Metode Penelitian Latar Belakang Historis Sumatera Utara

Stasiun TVRI Medan mengelompokkan jenis acara yang ditayangkan dalam setiap harinya sebelum tahun 1990 sebagai berikut: berita Penerangan sebesar 25, PendidikanAgama sebesar 22 9 • Heuristik, yaitu dengan mengumpulkan sumber-sumber data yang sesuai dengan permasalahan penelitian. Metode yang digunakan dalam mengumpul data adalah metode dokumenter dan metode wawancara. , DramaBudaya sebesar 17 dan acara yang lainnya sebesar 26. Persentase program acara yang selalu disiarkan Stasiun TVRI Medan ini akan dianalisis untuk mengetahui arah dan gerak program acara dari TVRI kepada masyarakat Sumatera Utara. Dari beberapa buku yang dipakai, penulis berharap akan dapat mempermudah penelitian ini.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat desikriptif analitis, dimana penulis pertama-tama akan menguraikan latar-belakang sejarah Stasiun TVRI Medan, hingga bentuk dan usaha yang dilakukan terhadap program acara yang sifatnya berorientasi sosial, yaitu rakyat Sumatera Utara. • Metode dokumenter yaitu mengumpulkan berbagai sumber tertulis sebanyak banyaknya yang berkaitan dengann permasalahan penelitian seperti buku, surat kabar, majalah dan hasil laporan penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini. • Metode wawancara dan observasi partisipasi penelitian akan menjadi pendukung kepada penelitian ini. Penulis melakukan metode wawancara 9 TVRI Medan, op. cit., hlm 19. Universitas Sumatera Utara disebabkan oleh peristiwa dan permasalahan masih tergolong sejarah yang kontemporer, dimana pelaku dan orang yang mengetahui tentang Stasiun TVRI Medan masih bisa diwawancarai. Hasil pencarian terhadap bukti tertulis dan wawacara akan diseleksi melalui kritik sumber baik kritik intern, maupun kritik ekstern dengan tujuan mendapatkan data yang akurat. Setelah itu akan dilakukan interprestasi terhadap data-data yang sudah dipilih, yang akan diteruskan ketahap historiografi atau tahap penulisan. Universitas Sumatera Utara BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

2.1 Kondisi Geografis Sumatera Utara

Penelitian Sejarah tidak lepas dari pengamatan tentang kehidupan kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan pengamatan bagaimana kondisi alam yang akan dikaji. Dengan mengamati bagaimana gerakan yang dilakukan oleh manusia, dalam hal ini adalah kebudayaan, sistem sosial ekonomi, dan juga bagaimana organisasi sosial pada saat itu cukup membantu menjelaskan bagaimana kehidupan manusia. Latar belakang lain dari pengamatan terhadap kehidupan sosial masyarakat adalah untuk mengetahui bagaimana keterkaitan antara budaya masyarakat dengan kegiatan dan program acara yang ditayangkan oleh Stasiun TVRI Medan, sebab program yang ditayangkan oleh media komunikasi merupakan proses sosial dan segala tindakan manusia dan sekitarnya. Kajian sosial budaya dan lingkungannya yang dimaksud dalam hal ini adalah wilayah Sumatera Utara, sebagai wilayah siaran yang dijangkau oleh TVRI Medan, dan daerah konsentrasi dari liputan yang dilakukan oleh Stasiun TVRI Medan, antara lain:

