Tumbuhan Attarasa [Litsea cubeba Lour. Pers.]
akhirnya sampai komponen senyawa yang memiliki titik didih yang tinggi. Peristiwa terpenting yang terjadi pada proses penyulingan adalah terjadinya difusi minyak atsiri
dan air panas melalui membran bahan yang disuling sehingga terjadi hidrolisa terhadap beberapa komponen minyak atsiri dan terjadi dekomposisi yang disebabkan
oleh panas Rahmayanti, 2000. Pada umumnya proses isolasi yang terjadi pada minyak atsiri adalah : uap
menembus jaringan tanaman dan menguapkan semua senyawa yang mudah menguap. Dalam penyulingan, campuran yang akan dipisahkan dimasukkan kedalam alat
penguap dan didihkan., Pendidihan terus dilangsungkan hingga sejumlah tertentu komponen yang mudah menguap terpisahkan dan uap ini kemudian di dinginkan
kembali ke dalam bentuk cairan. Selama pendidihan, fraksi komponen yang sukar menguap dalam cairan bertambah besar, sehingga komposisi destilat yang dihasilkan
juga berubah terus. Seringkali destilat harus dibagi dalam beberapa fraksi karena berasal dari daerah titik didih yang berbeda dan ditampung dalam beberapa bejana
terbuka. Kenaikan konsentrasi dalam cairan yang didihkan mengakibatkan peningkatan titik didih yang dapat menyebabkan bahaya akumulasi dalam alat
penguap pada tahap akhir destilasi. Sastrohamidjojo, 2004
2.6 Tumbuhan Attarasa [Litsea cubeba Lour. Pers.]
Tanaman [Litsea cubeba Lour. Pers.] yang tumbuh di Sumatera Utara dikenal dengan nama attarasa. Klasifikasi Botani tanaman ini sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Rhamnales
Suku : Lauraceae
Marga : Litsea
Jenis : Litsea cubebaLour. Pers.
Universitas Sumatera Utara
Tumbuhan ini merupakan perdu pohon atau pohon kecil, tinggi 5 m atau paling tinggi 15 m dengan garis tengah batang 6-20 cm. Semua bagian tumbuhan ini
berbau harum sekali. Melalui proses penyulingan didapatkan 25 cc minyak atsiri dari 20 g kulit segar kering angin. Minyak atsiri tersebut mengandung citronella. Kulitnya
mengandung 0,4 alkaloid, laurotetanin. Daunnya mengandung alkaloid beracun tetapi sedikit sekali 0,05 serta mengandung lebih dari 30 cineol. Batang bulat
tegak, berkayu, berwarna putih kotor dengan percabangan simpodial. Akar tunggang berwarna coklat kehitaman Heyne, 1987.
Daun tunggal berwarna hijau, berbentuk lonjong dengan tepi rata dan ujung runcing, pangkal meruncing, pertulangan menyirip, panjang 10-14 cm lebar 7-9 cm.
Merupakan bunga majemuk berbentuk malai, berkelamin dua. Warna kelopak hijau muda, berbentuk mangkok, berbulu halus, mahkota bulat melengkung, kepala sari
bulat berwarna hijau kehitaman www.iptek.apjii.or.id, 2006. Buah Litsea mengandung minyak esensial yang biasa disebut may chang oil, sedangkan di
Indonesia minyak esensial yang dihasilkan dari daun biasa disebut minyak trawas. Kulit batang dan daun mengandung saponin, flavonoid dan tanin Prosea, 1999.
Hasil penelitian yang telah dilakukan minyak atsiri yang diperoleh dari daun attarasa berwarna kuning pucat dengan kadar 3,2 dari daun attarasa kering.
Komponen minyak atsiri daun attarasa antara lain α-pinen, β-pinen,1-metil-4-1-
metiletil- benzen, eukaliptol, α-terpineol, terpinen-4-ol, kariofilen dimana eukaliptol
menjadi komponen utama yang terdapat dalamnya. Oleh sebab itu minyak atsiri daun attarasa memberikan rasa dan aroma yang segar sejuk dan beraroma seperti
camphor, sehingga minyak atsiri ini dapat digunakan sebagai pemberi cita rasa dalam makanan maupun bahan baku industri obat-obatan dan pewangi Zuhra, 1999. Selain
senyawa-senyawa diatas daun tumbuhan attarasa hasil skrining fitokimia menunjukkan adanya senyawa alkaloida berupa endapan putih dengan pereaksi
Meyer, berupa endapan coklat jika dengan pereaksi Wagner dan berupa endapan merah dengan pereksi Dragendorff Pasaribu, 2005.
Minyak atsiri dari tanaman Litsea cubeba mempunyai aktivitas antimikroba terutama minyak atsiri dari daunnya sangat aktif terhadap Candida albicans,
Cryptococcus albidus, Fusarium dimerum, dan Mycrosporum gypseum dengan
Universitas Sumatera Utara
diameter hambatan lebih dari 20 cm. Minyak atsiri dari kulit kayunya mempunyai aktivitas paling kuat terhadap bakteri Serratia marcescens, Salmonella paratyphi,
Salmonella typhi.. Minyak atsiri tanaman Litsea cubeba lebih efektif digunakan tanpa pengenceran Muslikhati, 1995