Demografi Kondisi Geografis Sumatera Utara

antara 7° derajat celcius. Suhu ini terjadi sekitar pantai. Pada daerah pegunungan, berkisar antara 10° derajat celcius.

2.1.3 Demografi

Ada beberapa suku asli yang jumlahnya dominan di Sumatera Utara. Suku-suku ini mendiami daerah tertentu dan mempunyai budaya yang juga berbeda. Suku-suku tersebut adalah: Melayu, Batak Toba, Karo, Simalungun, Mandailing, Angkola, Pakpak Dairi, dan juga Nias. Suku-suku tersebut telah hidup di Sumatera Utara dengan jangka waktu yang sudah lama. Sehingga menempati daerah yang tertentu sebagai pusat budaya mereka. etnis Melayu Suku Melayu Sumatera Timur yang bermukim di daerah Langkat berbatasan dengan Aceh, sedangkan di ujung lain berbatasan dengan Siak. Dalam Sejarah pengelompokan terhadap daerah yang ditempati Melayu ini disebut dengan Aru. Nama ini dipakai sejak zaman ekspedisi Majapahit keluar Jawa 13 Etnis Melayu yang berada di Sumatera Timur, mempunyai bahasa dan juga Budaya yang dicirikan dengan sebutan Sumatera Timur. Sebutan ini sudah sangat lama dan tidak dapat diragukan lagi. Masyarakat Melayu adalah masyarakat yang dominan pemeluk agama Islam. Dari latarbelakang inilah maka budaya Melayu terlihat dengan ciri budaya yang berbasis Islam . 14 Sesuai dengan masa lalu Melayu, maka daerah-daerah yang di tempati oleh suku Melayu terbagi atas beberapa daerah. Yakni daerah Langkat yang . 13 Drs. P.P. Bangun, MA DKK, Sejarah Daerah Sumatera Utara, Proyek Penelitian Dan Pencatatan Kebudaya Daerah. hlm. 38-39. Universitas Sumatera Utara mencakup daerah Tamiang, daerah Deli, daerah Serdang, daerah Asahan, daerah Batubara, dan daerah Labuhan batu Bila, Kualuh, Panei, dan kota Pinang. etnis Karo Masyarakat Karo pada dasarnya tinggal di daerah Karo. Daerah-daerah yang dimaksud adalah, Tanah Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu. Daerah Karo pada bagian barat berbatasan dengan Aceh Tenggara, di sebelah Timur bebatasan dengan daerah Simalungun, di daerah Selatan berbatasan dengan Toba dan juga daerah Dairi, di sebelah Utara berbatasan dengan Langkat Hulu dan juga Deli Hulu. Dalam bahasa Karo, sebutan untuk tempat tinggal atau perkampungan disebut dengan Kuta. Didalam kuta rumah tersusun dengan berhadap-hadapan yang ditengahnya adalah jalan. Mereka membuat bangunan Jambur, yang digunakan sebagai tempat melangsungkan pesta dan juga musyawarah Runggu 15 Simalungun adalah nama dari Etnis Simalungun, yang juga adalah daerah yang di tempati oleh etnis tersebut. Luas dari daerah Simalungun berkisar antara 4.399 Km², dengan ketinggian antara 300 m sampai dengan 1.200m dari permukaan laut. Kesatuan yang terkecil dalam pemerintahan tradisional di . etnis Simalungun 14 Pemerintah Daerah Tingkat I sumatera utara, op. cit., hlm. 23 15 Ibid., hlm. 28. Universitas Sumatera Utara Simalungun adalah Huta. Huta didirikan oleh kelompok marga tertentu yang akhirnya menjadi raja di daerah tersebut secara turun-temurun. Sebagai sebutan kepada penguasa tersebut adalah “Kepala Huta”. Dalam masyarakat Simalungun, filsafat adat yang dipakai adalah “Habonaron do Bona” yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yang berpandangan benar, berniat benar, berbicara benar, berbuat benar, berpenghidupan benar, berperhatian benar dan memusatkan pemikiran yang benar. Sedangkan dalam bidang adat, maka kekerabatan disebut: “Tolu sahundulan, Lima saodoran tungku nalima 16 1. Sanina Sapanganonkon saudara satu kakek yaitu: 2. Tondong Tuan Na Adong = tuan yang nampak yaitu paman 3. Anak Boru penggilan saudara perempuan 4. Tondong ni tondong saudara laki – laki dari nenek 5. Boru ni Boru anak dari saudara perempuan Semua kesatuan kumpulan ini disebut dengan “Martondong Na Maranak Boru”. Selain bagian dari yang sudah disebut, masih ada lagi bagian dalam susunan kekerabatan etnis Simalungun. Yaitu Anak Boru Jabu, dan Anak Boru Sanina. Sedangkan yang dimaksud dengan Tolu Sahundulan: tiga unsur kerabat untuk bermusyawarah yang merumuskan acara adat dan membantu suhut penyelenggara adat atau tuan rumah, di antaranya adalah Sanina Sapanganonkon, Tondong dan Anak Boru. Sedangkan bagian Lima Sa Odoran adalah: lima unsur kerabat yang bekerja sama dengan warga sekampung Hasoman Sahuta, dalam melaksanakan acara adat. 16 Ibid., hlm. 51. Universitas Sumatera Utara etnis Batak Toba Batak Toba pada awalnya berasal dari Tapanuli Utara, yang sekarang telah terbagi dalam empat kabupaten. Dengan etnis yang sama. Yaitu Batak Toba. Daerah tersebut adalah: Tapanuli Utara, Kabupaten Tobasa, Kabupaten Samosir, dan Kabupaten Humbang Hasundutan. Adat istiadat Batak Toba sangat dipegang teguh dalam kehidupan masyarakat sampai sekarang dalam kehidupan baik dalam agama maupun dalam pergaulan hidup setiap hari. Ada satu benang suci pengikat kesatuan Batak Toba yang kuat sampai sekarang yaitu terdapat tiga ciri kebersamaan diantaranya: 2. Susunan genealogisnya dan pembagian atas marga, yakni suku yang patrinial mengikuti garis keturunan bapak dan juga exogan kawin diluar marga 3. Agama suku yang memuja nenek moyang serta roh-roh 4. Pengaruh kebudayaan India, yang sudah masuk seribu tahun yang lalu. Sistem pertanian orang Batak dan juga aksara mereka serta banyak tata cara budaya yang lama berasal dari kebudayaan India. Pengislaman yang datang pada abad 13 dan 14, tidak menyentuh orang Batak, tetapi pengaruh India menjadi sebuah budaya yang kekal di pegang terus. etnis Mandailing dan Angkola. Daerah yang menjadi pusat dari tempat tinggal Etnis Mandailing dan Angkola sekarang disebut dengan Tapanuli Selatan. Daerah ini merupakan daerah Tapanuli yang paling luas, karena merupakan gabungan dari Mandailing, Universitas Sumatera Utara Angkola, dan juga Sipirok. Pada dasarnya terdapat persamaan dengan ketiga Etnis tersebut. Tetapi. Angkola tidak mau disebut sebagai suku Mandailing 17 Pembentukan pemerintahan tradisional di Angkola Sipirok didasarkan kepada adat. Untuk mencapai tujuan-tujuan yang seperti yang digaris dalam adat didaerah ini, dijalankan aturan-aturan ditengah masyarakat yang dinamakan dengan “Ruhut” dan “Batik”. Dalam tataran masyarakat yang masih kecil, maka yang memimpin Ruhut, dan juga Batik, dijalankan oleh Mora. Mora diberi wibawa sebagai Panggonggom yang memegang atau yang menjalankan pemerintahan maka dibuat umpama sebagai matahari yang tetap bersinar dan menerangi segalanya yang tidak boleh ditentang, dan kalau ditatap terus menerus, maka akan menjadi penderitaan . Sebelum Belanda menguasai Mandailing, maka sistem pemerintahan yang sudah ada di Mandailing sudah bersifat demokratis. Pengertian ini terlihat pada mekanisme pemerintahan, yang melibatkan