B. Analisis Semantik Leksikal terhadap Padanan makna yang terdapat dalam Dua Kamus tersebut
Al-Munawwir dan Al-‘Ashri
Di sini Penulis akan menaganalisis padanan makna yang terdapat dalam kamus Al-Munawwir
dan Al-‘Ashri, dan mengambil secara acak random kata istilah sebanyak 50 kata atau frasa, kemudian menganalisis padanannya. Padanan makna
tersebut akan dianalisis melalui pendekatan semantik leksikal, yang mana Penulis akan membaginya menjadi beberapa bidang, di antaranya:
1. Bidang Sains dan Teknologi
a.
ﻖ ﺋز
zi’baq di dalam kamus Al-Munawwir artinya ‘air raksa’,
3
dan kamus Al-‘Ashri
artinya ‘mercury’.
4
Sehingga kata tersebut menjadi padanan makna yang bersinonim. Kata ‘mercury’ tersebut merupakan kata serapan dari bahasa
asing yang diserap oleh bahasa Indonesia, dan dalam Kamus Kimia kata ‘air raksa’ masih berpadanan dengan kata ‘mercury’ yang artinya adalah unsur yang
tergolong logam, berwujud cair pada suhu kamar, berwarna putih perak, penghantar panas yang buruk, mudah membentuk paduan atau amalgam dengan
hampir semua logam, dapat bereaksi dengan semua logam, dan tidak bereaksi dengan asam nonoksidator.
5
Dalam kamus Al-‘Ashri kata
ﻖ ﺋز
diartikan dengan ‘mercury’, kata ‘mercury’ tersebut adalah sebutan untuk ‘air raksa’ dalam bidang
kimia dan kesehatan. Di sini jelas, bahwa kamus Al-‘Ashri mengikuti perkembangan zaman yang ada dalam bidang tersebut sesuai dengan
3
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, h. 557
4
Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia,
Yogyakartâ:Yayasan Ali Maksum, 1996, h.1004
5
Mulyono HAM, Kamus Kimia, Jakarta: Bumi Aksara,2009, h. 354
b.
جاز
zâj dalam kamus Al-Munawwir diartikan dengan ‘belerang’,
6
dan dalam kamus Al-‘Ashri artinya ‘vitriol’.
7
Kata ‘vitriol’ adalah sebutan untuk ‘asam sulfat’ dalam bidang sains terutama dalam bidang kimia. Walaupun kata tersebut
bersinonim, tetapi kata tersebut adalah kata-kata yang sering digunakan oleh para ahlinya itu sesuai dengan bidangnya masing-masing. Kata ‘vitrol’ dalam Kamus
Kimia diartikan dengan ‘zat cair kental menyerupai minyak, tak berwarna, higroskopis, dalam larutannya air bersifat asam kuat, dalam keadaan pekat
bersifat oksidator, dan bersifat dapat mengikat air sebagai zat pendehidrasi’,
8
dan kata ‘belerang’ dalam kamus kimia diartikan dengan ‘unsur bukan-logam berwarna kuning muda, padatannya mengkilap tidak berbau, tidak larut dalam air
tetapi larut dalam s₂.
9
Jadi, kedua arti kata tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Karena, arti kata dalam dua kamus tersebut saling
berhiponimi. Kata ‘belerang’ menjadi hiponimnya, dan kata ‘vitriol’ menjadi hipernimnya. Karena, bahan baku untuk pembuatan vitriol asam sulfat adalah
belerang.
6
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h.591
7
Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 1004
8
Mulyono HAM, Kamus Kimia, h.45
9
Mulyono HAM, Kamus Kimia, h.70
c.
ئﺪ
sadi´ kamus Al-Munawwir artinya ‘berkarat’,
10
dan kamus Al-‘Ashri artinya ‘teroksidasi’.
11
Dalam Kamus Kimia kata ‘berkarat’ adalah ‘hasil oksidasi suatu logam’,
12
dalam Kamus Kimia kata ‘oksidasi’ itu sendiri adalah ‘peristiwa bereaksinya suatu zat dengan oksigen; reaksi kimia yang melibatkan pelepasan
elektron dari suatu atom, molekul, atau ion; reaksi kimia yang melibatkan penaikan bilangan oksidasi dari pereaksi’.
