e. Sunithi
Sunithi adalah adik perempuan Sunatha dan juga merupakan tokoh utama dalam novel ini. Dia adalah wanita yang sangat tegar. Masalah yang menimpa keluarganya menjadikan dia
sebagai wanita yang tegar dan kuat. Sunithi menahan perasaannya. Ia menangis. Kemudian ia memungut bungkusan
itu. Weda hanya tercengang. Ibu Utari melotot pada Weda. Hal. 46 Walaupun hatinya sangat sedih tetapi Sunithi tetap berusaha memberikan yang terbaik
pada orang tuanya. Dia tidak mau berbagi kesedihan kepada ibunya, karena ibunya sedang sakit. Dia menahan semua itu dengan sendirian.
Sunithi melayani sambil memandangnya. Di balai-balai kedengaran perempuan itu menangis. Sunithi segera menghampirinya. Perempuan itu memanggil-manggil nama
Sunatha. Sunithi menahan air matanya. Dia mencoba menyabarkan. Hal. 60
Sunithi adalah sosok seorang wanita yang tabah. Dia tahu tidak ada yang bisa membuatnya bahagia, sehingga dia sendiri yang dapat menenangkan dirinya sendiri.
Sunithi menangis terus. Suki tidak berusaha membujuknya. Dia diam menunggu. Gadis itu kemudian menenangkan dirinya sendiri. Ia seorang yang tabah. Dihapusnya
matanya, lalu memandang langsung pada Suki. Hal. 109 Selain tabah Sunithi juga gadis yang siap menerima kenyataan yang terjadi dalam dirinya
dan juga keluarganya. Ia merupakan wanita yang sangat tegar. Air mata sudah tidak bisa lagi mengalir ke wajahnya karena dia sudah terlalu banyak menangis. Semua dihadapinya dengan
mengangkat mukanya. Dia adalah wanita yang sangat tegar. Untung ia bukan wanita yang lemah. Setelah banyak menangis, ia mengangkat
mukanya. Ia hadapi kenyataan tanpa berharap terlalu banyak. Mula- mula dengan membuat telinganya buntet, sehingga ia tidak perlu lagi tahu apa yang terjadi dengan
Utari. Kemudian ia terima bapaknya sebagai kenang- kenangan yang tak mungkin lagi kembali. Hal. 145
Universitas Sumatera Utara
f. David
David adalah orang asing yang menyukai hal-hal yang praktis, dan tidak menyukai hal- hal yang dianggap merugikan pribadi dari seorang warga. Dia tidak menyukai hal- hal yang
berlebihan dan dapat merugikan pribadi orang lain. David berperan sebagai tokoh pelengkap dalam novel ini.
“Ya, Saudara boleh membela diri, itu semacam kompensasi dari perasaan bersalah dan kecewa. Desa Saudara akan hancur kalau segala tara karma yang tidak praktis terus
diikuti. Perkawinan Saudara saja, maaf, sebetulnya akan menghamburkan uang. Padahal, di desa sudah terlalu banyak penduduk, penghasilan tidak ada, dan usaha-usaha lain tidak
ada.” Hal. 22
g. Weda