masyarakat dalam penyelenggaraan masyarakat. Dua macam raja yang dikenal dalam pemerintahan tradisional Mandailing. Yaitu Raja Panusun Bulung, dan Raja Pamusuk. Raja Panusun Bulung adalah raja yang membawahi urusan adat, dan juga berfungsi sebagai tokoh yang membawahi beberapa tokoh Raja Pamusuk. Sedangkan raja Pamusuk, adalah raja yang membawahi urusan penyelenggaraan pemerintah dalam Huta. etnis Angkola Sipirok 18 Raja pamusuk yang diambil dari sipukka huta sipembuka kampung, seorang anak laki-lagi yang paling tua. Tugas dari pamusuk adalah membantu . 17 Ibid., hlm. 29. 18 Ibid., hlm. 42-43 Universitas Sumatera Utara dari Mora, dalam menjalankan tugasnya di daerah yang lebih kecil. Sebab Mora tidak cukup lagi dalam mengatur rakyatnya. Sedangkan raja selalu diambil dari laki-laki, sedangkan perempuan hanya bisa menduduki jabatan sebagai ketua. etnis Dairi Wilayah Dairi adalah wilayah yang disebut dengan tanah “Tanah Pakpak”, yang didiami suku Bangsa Pakpak dan juga bahasanya adalah bahasa Pakpak. Letak daerah Dairi termasuk daerah pedalaman di Sumatera Utara. Yang saat ini bukan lagi suku Dairi yang tinggal di daerah ini, tetapi suku Batak Toba, Nias, Karo, Simalungun, Mandailing dan suku lainnya yang membentuk perkampungan sesuai dengan sub Etnis masing-masing 19 Kepemimpinan adat tradisional dalam adat Dairi disebut dengan “raja IkutenSuakTakal Aur dan Partakki”. Sebagai pengertian dari istilah ini adalah: pemimpin yang menjadi penguasa negeri atau “Kepala Negeri”. Partakki mempunyai wewenang dalam menentukan segala kebijakan di daerah yang di pimpinnya. Yang menjadi pemimpin adalah mereka yang mempunyai kharisma, baik yang mempunyai pengetahuan adat, dan juga kemampuan lainnya. Dan untuk membantu pertakki dalam menjalankan tugasnya, maka dibentuklah struktur kerja, yang dinamakan dengan Sulung Silima . 20 1. Parisang-isang sipukka Huta yaitu: 2. Perekur-ekur siampun-ampun 3. Partulan tengah sindiruang 4. Parpunsa Ndiadap sindiruang 19 Ibid., hlm. 44-45 Universitas Sumatera Utara 5. Parbetkken boru etnis Nias Sistem pemerintahan Etnis Nias dibagi atas dua bagian besar yakni: Ori atau negeri, sebagai tingkat tertinggi yang dikepalai oleh Sanuhe sesepuh dengan sebutan Tuhenori. Sebagai kekuasaan dari Ori adalah beberapa kampung yang disebut dengan Banua yang terikat dengan sistem adat. Sedangkan yang kedua disebut dengan Sanuhe, yang memimpin satu banua saja. Mereka disebut Salawa 21 Pada tahun 1950 wilayah Sumatera Utara yang dikenal sekarang ini, masih bergabung dengan Negera Sumatera Timur NST atau yang dikenal dengan Negera Indonesia Timur NIT. Hal ini segera berubah setelah dikeluarkannya peraturan pemerintah sesuai dengan ketetapan Dewan Menteri 8 Agustus 1950 atau No. 20 tahun 1950, yang berisi tentang pembentukan daerah- daerah propinsi. . Organisasi dalam pemerintahan di Nias terdiri dari 12 orang yaitu: Sanuhe sebagai pejabat tertinggi, Tambalina adalah wakil tuhenori, fahandrona sebagai sekretaris merangkap sebagai juru bicara dalam Ori. Dan pangkat yang petinggi lainnya adalah: Sidaofa, Sidalima, Sidaono, Sidafitu, Sidawalu, Sidasiwa, Sidafulu, Sifelezara, Sifelendua. Lembaga ini juga berfungsi sebagai lembaga adat, berupa tata tertib masyarakat, dan juga hukum yang berlaku dalam masyarakat Nias.

2.2 Latar Belakang Historis Sumatera Utara