Subali Ngurah Tiba-Tiba Malam Karya Putu Wijaya: Analisis Sosiologi Sastra

Pada malam yang sama tiba-tiba saja Utari membaringkan kepalanya di pangkuan Ngurah, dan mengatakan bahwa Sunatha wangdu. Tindakan Utari yang seperti ini jelas menggambarkan bahwa Utari sedang terombang- ambing jiwanya. Utari tiba-tiba membaringkan kepalanya dipangkuan Ngurah. Lelaki ini terkejut dan deg-degan. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Terutama karena orang tua Utari juga kelihatan biasa saja. Uteri menangis terisak-isak. Tapi ia mulai bicara. “Dia wangdu Aku tidak mau lagi kesana Aku tidak mau” Hal. 39 Ketika Ngurah membawa Utari berobat di Tabanan, sebenarnya Utari tidak sakit, hanya saja ia ingin lebih lama bersama dengan Ngurah. Tindakan Utari seperti ini jelas menggambarkan bahwa ia tidak memiliki pendirian, ia memilih mendekat dengan Ngurah karena ia telah ditinggal oleh Sunatha yang telah pergi ke Kupang untuk mengajar. Wanita itu memandangi Ngurah dengan kangen. Lelaki itu juga tampaknya rindu, tapi sebagaimana biasanya ia selalu mencoba menutupi perasaan. Ia hanya tersenyum membawa buah-buahan yang segar. Ia duduk di samping Utari. “Sudah baikan rasanya?” Utari mengangguk. “Kalau begitu tidak usah lagi ke dokter. Pulang saja ya?” Utari diam saja. “Bagaimana mau pulang?” “Ya. Tapi rasanya belum baik betul.” Ngurah tersenyum. Ia mengerti. Tak banyak yang harus disembunyikan lagi. Mereka sudah saling menyukai. Hal. 91- 92

c. Subali

Subali juga tokoh utama dalam novel ini. Dia adalah ayah Sunatha. Subali yang pernah kecewa akibat usaha dagangnya yang pernah bangkrut membuat dia ingin sekali membuat perubahan-perubahan baru dalam keluarganya. “Bukan begitu. Buah pikirannya berbahaya. Saya tidak suka dia terlalu rapat dengan bapak. Kamu tahu sendiri, bapak sedang kecewa. Dia masih memikirkan usaha dagangnya yang bangkrut.” Hal. 23 Akibat usaha dagangnya yang pernah bangkrut, Subali mudah terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran David yang berpendapat agar orang harus menjauhi hidup berkelompok- Universitas Sumatera Utara kelompok karena akan menghambat perkembangan individu. Subali pun percaya pada David tanpa memikirkan dampak dari tindakan yang diambil olehnya. David mulai menerangkan segala sesuatu dengan panjang lebar. Ia memberikan bukti-bukti bahwa semua orang harus mulai menjauhi hidup berkelompok yang saling gerogot-menggerogoti. Ia berikan bukti-buktinya segala ketidakpraktisan di kampung yang hanya menjadikan gotong-royong itu sebagai pangkal kemiskinan. Subali mendengarkan sungguh-sungguh. Ia kelihatan sangat percaya. Hal. 52 Subali kehilangan David. David telah meninggalkannya. Ia pun kehilangan arah, akibatnya Subali menjadi kecewa dan menyadari akibat dari perbuatannya yang terlalu percaya pada David dia telah kehilangan semuanya, kehilangan istri, menantu, kehilangan Sunatha, dan kehilangan sebagai bagian dari banjar di desa. Subali memang telah kembali ke rumah, akan tetapi ia telah putus asa. Ia merasa kehilangan David. Kehilangan anak lakinya. Kehilangan menantu. Kehilangan istri. Dan kemudian kehilangan tempatnya dalam banjar. Entah karena malas atau karena malu, ia tak mau lagi keluar rumah. Ia tak mau bicara apa- apa lagi. Bahkan ia tidak peduli juga pada Sunithi yang setiap kali memberikannya makan. Ia hanya duduk- duduk saja. Kadang- kadang membalik buku atau majalah yang pernah diterimanya dari David. Hal. 140

d. Ngurah

Ngrurah merupakan pemuda yang bijaksana dan disegani oleh penduduk desa. dia juga salah satu tokoh utama yang berperan penting dalam novel ini. Ia termasuk dalam salah satu tokoh yang penting dalam masyarakat. Dalam rapat ia selalu duduk sejajar dengan kepala desa. pendapat-pendapatnya juga sering diterima oleh penduduk desa. Tunggu Saya tidak bermaksud menghasut Saudara untuk membenci orang asing. Banyak diantara mereka yang pintar dan bermaksud baik. Hanya kadang kala kita salah menerima ajaran-ajarannya itu. Jadi saya harapkan Saudara-saudara jangan begitu saja menerima pikiran-pikiran orang lain, tapi harus dicernakan. Hal. 66 Dalam menyelesaikan persoalan Ngurah selalu berpikir panjang, sehingga banyak diantara penduduk desa yang kurang setuju akan pendapatnya, tetapi hal ini dapat dikuasai oleh Ngurah dengan bijaksana. Universitas Sumatera Utara Rapat itu kacau. Ngurah cepat bertindak menenangkan mereka. Stop Stop Tenang-tenang Jangan mudah terpengaruh” Dia berusaha menenangkan mereka. “Subali tidak salah. Orang asing itu tidak salah. Kita terlalu bodoh. Kitalah yang salah.” Hal. 69- 70 Ngurah seorang pemuda yang tabah dan berlapang dada terhadap kekalahan yang dialami olehnya. Di sebuah rumah yang kaya di desa itu, seorang lelaki tercenung. Dia tidak mengatakan apa-apa, tetapi hatinya hancur. Dia baru saja merencanakan mempersiapkan lamaran.ia hampir tak bisa menerima kenyataan itu, karena ia sebenarnya sudah begitu yakin. Baik tampang, keadaan sosial ekonomi, dan kedudukan semuanya menyokong rencananya. Ia menyesali dirinya dan mencoba menerima berita pernikahan itu dengan tabah. Hal. 2 Walaupun perasaan Ngurah sangat hancur tetapi ia dapat juga berjiwa besar menerima kekalahannya. “Kita harus jujur. Kekalahan meskipun hanya karena keterlambatan tetap juga kekalahan. Kamu tak usah mencak- mencak begitu. Kita kesana beri selamat, nanti kita jadi bahan omongan.” Hal. 3 Ngurah juga orang yang jujur. Walaupun ia merupakan orang yang terhormat di desa, bukan berarti ia tidak pernah melakukan kesalahan, dan bukan berarti juga ia tidak mau mengakui kesalahannya, sekalipun ia orang yang disegani di desa, tetapi ia jujur mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada Sunatha. Ngurah menceritakan semuanya dengan jujur. Ia tidak berusaha menyembunyikan apa-apa. Sunatha mendengarkan semuanya sambil menahan rasa sakit. Tetapi ia mengerti, tak ada lagi yang bisa dicabut setelah terjadi. Ia hanya berusaha untuk menghargai ketulusan Ngurah. “Sekarang terserah pada Sunatha, bagaimana?” Sunatha tidak tahu apa yang sebaiknya dilakukan. “Saya Cuma ingin bertemu sekali lagi dengan Utari.” Hal. 227- 228 Universitas Sumatera Utara

e. Sunithi