Berat Poros Gaya Radial Perhitungan defleksi Pada Poros

5.1.2 Berat Sudu Impeler

Pada roda impeler terdapat 5 buah sudu, dimana masing-masing sudu mempunyai bentuk dan ukuran yang sama. Berat sudu dapat dicari dengan persamaan :       +       + = 2 2 . 2 1 2 1 t t b b L Zi w s dimana : s w = berat sudu Zi = jumlah sudu = 5 buah L = panjang sudu = 114,95 mm b 1 = lebar laluan pada sisi masuk = 14 mm b 2 = lebar laluan pada sisi keluar = 5 mm t 1 = tebal sudu pada sisi masuk = 0,8 mm t 2 = tebal sudu pada sisi keluar = 3,5 mm λ = berat jenis bahan sudu besi tuang = 7,68x10 -5 Nm 3 maka : 0000768 , 2 5 , 3 8 , 2 5 14 959 , 114 . 5 x x w s       +       + = = 0,912 N Berat total impeler : s i is w w w + = = 11,849 + 0,912 = 12,761 N

5.2 Berat Poros

Universitas Sumatera Utara Sama halnya dengan perhitungan berat impeler, karena poros direncanakan kontruksinya bertingkat dimana perbedaan diameter sepanjang poros, maka perhitungan berat poros dilakukan untuk tiap tingkat diameter. Adapun dimensi poros yang direncanakan adalah sebagai berikut : 120 100 40 60 φ = 25 φ φ = 30 = 25 φ = 16 = 16 φ Gambar 5.3 Bentuk dan Ukuran Poros Berat poros tiap bagian dapat dihitung dengan persamaan : γ π . 2 . 4 p p p l D w = dimana : p w = berat poros tiap bagian p D = diameter poros p l = panjang poros γ = berat jenis bahan poros besi tuang = 76800 Nm 3 Maka berat poros dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut : Tabel 5.2 Berat Poros Bagian p D m p l m p w N 1 0,016 0,06 0,926 2 0,025 0,12 4,52 3 0,030 0,10 5,42 4 0,025 0,04 1,51 5 0,016 0,06 0,926 ∑ wp =13,3

5.3 Gaya Radial

Universitas Sumatera Utara Gaya radial adalah gaya yang arahnya tegak lurus terhadap garis sumbu. Pada pompa poros horizontal, gaya radial ini timbul sebagai akibat berat komponen pompa poros dan impeler. Dalam menghitung gaya radial pada poros, beban dianggap terbagi rata. Diagram pembebanan digambarkan sebagai berikut : 60 mm Wp5 A B 40 mm 100 mm 120 mm 60 mm Wp4 Wp3 Wp2 Wp1 Wis + Gambar 5.3 Pembebanan Pada Poros Dengan menggunakan kesetimbangan momen pada titik A, maka gaya reaksi pada tumpuan B dapat diperoleh yaitu : ∑ = 0 B M -250W is +W p1 -160 W p2 +100R A -50W p3 +20W p4 +50W p5 = 0 -25012,761+0,926-1604,524+100R A -505,429+201,508+500,926=0 R A = 44,71 N ∑ Fy = 0 0=W p +W is -R A -R B R B= W p +W is -R A R B = -18,697 tanda - menandakan berlawanan arah

5.4 Gaya aksial

Universitas Sumatera Utara Gaya aksial adalah gaya yang arahnya sejajar dengan garis sumbu. Pada pompa poros horizontal, gaya aksial timbul akibat aliran fluida. Akibat aliran fluida. Akibat aliran ini timbul perubahan momentum dan perbedaan tekanan fluida antara sisi isap dan sisi tekan impeler. Tekanan pada sisi isap lebih kecil daripada tekanan pada sisi tekan. Oleh sebab itu gaya ini selalu mengarah ke sisi isap. Gaya akibat perubahan momentum berlawanan arah dengan gaya yang disebabkan perbedaan tekanan.

5.4.1 Gaya akibat perbedaan tekanan

Gaya ini dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan : 1 2 4 P P D D F H a − − = π dimana : γ x g u u Ps Pd 2 4 3 2 1 2 2 − ⋅ = − 1 u = kecepatan tangensial pada sisi masuk impeler 5,74 mdet 2 u = kecepatan tangensial pada sisi keluar impeler 21,4 mdet s D = diameter mata impeler 47 mm H D = diameter hub impeler 22 mm γ = berat jenis fluida 9319,5 N 3 m sehingga : 5 , 9319 . 81 , 9 . 2 74 , 5 4 , 21 4 3 2 2 1 − = − P P = 151410,667 Nm 2 arah ke sisi isap

5.4.2 Gaya Aksial Akibat Momen Fluida

Universitas Sumatera Utara Gaya ini dapat dihitung dengan persamaan : g Vo Q F m . γ = = 81 , 9 2 . 00335 , 5 , 9319 F m =6,365 N Besarnya gaya aksial total yang bekerja pada poros: F A = F A-P – F AM = 205,13– 6,365 = 198,765 N arah ke sisi isap Gaya aksial yang terjadi pada pompa akan ditanggung oleh bantalan aksial. Semakin besar gaya aksial akan semakin besar pula bantalan yang digunakan. Agar bantalan yang digunakan tidak terlalu besar, gaya aksial ini harus dikurangi. Umumnya untuk mengatasi gaya aksial digunakan beberapa cara antara lain : 1. Torak pengimbang 2. susunan berimbang 3. Kombinasi wearing ring cincin penahan aus dengan balance hole lubang pengimbang 4. Cakram pengimbang Pada perancangan ini digunakan metode kombinasi wearing ring dan balancing hole. Pemakaian wearing ring, gaya yang dikurangi masih kecil sehingga harus dikombinasikan dengan balancing hole yang diletakkan dibelakang impeler pada diameter yang relative sama dengan mata impeler. Metode ini dapat mengurangi gaya aksial sebesar 75-90 . Universitas Sumatera Utara Besarnya gaya aksial yang terjadi : F AF = 0,1 – 0,25 F A = 0,1 – 0,25 x 198,765 N = 19,876 – 49,69 N Gaya aksial yang terjadi diambil yang maksimum yaitu F AF = 49,69 N

5.5 Perhitungan defleksi Pada Poros

Pembebanan pada poros adalah akibat dari berat impeler dan berat poros itu sendiri. Dalam perhitungan defleksi ini poros dianggap sebagai beban terbagi rata dengan pembebanan sebagai berikut : 150 mm 180 mm 100 mm 100 mm Wis Gambar 5.4 Beban pada poros Pada analisa putaran kritis, diasumsikan bahwa poros mempunyai diameter rata- rata dan massanya terbagi rata, sehingga berat tiap bagian yang dipisahkan oleh tumpuan dapat dianggap sebagai beban terpusat. Beban yang menyebabkan putaran kritis adalah beban akibat impeler dan berat poros. Universitas Sumatera Utara q 3 a b c d q 1 q 2 Wis Gambar 5.5 Beban Poros Terbagi Rata Diameter rata-rata poros : γ π . . 4 p p sm l w D = dimana : p w = berat poros = 13,3 N p l = panjang poros = 0,38 m γ = berat jenis bahan poros = 76800 Nm 3 sehingga : 76800 . 38 , . 3 , 13 . 4 π = sm D = 0,024 m = 24 mm Besarnya beban terbagi rata akibat beban rata-rata poros :     = γ π . 4 2 sm D q =     76800 . 024 , 4 2 π = 34,74 Nm Universitas Sumatera Utara q = 0,347 Ncm Besarnya beban terbagi rata tiap poros : • mm N l l w w q p p p pi 10 . 02 , 3 120 60 52 , 4 926 , 2 2 1 2 1 − = + + = + + = • mm N l w q p p 0542 , 100 42 , 5 3 3 2 = = = • mm N l l w w q p p p p 0243 , 60 40 926 , 51 , 1 5 4 5 4 3 = + + = + + = • N F A 765 , 198 = • N w is 05 , 8 =

5.6 Defleksi Akibat Berat Impeler