Pengujian Heterokedastisitas Pengujian Multikolinieritas

Pengambilan keputusan: Pada Tabel 4.7 terlihat bahwa Asymp. Sig. 2-tailed adalah 0,688 dan diatas nilai signifikan 5 0,05, dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal.

2. Pengujian Heterokedastisitas

Heterokedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang tidak tergambarkan dalam spesifikasi model regresi. Dengan kata lain, heterokedastisitas terjadi jika residual tidak memiliki varians yang konstan. Pemeriksaan terhadap gejala heterokedastisitas adalah dengan melihat pola diagram pencar yaitu grafik yang merupakan diagram pencar residual, yaitu selisih antara nilai Y prediksi dan Y observasi. a. Model grafik Hipotesis: 1 Jika diagram pencar yang ada membentuk pola- pola tertentu yang teratur maka regrasi mengalami gangguan heterokedastisitas. 2 Jika diagram pencar yang ada tidak membentuk pola- pola tertentu yang teratur maka regrasi tidak mengalami gangguan heterokedastisitas. Universitas Sumatera Utara Regression Standardized Predicted Value 2 -2 -4 R eg re ss io n S tu d en ti ze d R es id u al 2 -2 -4 Scatterplot Dependent Variable: WOM Gambar 4. 3 Scatterplot Sumber: Hasil pengolahan data primer Kuesioner, SPSS versi 15.0, 2009 Pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa diagram pencar tidak membentuk pola tertentu karena itu tidak mengalami gangguan heterokedastisitas. b. Model Glejser Menentukan kriteria keputusan: 1. Jika nilai signifikan 0,05, maka tidak mengalami gangguan heterokedastisitas. 2. Jika nilai signifikan 0,05, maka mengalami gangguan heterokedastisitas. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8 Uji Glejser Coefficients a .316 .158 1.998 .048 .014 .027 .049 .493 .623 -.046 .050 -.107 -.922 .358 .084 .043 .221 1.944 .054 -.042 .048 -.104 -.886 .377 Constant RE DE Ins p Satf Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig. Dependent Variable: abs ut a. Sumber: Hasil pengolahan data primer Kuesioner, SPSS versi 15.0, 2010 Pada Tabel 4.8 tampak bahwa signifikasi variabel bebas lebih besar dari 0,05, maka tidak mengalami gangguan heterokedastisitas.

3. Pengujian Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji adanya korelasi antara variabel independen. Jika terjadi korelasi maka dinamakan multikol, yaitu adanya masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Hasil pengolahan dapat dilihat pada Tabel 4.9 sebagai berikut: Tabel 4.9 Uji Multikolinearitas Coefficients a .695 .274 2.538 .012 .008 .048 .013 .177 .860 .746 1.340 .216 .087 .209 2.490 .014 .543 1.843 .363 .075 .397 4.827 .000 .564 1.773 .203 .083 .208 2.457 .015 .532 1.880 Constant RE DE Ins p Satf Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics Dependent Variable: WOM a. Sumber: Hasil pengolahan data primer Kuesioner, SPSS versi 15.0, 2010 Universitas Sumatera Utara Hasil pengujian: Pedoman suatu model regresi yaitu bebas multikolinieritas adalah dengan melihat Variance Inflation Factor VIF 5 maka variabel ada masalah multikolinieritas, dan jika VIF 5 maka tidak terdapat masalah multikolinieritas. Jika Tolerance 0,1 maka variabel ada masalah multikolinieritas, dan jika Tolerance 0,1 maka variabel tidak terdapat masalah multikolinieritas. Pada Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai VIF 5 dan Tolerance 0,1 maka tidak ditemukan masalah multikolinieritas dalam penelitian ini.

C. Analisis Data

Analisis deskriptif dalam penelitian ini merupakan uraian atau penjelasan dari hasil pengumpulan data primer berupa kuisioner yang telah diisi oleh responden penelitian.

1. Analisis Deskriptif a. Deskriptif Responden