13
Jadi kata ‘karat’ dan ‘oksidasi’ mempunyai kemiripan atau bersinonim dalam pemaknaan, tetapi kata ‘karat’
diperhalus menjadi ‘oksidasi’ dalam bidang sains terutama dalam bidang kimia.
d.
ىّﺮﻌ ﻟا
al-Mu’arra dalam kamus Al-Munawwir diartikan ‘tanah yang tak bertumbuh-tumbuhan’,
14
dan dalam kamus Al-‘Ashri artinya ‘erosi’.
15
Jika dilihat dari arti yang terdapat dalam kamus Al-Munawwir, maka maknanya tersebut lebih
mendekati pada padanan penjelasan yang satuan leksikalnya tidak dapat langsung diterjemahkan ke bahasa sasaran, dan susah untuk dipahami oleh banyak orang
terutama bagi pelajar. Sehingga, makna kata ‘erosi’lah yang sering didengar dalam bidang ilmu pengetahuan, dan sudah dapat dimengerti oleh para pelajar.
Makna ‘erosi’ adalah kata yang sering digunakan dalam bidang sains terutama biologi. Dalam Kamus Biologi ‘erosi’ adalah’ pengikisan’.
16
Jadi, jelaslah bahwa kamus Al-‘Ashri lah yang menggunakan padanan makna yang terkini atau terbaru
dibandingkan kamus Al-Munawwir.
10
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 767
11
Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 1170
12
Mulyono HAM, Kamus Kimia, h. 206
13
Mulyono HAM, Kamus Kimia, h. 307
14
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 925
15
Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h 1763
16
Wildan Yatim, Kamus Biologi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007, h.150
e.
لُواﺪ
tadâwul dalam kamus Al-Munawwir diartikan dengan ‘peredaran’,
17
sedangkan di dalam kamus Al-‘Ashri kata tersebut diartikan dengan ‘rotasi’.
18
Yang di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ‘rotasi’ artinya adalah perputaran perputaran bumi pada porosnya dari arah Barat kearah Timur selama
sehari 24 jam yang mengakibatkan siang dan malam.
19
Jika dilihat dari padanan maknanya, kedua kamus tersebut masih bersinonim. Tetapi, yang lebih mendekati
semantik leksikal adalah kata ‘rotasi’ dibandingkan kata ‘peredaran’. Di karenakan makna ‘rotasi’ adalah makna yang sesuai dengan referennya, atau
makna yang sudah sering digunakan orang.
f.
بﺎﺴﺤﻟا ﻢ ﻋ
‘ilm al-hisâb makna dalam kamus Al-Munawwir adalah ‘ilmu hitung’,
20
dan dalam kamus Al-‘Ashri adalah ‘aritmetika’.
21
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ‘aritmetika’ adalah pengkajian bilangan bulat positif
melalui penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
22
Makna kedua kamus tersebut saling berpadanan atau bersinonim. Tetapi dalam konteks
sekarang ini, frase ‘ilmu hitung’ sudah tidak digunakan lagi di kalangan masyarakat khususnya para pelajar dan guru. Sehingga, Frase ‘ilmu hitung’
mengalami peningkatan makna yang lebih baik menjadi kata ‘aritmetika’, kata tersebut sering digunakan dalam bidang sains dan teknologi.
17
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 434
18
Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 443
19
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 963
20
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 262
21
Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 1316
22
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 65
g.
ةﺎ ﺤﻟا ﻢ ﻋ
‘ilm al-hayâh arti frase dari kamus Al-Munawwir adalah ‘ilmu hayat’,
23
sedangkan kamus Al-‘Ashri adalah ‘biologi’.
24
Penulis melihat bahwa arti dari kedua kamus tersebut masih saling bersinonim, hanya faktor waktu saja
yang membedakan penggunaan kata tersebut. Frase ‘ilmu hayat’ biasanya digunakan pada situasi klasikkuno, dan kata ‘biologi’ digunakan pada situasi
masa kinimodern. Sehingga, kata ‘biologi’ mengalami peningkatan makna kata yang dianggap lebih baik atau lebih tinggi nilainya dari makna dulu. ‘biologi’
adalah ilmu tentang kehidupan dan makhluk hidup.
25
Kata ‘biologi’ adalah sebutan untuk bidang sains.
2. Bidang Sosial, Politik dan Hukum