2.1.1 letak geografis

Sumatera Utara merupakan wilayah daerah administratif pemerintahan daerah tingkat I provinsi, yang letaknya dalam belahan Bumi ini pada: 1°- 4° Lintang Utara, dan 98°-100° Bujur Timur. Sumatera Utara diapit oleh 2 bagain Universitas Sumatera Utara besar perairan, yakni Lautan Hindia dan juga Selat Malaka yang mana setelah merdeka diganti namanya dengan Samudera Indonesia dan Selat Sumatera 10 Persiapan dalam rangka pembentukan daerah Sumatera Utara yang dilakukan oleh Panitia Penyelenggaraan Pembentukan Provinsi Sumatera Utara atau disingkat dengan P4SU, yang dibentuk berdasarkan ketetapan Menteri Dalam Negeri RIS 1 Agustus 1950 No.13919, maka yang menjadi daerah Sumatera Utara meliputi Daerah Aceh, Tapanuli, dan Sumatera Timur. Yang menjadi dasar dari pembentukan provinsi ini diatur dengan UU No. 5 tahun 1950, disahkan tanggal 15 Agustus 1950 . 11 - Bagian Utara berbatasan Selat Malaka, dan Samudera Hindia atau Samudera Indonesia. . Daerah-daerah yang menjadi bagian dari Sumatera Utara terdiri terdiri dari beberapa kabupaten. Daerah Aceh mempunyai 7 kabupaten, 21 kewedanaan, 106 kecamatan kenegerian. Sedangkan luas keseluruhannya adalah 55.550 KM. Sumatera Timur yang pada awalnya adalah daerah Negara Sumatera Timur NST, meliputi 6 kabupaten, 24 kewedanaan, 107 kecamatan, dan satu kota besar yaitu Medan, dengan luas total adalah 60.322 KM. wilayah Tapanuli meliputi: 4 kabupaten dan 64 kecamatan, dan total luasnya adalah 39.077 KM. Batas-batas daerah Sumatera Utara adalah: - Sedangkan Sebelah Selatan berbatasan dengan Sumatera Tengah. - Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka. - Sebelah Barat, Sumatera Utara berbatasan dengan Samudera Hindia Samudera Indonesia 10 Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, Sumatera Utara Dalam Lintasan Sejarah. 1993. hlm.13. Universitas Sumatera Utara Daerah Sumatera Utara terbagi menjadi dua propinsi, yang masing-masing berdiri sendiri. Hal ini ditetapkan pada UU No. 26 Tahun 1956, pada tanggal 7 desember 1956, setelah DPRD dan juga masyarakat Aceh meminta supaya Daerah Aceh bediri sendiri menjadi propinsi yang lepas dari Sumatera Utara. 12 11 Ibid., hlm. 314-315 12 Ibid., hlm. 341 Daerah propinsi Sumatera Utara dan juga Aceh, merupakan daerah yang menjadi daerah layanan dari siaran Stasiun TVRI Medan. Dibeberapa daerah ini pihak dari TVRI membangun beberapa siaran relaynya untuk menerima siaran yang dipancarkan langsung dari Pemancar Transmisi yang ada di Medan.

2.1.2 kondisi alam

Sumatera Utara yang letaknya dekat dengan garis singgung khatulistiwa, maka sangat terasa sifat Equatorial. Dimana curah hujan sangat besar di daerah ini. Dengan demikian kondisi yang dominan adalah musim penghujan. Sedangkan Peta musim hujan di Sumatera Utara tidak sama di daerah masing-masing. Daerah Karo, Simalungun dan juga Langkat, merupakan daerah kaya akan hujan, apabila dibandingkan dengan daerah Danau Toba yang hujannya cenderung sedikit. Perubahan tentang musim hujan di Sumatera Utara belum terdapat perubahan. Dimana musim kemarau didaerah ini relative sedikit, apabila dibandingkan dengan musim hujan di atas 100 mm minimal dibagian pantai barat, dan kadang- kadang melebihi 200 mm. Apabila curah hujan sudah mencapai tingkat 200 mm, maka akan terjadi musim hujan yang berkepanjangan. Hal ini sering terjadi di daerah dataran rendah. Universitas Sumatera Utara Maka, daerah Sumatera Utara tergolong daerah yang mudah ditumbuhi tanaman. Dengan kondisi alam yang banyak musim hujan, dan didukung dengan daratan yang luas, sangat memungkinkan masyarakat untuk bertani dan juga membuka lahan perkebunan. Berlatarbelakang wilayah Indonesia secara keseluruhan diapit oleh dua benua dan juga dua musim. Pada musim panas angin bertiup dari Australia melalui nusantara yang terjadi pada bulan-bulan april sampai oktober, sedangkan pada musim panas di selatan yaitu dari bulan Oktober sampai April, maka yang terjadi adalah musim penghujan. Daerah Sumatera Utara pada kususnya dilalui oleh angin musim tersebut. Sedangkan angin yang datang dari India dan Afrika juga memberikan pengaruh terhadap kekuatan angin yang terjadi di daerah Sumatera Utara, oleh sebab itu. Angin lokal yang terjadi di wilayah ini adalah angin yang berhembus dari laut dan juga darat, angin lembah dan juga angin pegunungan. Sedangkan kecepatan angin, di Sumatera Utara, tidak sama dengan di masing-masing daerah. Untuk daerah Medan dan sekitarnya, kecepatan angin adalah 1,3 meter perdetik, dan untuk april mencapai 1,4 meter dalam satu detik. Sedangkan Naga Huta, dan sekitarnya, kecepatan angin adalah 2,2 meter dalam satu detik. Bulan Juli, kecepatan angin mencapai 2,7 meter dalam satu detik. Dan Saribu Dolok, kecepatan angin mencapai 2,4 meter dalam satu detik, sedangkan dalam bulan Agutus kecepatan angin adalah 2,7 meter dalam satu detik. Sumatera Utara yang diapit dengan dua laut, menyebabkan perubahan temperatur suhu yang tidak tetap. Untuk suhu yang tergolong paling kecil berkisar Universitas Sumatera Utara antara 7° derajat celcius. Suhu ini terjadi sekitar pantai. Pada daerah pegunungan, berkisar antara 10° derajat celcius.

2.1.3 Demografi

Ada beberapa suku asli yang jumlahnya dominan di Sumatera Utara. Suku-suku ini mendiami daerah tertentu dan mempunyai budaya yang juga berbeda. Suku-suku tersebut adalah: Melayu, Batak Toba, Karo, Simalungun, Mandailing, Angkola, Pakpak Dairi, dan juga Nias. Suku-suku tersebut telah hidup di Sumatera Utara dengan jangka waktu yang sudah lama. Sehingga menempati daerah yang tertentu sebagai pusat budaya mereka. etnis Melayu Suku Melayu Sumatera Timur yang bermukim di daerah Langkat berbatasan dengan Aceh, sedangkan di ujung lain berbatasan dengan Siak. Dalam Sejarah pengelompokan terhadap daerah yang ditempati Melayu ini disebut dengan Aru. Nama ini dipakai sejak zaman ekspedisi Majapahit keluar Jawa 13 Etnis Melayu yang berada di Sumatera Timur, mempunyai bahasa dan juga Budaya yang dicirikan dengan sebutan Sumatera Timur. Sebutan ini sudah sangat lama dan tidak dapat diragukan lagi. Masyarakat Melayu adalah masyarakat yang dominan pemeluk agama Islam. Dari latarbelakang inilah maka budaya Melayu terlihat dengan ciri budaya yang berbasis Islam . 14 Sesuai dengan masa lalu Melayu, maka daerah-daerah yang di tempati oleh suku Melayu terbagi atas beberapa daerah. Yakni daerah Langkat yang . 13 Drs. P.P. Bangun, MA DKK, Sejarah Daerah Sumatera Utara, Proyek Penelitian Dan Pencatatan Kebudaya Daerah. hlm. 38-39. Universitas Sumatera Utara mencakup daerah Tamiang, daerah Deli, daerah Serdang, daerah Asahan, daerah Batubara, dan daerah Labuhan batu Bila, Kualuh, Panei, dan kota Pinang. etnis Karo Masyarakat Karo pada dasarnya tinggal di daerah Karo. Daerah-daerah yang dimaksud adalah, Tanah Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu. Daerah Karo pada bagian barat berbatasan dengan Aceh Tenggara, di sebelah Timur bebatasan dengan daerah Simalungun, di daerah Selatan berbatasan dengan Toba dan juga daerah Dairi, di sebelah Utara berbatasan dengan Langkat Hulu dan juga Deli Hulu. Dalam bahasa Karo, sebutan untuk tempat tinggal atau perkampungan disebut dengan Kuta. Didalam kuta rumah tersusun dengan berhadap-hadapan yang ditengahnya adalah jalan. Mereka membuat bangunan Jambur, yang digunakan sebagai tempat melangsungkan pesta dan juga musyawarah Runggu 15 Simalungun adalah nama dari Etnis Simalungun, yang juga adalah daerah yang di tempati oleh etnis tersebut. Luas dari daerah Simalungun berkisar antara 4.399 Km², dengan ketinggian antara 300 m sampai dengan 1.200m dari permukaan laut. Kesatuan yang terkecil dalam pemerintahan tradisional di . etnis Simalungun 14 Pemerintah Daerah Tingkat I sumatera utara, op. cit., hlm. 23 15 Ibid., hlm. 28. Universitas Sumatera Utara Simalungun adalah Huta. Huta didirikan oleh kelompok marga tertentu yang akhirnya menjadi raja di daerah tersebut secara turun-temurun. Sebagai sebutan kepada penguasa tersebut adalah “Kepala Huta”. Dalam masyarakat Simalungun, filsafat adat yang dipakai adalah “Habonaron do Bona” yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yang berpandangan benar, berniat benar, berbicara benar, berbuat benar, berpenghidupan benar, berperhatian benar dan memusatkan pemikiran yang benar. Sedangkan dalam bidang adat, maka kekerabatan disebut: “Tolu sahundulan, Lima saodoran tungku nalima 16 1. Sanina Sapanganonkon saudara satu kakek yaitu: 2. Tondong Tuan Na Adong = tuan yang nampak yaitu paman 3. Anak Boru penggilan saudara perempuan 4. Tondong ni tondong saudara laki – laki dari nenek 5. Boru ni Boru anak dari saudara perempuan Semua kesatuan kumpulan ini disebut dengan “Martondong Na Maranak Boru”. Selain bagian dari yang sudah disebut, masih ada lagi bagian dalam susunan kekerabatan etnis Simalungun. Yaitu Anak Boru Jabu, dan Anak Boru Sanina. Sedangkan yang dimaksud dengan Tolu Sahundulan: tiga unsur kerabat untuk bermusyawarah yang merumuskan acara adat dan membantu suhut penyelenggara adat atau tuan rumah, di antaranya adalah Sanina Sapanganonkon, Tondong dan Anak Boru. Sedangkan bagian Lima Sa Odoran adalah: lima unsur kerabat yang bekerja sama dengan warga sekampung Hasoman Sahuta, dalam melaksanakan acara adat. 16 Ibid., hlm. 51. Universitas Sumatera Utara etnis Batak Toba Batak Toba pada awalnya berasal dari Tapanuli Utara, yang sekarang telah terbagi dalam empat kabupaten. Dengan etnis yang sama. Yaitu Batak Toba. Daerah tersebut adalah: Tapanuli Utara, Kabupaten Tobasa, Kabupaten Samosir, dan Kabupaten Humbang Hasundutan. Adat istiadat Batak Toba sangat dipegang teguh dalam kehidupan masyarakat sampai sekarang dalam kehidupan baik dalam agama maupun dalam pergaulan hidup setiap hari. Ada satu benang suci pengikat kesatuan Batak Toba yang kuat sampai sekarang yaitu terdapat tiga ciri kebersamaan diantaranya: 2. Susunan genealogisnya dan pembagian atas marga, yakni suku yang patrinial mengikuti garis keturunan bapak dan juga exogan kawin diluar marga 3. Agama suku yang memuja nenek moyang serta roh-roh 4. Pengaruh kebudayaan India, yang sudah masuk seribu tahun yang lalu. Sistem pertanian orang Batak dan juga aksara mereka serta banyak tata cara budaya yang lama berasal dari kebudayaan India. Pengislaman yang datang pada abad 13 dan 14, tidak menyentuh orang Batak, tetapi pengaruh India menjadi sebuah budaya yang kekal di pegang terus. etnis Mandailing dan Angkola. Daerah yang menjadi pusat dari tempat tinggal Etnis Mandailing dan Angkola sekarang disebut dengan Tapanuli Selatan. Daerah ini merupakan daerah Tapanuli yang paling luas, karena merupakan gabungan dari Mandailing, Universitas Sumatera Utara Angkola, dan juga Sipirok. Pada dasarnya terdapat persamaan dengan ketiga Etnis tersebut. Tetapi. Angkola tidak mau disebut sebagai suku Mandailing 17 Pembentukan pemerintahan tradisional di Angkola Sipirok didasarkan kepada adat. Untuk mencapai tujuan-tujuan yang seperti yang digaris dalam adat didaerah ini, dijalankan aturan-aturan ditengah masyarakat yang dinamakan dengan “Ruhut” dan “Batik”. Dalam tataran masyarakat yang masih kecil, maka yang memimpin Ruhut, dan juga Batik, dijalankan oleh Mora. Mora diberi wibawa sebagai Panggonggom yang memegang atau yang menjalankan pemerintahan maka dibuat umpama sebagai matahari yang tetap bersinar dan menerangi segalanya yang tidak boleh ditentang, dan kalau ditatap terus menerus, maka akan menjadi penderitaan . Sebelum Belanda menguasai Mandailing, maka sistem pemerintahan yang sudah ada di Mandailing sudah bersifat demokratis. Pengertian ini terlihat pada mekanisme pemerintahan, yang melibatkan masyarakat dalam penyelenggaraan masyarakat. Dua macam raja yang dikenal dalam pemerintahan tradisional Mandailing. Yaitu Raja Panusun Bulung, dan Raja Pamusuk. Raja Panusun Bulung adalah raja yang membawahi urusan adat, dan juga berfungsi sebagai tokoh yang membawahi beberapa tokoh Raja Pamusuk. Sedangkan raja Pamusuk, adalah raja yang membawahi urusan penyelenggaraan pemerintah dalam Huta. etnis Angkola Sipirok 18 Raja pamusuk yang diambil dari sipukka huta sipembuka kampung, seorang anak laki-lagi yang paling tua. Tugas dari pamusuk adalah membantu . 17 Ibid., hlm. 29. 18 Ibid., hlm. 42-43 Universitas Sumatera Utara dari Mora, dalam menjalankan tugasnya di daerah yang lebih kecil. Sebab Mora tidak cukup lagi dalam mengatur rakyatnya. Sedangkan raja selalu diambil dari laki-laki, sedangkan perempuan hanya bisa menduduki jabatan sebagai ketua. etnis Dairi Wilayah Dairi adalah wilayah yang disebut dengan tanah “Tanah Pakpak”, yang didiami suku Bangsa Pakpak dan juga bahasanya adalah bahasa Pakpak. Letak daerah Dairi termasuk daerah pedalaman di Sumatera Utara. Yang saat ini bukan lagi suku Dairi yang tinggal di daerah ini, tetapi suku Batak Toba, Nias, Karo, Simalungun, Mandailing dan suku lainnya yang membentuk perkampungan sesuai dengan sub Etnis masing-masing 19 Kepemimpinan adat tradisional dalam adat Dairi disebut dengan “raja IkutenSuakTakal Aur dan Partakki”. Sebagai pengertian dari istilah ini adalah: pemimpin yang menjadi penguasa negeri atau “Kepala Negeri”. Partakki mempunyai wewenang dalam menentukan segala kebijakan di daerah yang di pimpinnya. Yang menjadi pemimpin adalah mereka yang mempunyai kharisma, baik yang mempunyai pengetahuan adat, dan juga kemampuan lainnya. Dan untuk membantu pertakki dalam menjalankan tugasnya, maka dibentuklah struktur kerja, yang dinamakan dengan Sulung Silima . 20 1. Parisang-isang sipukka Huta yaitu: 2. Perekur-ekur siampun-ampun 3. Partulan tengah sindiruang 4. Parpunsa Ndiadap sindiruang 19 Ibid., hlm. 44-45 Universitas Sumatera Utara 5. Parbetkken boru etnis Nias Sistem pemerintahan Etnis Nias dibagi atas dua bagian besar yakni: Ori atau negeri, sebagai tingkat tertinggi yang dikepalai oleh Sanuhe sesepuh dengan sebutan Tuhenori. Sebagai kekuasaan dari Ori adalah beberapa kampung yang disebut dengan Banua yang terikat dengan sistem adat. Sedangkan yang kedua disebut dengan Sanuhe, yang memimpin satu banua saja. Mereka disebut Salawa 21 Pada tahun 1950 wilayah Sumatera Utara yang dikenal sekarang ini, masih bergabung dengan Negera Sumatera Timur NST atau yang dikenal dengan Negera Indonesia Timur NIT. Hal ini segera berubah setelah dikeluarkannya peraturan pemerintah sesuai dengan ketetapan Dewan Menteri 8 Agustus 1950 atau No. 20 tahun 1950, yang berisi tentang pembentukan daerah- daerah propinsi. . Organisasi dalam pemerintahan di Nias terdiri dari 12 orang yaitu: Sanuhe sebagai pejabat tertinggi, Tambalina adalah wakil tuhenori, fahandrona sebagai sekretaris merangkap sebagai juru bicara dalam Ori. Dan pangkat yang petinggi lainnya adalah: Sidaofa, Sidalima, Sidaono, Sidafitu, Sidawalu, Sidasiwa, Sidafulu, Sifelezara, Sifelendua. Lembaga ini juga berfungsi sebagai lembaga adat, berupa tata tertib masyarakat, dan juga hukum yang berlaku dalam masyarakat Nias.

2.2 Latar Belakang Historis Sumatera Utara

20 Sulung Silima merupakan sistem Administrasi masyarakat Dairi yang didasarkan atas adat Dairi. Ibid., hlm. 45 Universitas Sumatera Utara Pemerintah pusat segera membentuk panitia yang dinamakan dengan Panitian Pembentukan Propinsi Sumatera Utara atau disingkat dengan P4SU, sesuai dengan ketetapan No. DR. 13919 tanggal 1 Agustus 1950, dengan susunan panitianya adalah sebagai berikut: - R. Sarimin Reksodiharjo : Anggota merangkap Ketua - Tk. Daudsyah : Anggota - Binanga Siregar : Anggota - Raja Kaliamsyah Sinaga : Anggota. Kelompok ini ditugaskan untuk mengadakan: - Persiapan dalam melaksanakan pembentukan propinsi Sumatera Utara yang meliputi daerah Aceh, Tapanuli dan daerah Sumatera Timur Membagi Propinsi Sumatera Utara menjadi 17 daerah yaitu Aceh 7 kabupaten, Tapanuli 4 kabupaten dan Sumatera Timur 6 kabupaten. 22 21 Ibid., hlm. 45-45 22 Pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara, Sumatera Utara Dalam Lintasan Sejarah, Medan: Pemerintahan Daerah Sumut. 1993. hlm. 332 Keputusan ini mengakhiri status Sumatera Utara dari bagian Negara Sumatera Timur. Sumatera Utara secara sah menjadi bagian dari propinsi adalah saat dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 5 tahun 1950 menggantikan Peraturan Pemerintah No. 8 Desember 1949, yang menyebutkan bahwa wilayah Sumatera Utara terbagi atas dua Propinsi. Setelah berjalan beberapa bulan menjadi daerah Sumatera Utara, daerah Aceh meminta kepada pemerintah pusat agar Aceh tetap menjadi propinsi. Untuk meyakinkan DPR-RI, maka pemerintah Aceh menguraikan beberapa alasan mengapa Aceh layak sebagai propinsi yaitu: Universitas Sumatera Utara - Persatuan yang berabad-abad itu jangan dipecah ke dalam pemerintahan yang baru. - Dengan segala potensi yang ada dalam lingkungan persamaan Historis, Geografi, Teknologi, Psikologi, Politik, agama, dan Pendidikan. Pemerintah Aceh mengusulkan untuk hal-hal tersebut pemerintah pusat memegang peranan yang paling penting, hal ini diusulkan untuk mengejar ketertinggalan yang sudah jauh untuk daerah tersebut. - Aceh bukan menyisihkan dirinya dari saudara-saudara yang lain, dan tetap setia terhadap pemerintah pusat, cinta pada saudara-saudara yang lain. 23 Lepasnya Exresiden Aceh dari Propinsi Sumatera Utara, maka Ex wilayah Residen yang tergabung dalam Propinsi Sumatera Utara adalah tinggal dua wilayah Residen yaitu Tapanuli dan daerah Sumatera Timur dengan jumlah kebupaten sebanyak 10 kabupaten yang pembagiannya adalah Sumatera Timur sebanyak 6 Kabupaten yaitu Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Tujuan pokok dari permintaan ini adalah sebagai upaya dalam pengejaran terhadap ketertinggalan Aceh dari daerah-daerah yang lainnya. Dengan meminta menjadi propinsi, maka daerah Aceh akan lebih di perhatikan oleh pemerintah pusat. Maka aceh akan cepat mengalami perkembangan, seperti yang dicita- citakan segenap masyarakat Aceh. Usaha masyarakat Aceh dalam menempuh pembentukan propinsi sendiri semakin kuat, sehingga pada tahun 1980 Aceh menjadi propinsi sendiri tanpa ada hubungan lagi dengan pemerintahan Sumatera Utara. 23 Ibid., hlm. 333 Universitas Sumatera Utara Kabupaten Tanah Karo, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batu Barat Utara. Untuk wilayah Tapanuli jumlah kabupatennya adalah 4 kabupaten yaitu, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Sibolga. Wilayah Sumatera Utara setelah melepaskan wilayah Aceh, maka daerah konsentrasi penyiaran Televisi Republik Indonesia adalah Propinsi Sumatera Utara, sedangkan Aceh baru menjadi layanan Televisi Republik setelah tahun 1990an. Universitas Sumatera Utara BAB III SEJARAH TELEVISI DI INDONESIA DAN PEMBERITAAN DI SUMATERA UTARA

3.1 Televisi Republik Indonesia dan Orientasinya