Weda Ibu Utari Tiba-Tiba Malam Karya Putu Wijaya: Analisis Sosiologi Sastra

f. David

David adalah orang asing yang menyukai hal-hal yang praktis, dan tidak menyukai hal- hal yang dianggap merugikan pribadi dari seorang warga. Dia tidak menyukai hal- hal yang berlebihan dan dapat merugikan pribadi orang lain. David berperan sebagai tokoh pelengkap dalam novel ini. “Ya, Saudara boleh membela diri, itu semacam kompensasi dari perasaan bersalah dan kecewa. Desa Saudara akan hancur kalau segala tara karma yang tidak praktis terus diikuti. Perkawinan Saudara saja, maaf, sebetulnya akan menghamburkan uang. Padahal, di desa sudah terlalu banyak penduduk, penghasilan tidak ada, dan usaha-usaha lain tidak ada.” Hal. 22

g. Weda

Weda sebagai tokoh pelengkap adalah kekasih Sunithi. Dia merupakan seorang pria yang memiliki tanggung jawab. Dia suka membantu, apalagi membantu keluarga Sunithi dalam menghadapi masalah. Tetapi dia juga penakut apabila dikaitkan dengan Ngurah si pemilik tanah yang sedang digarapnya. Dia takut terlalu membela keluarga Sunithi, dan tidak menghargai Ngurah. “Kamu juga ikut-ikutan dia Kalau Ngurah tahu kamu sekongkol dengan tukang guna-guna itu, sawah kamu pasti dicabut. Awas ya” Sunithi mengambil bungkusan itu lalu pergi. Pada saat itu muncul Ngurah. Dia mendekati Weda. “Ada apa ini?” Weda tersenyum kikuk memandang pemilik sawah yang digarapnya. “Saya mau ke sawah.” Hal. 47 Weda juga laki-laki yang pencemburu. Dia tidak suka melihat siapa saja yang dekat dengan Sunithi. Weda melihat semuanya itu dengan cemburu sekali. Matanya melotot. Dia menunggu beberapa saat. Masih terdengar Devid berbisik-bisik pada Sunithi. Weda mencoba mengintip. Tapi pikirannya sudah tak karuan. Ia hanya melihat bayangan Sunithi dan David berdekatan. Juga dilihatnya Subali tidak sakit. Dia mengepalkan tangannya. “Bangsat Bangsat Awas” Hal. 63- 64 Universitas Sumatera Utara Karena kecemburuannya, Weda melebih-lebihkan perkataannya di hadapan penduduk desa ketika kelapa desa menanyakan keberadaan Subali. Weda berjuang dalam hatinya. Kedongkolan pada David tiba-tiba muncul lagi. Cemburunya membakar. “Dia bilang kita semua bodoh. Pemalas. Kita sudah menyalahgunakan hak- hak desa untuk membuat……” Weda bercerita panjang lebar. Kebenciannya pada David membuat ia sedikit menambah-nambah. Hal. 68

h. Ibu Utari

Ibu Utari memiliki watak yang mudah terpengaruh terhadap perkataan orang lain. Ibu Utari berperan sebagai pelengkap. Orang tua itu tiba-tiba jadi sedih. Kini ia baru berpikir mungkin Utari sudah kena guna-guna. Ia sudah beberapa kali menyarankan Utari untuk memperhatikan Ngurah. Ya, dia bukan tidak ingin mempunyai menantu kaya. Tapi hati Utari rupanya sudah begitu terjerat Sunatha. Tiba-tiba saja orang tua itu menangis. Ia menggapai memegang tangan Renti. Tetapi lelaki itu mulai bosan. Melihat air mata itu ia Cuma bertambah kesal. Lalu cepat ditinggalkannya. Orang tua itu makin keras menangis. Ia menyesal sekali. Hal. 12- 13

i. Ayah Utari