Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Leksikologi adalah kajian linguistik terapan, dan tugas leksikologi adalah menyusun kamus. Sedangkan, penyusunan kamus disebut leksikografi yang tidak lain merupakan bentuk terapan dari leksikologi. Sehingga, leksikologi mendeskripsikan kata-kata sebuah bahasa dan menerangkan bagaimana penutur menjalankannya secara bahasa. Sebaliknya, leksikologi berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode-metode penulisan kamus. 1 Kamus adalah 1 buku acuan yang memuat kata dan ungkapan yang disusun menurut abjad beserta keterangan tentang maknanya, pemakaiannya, dan terjemahannya; 2 buku yang berisi kumpulan istilah atau makna yang disusun menurut abjad beserta penjelasan maknanya dan pemakaiannya. 2 Setiap makna kata dalam kamus memiliki padanan. Padanan adalah satuan leksikal bahasa sasaran Bsa yang mempunyai makna leksikal yang sama dengan masing-masing satuan bahasa sumber Bsu. 3 Di dalam padanan juga ada yang namanya anisomorfisme bahasa, maksudnya adalah ketidaksamaan antar struktur fonologis, gramatikal, leksikal atau semantik antar dua bahasalebih. Anisomorfisme dapat terjadi karena pada masyarakat pemakai dua bahasa yang berbeda terdapat adanya perbedaan 1 Teressa, Cabre, Terminology Lexicography, Amsterdam: t.p, 1992, h. 30 2 Abdul Chaer, Leksikologi Leksikografi Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, h. 180 3 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993, h.86 1 kebudayaan dan lingkungan hidup yang dimiliki. 4 Kamus juga tidak jauh dari penerjemahan. Penerjemahan merupakan peralihan dari bahasa sumber Bsu ke bahasa sasaran Bsa. Pengalihan ini dilakukan dari bentuk bahasa pertama ke dalam bentuk bahasa kedua melalui struktur semantis. Maknalah yang dialihkan dan harus dipertahankan, sedang bentuk boleh diubah. Larson merumuskan pengertian terjemahan secara lebih lengkap sebagai berikut: “menerjemahkan berarti mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks budaya dari bahasa sumber. Kemudian menganalisis teks tersebut untuk menemukan maknanya dan menemukan kembali makna yang sama itu dengan mengungkapkan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran dan konteks budaya.” 5 Dalam mengalihkan pesan dari bahasa ke bahasa lain, yang harus dipertahankan sedapat mungkin ialah isi, sedangkan bentuk di-nomor-duakan kecuali dalam kasus-kasus tertentu seperti dalam puisi. Oleh karena itu, agar pengalihan suatu bahasa terjemahan tersebut dapat dipahami dan dimengerti, maka harus diperhatikan bentuk bahasa sasarannya. Eugena A. Nida mengungkapkan bahwa: “menerjemahkan berarti menciptakan padanan paling dekat dalam bahasa penerima terhadap pesan Bsu, pertama dalam hal makna dan kedua pada gaya bahasanya.” 6 Ada 4 unsur yang terlibat dalam proses penerjemahan, yaitu berupa unsur isi, unsur pembaca, situasi dan kondisi pada saat terjemahan dibuat, dan situasi 4 Zgusta ladislav, Manual of Lexicography, Paris: The Hogue Mouton, 1971, h. 312 5 Milred L. Larson, Penerjemahan Berdasarkan Makna : Pedoman Untuk Pemadanan Antar Bahasa , Jakarta: Arca, 1991, cet. II, h. 262 6 A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, Yogyakarta: Kanisius, 1989, h. 11 kondisi pada saat berita itu diterima. Menurut Nida dalam bukunya mengajarkan bahwa cara baru menerjemahkan haruslah berfokus pada respon penerima pesan. Itu berarti bahwa terjemah dapat dikatakan baik bila benar-benar dapat dipahami dan dinikmati oleh penerimanya. 7 Kegiatan penerjemahan, khususnya pada tingkat pemula berpedoman pada kamus. Kamus harus jadi teman bagi setiap pemula yang ingin menerjemahkan. Bukan saja karena banyaknya perbendaharaan kata yang sulit untuk dikuasai oleh penerjemah tingkat pemula, tetapi juga perlunya setiap kata itu dipilih oleh penerjemah sehingga artinya sesuai dan tepat. Kamus juga erat kaitannya dengan semantik leksikal, karena Semantik leksikal adalah semantik yang objek penyelidikannya berupa leksikon dari bahasa tersebut. Dalam semantik leksikal, makna yang diselidiki adalah makna yang ada pada leksem-leksem bahasa tersebut. Di sini penulis akan menganalisis Semantik Leksikal terhadap Kata-kata yang terdapat dalam Dua Kamus Al-Munawwir dan Al-’Ashri. Contoh : ﺔﻐ ﻟا ﻢ ﻋ Al-Munawwir artinya ‘Ilmu Bahasa’ 8 Al-‘Ashri artinya ‘Leksikologi’ 9 Jika penulis lihat dari arti kata perkata, kata tersebut mempunyai arti tersendiri. Kata ﻢ ﻋ dalam kamus Al-‘Ashri mempunyai arti ‘ilmu pengetahuan’, dan dalam 7 A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan , h. 12 8 Ahmad Munawwir Warson, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya: Pustaka Progressif, 199, h.1276 9 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Yogyakartâ: Yayasan Ali Maksum, 1996, h. 1317 Kata ‘leksikologi’ juga merupakan kata istilah dalam bidang tata bahasa. Kata ‘leksikologi’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ‘cabang linguistik yang menyelidiki kata dan kosakata’ 10 . Sedangkan dalam Kamus Linguistik kata ‘leksikologi’ artinya ‘cabang linguistik yang mempelajari leksikon’ 11 . Leksikon adalah ‘komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa’ 12 . 10 Frista Artmada W., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jombang: Lintas Media, 2000, h. 510 11 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik , h. 127 12 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, h. 127 Teori semantik leksikal adalah ‘makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan observasi alat indera, atau makna yang sungguh- sungguh nyata dalam kehidupan kita’ 13 . Jadi, dapat penulis simpulkan bahwa padanan makna yang digunakan kamus Al-’Ashri lebih tepat dibandingkan kamus Al-Munawwir dilihat dari sisi semantik leksikal dan lebih maju dilihat dari sisi leksikologi. Dari yang telah dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul tentang ‘ANALISIS SEMANTIK LEKSIKAL PADA PADANAN ARAB-INDONESIA DALAM KAMUS AL-MUNAWWIR DAN AL-‘ASHRI ’ yang akan dianalisis hanya 50 kata yang terdapat dalam kamus Al-Munawwir dan Al-’Ashri secara panjang lebar dalam bab-bab selanjutnya.

B. Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah