyim No 1 E Medan. Reviza harus membeli gerobak dan peralatan lengkap Es Dawet Cah
Mbanjar langsung dari pemilik franchise dengan harga Rp4,5 juta. Untuk bahan minuman mulai cendol, santan dan gula setiap hari Reviza harus mengeluarkan
biaya Rp70.000 per hari untuk 50 porsi setiap harinya. ”Sebagai pemilik franchise, mereka membina mitra. Pada saat Reviza memilih lokasi ini, Reviza
merasa kurang yakin, tetapi tetap percaya dan terus menjalankan usaha tersebut. Kebulatan tekadnya itu sudah tampak sejak awal dia ingin membuka usaha
ini. Setelah keluar dari tempat kerja sebelumnya pada salah satu bank milik pemerintah, dia memang punya keinginan untuk buka usaha, tapi keuntungannya
besar dan cepat. Yang ada di benaknya adalah bisnis makanan. Survei pun dimulai. Setelah keliling sana-sini, Reviza akhirnya mengetahui bahwa untuk
memulai usaha yang sama pakai sistem franchise. Es dawet Cah Mbanjar dapat juga dijual satu paket dengan bakso yang
pernah dimakannya. ”Dua bulan pertama, saya ikut bekerja. Bahkan harus
Universitas Sumatera Utara
berbelanja ke pasar pun saya tidak peduli. Itu bisa membuat kita lebih tahu harga di pasar dan dekat dengan pekerja,”ujar pria lulusan Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara UMSU ini. Apabila dihitung dengan paket, keuntungan yang diperolehnya mencapai Rp10 juta per bulan. Itu bersih dibawa pulang ke rumah
untuk keluarganya.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN