BAB IV ANALISIS SEMANTIK LEKSIKAL DALAM KAMUS
AL-MUNAWWIR DAN
AL-‘ASHRI
Pada bab ini, Penulis mencoba menganalisis padanan makna yang terdapat dalam kamus Al-Munawwir dan Al-‘Ashri melalui pendekatan semantik leksikal dan
leksikologi. Sehingga, Penulis membaginya menjadi beberapa bidang yang akan dikritisi, di antaranya:
1. Bidang Sains dan Teknologi. 2. Bidang Sosial, Politik dan Hukum.
3. Bidang Ekonomi. 4. Bidang Kedokteran.
5. Bidang Linguistik.
A. Analisis terhadap Padanan makna dalam kamus Al-Munawwir dan
Al-‘Ashri dilihat dari sisi Leksikologi
Pada bab ini, penulis mencoba menganalisis padanan makna yang terdapat dalam kamus Al-Munawwir dan Al-‘Ashri dilihat dari sisi leksikologi. Di mana kamus
dwibahasa ini memiliki kelebihan masing-masing yang tidak dimilki oleh kamus- kamus lain. Jika penulis lihat dari ragam kamusnya, kamus ini termasuk dalam
37
Di sini penulis melihat ada perbedaan antara kamus Al-Munawwir dan Al-‘Ashri
di dalam penyusunan kamus tersebut. Kamus Al-Munawwir dan Al-‘Ashri
sama-sama menggunakan sistem alfabet; dalam menyusun entrinya. Sedangkan, yang membedakan keduanya adalah cara mencari kata atau lafadz
yang akan diterjemahkannya. Jika kamus Al-Munawwir harus diketahui lebih dahulu “apakah kata itu semua hurufnya terdiri dari huruf asli atau ada huruf zaid
tambahan. Jika semua hurufnya terdiri dari huruf asli, maka untuk mencarinya dengan menentukan huruf pertama dari kata tersebut, misalnya kata
ﺮﺼ
nasara , untuk mencarinya dalam Al-Munawwir adalah dengan menentukan
huruf pertamanya yaitu nun
ن
, kemudian mencarinya pada bab nun
ن
.
Sedangkan, jika di antara huruf-hurufnya terdapat huruf zaid tambahan maka kita harus mengetahui terlebih dahulu mana huruf yang asli dan mana huruf
tambahan. Misalnya kata majlis, maka kita harus tetap mencari awal
katanya dan menyingkirkan huruf zaidnya yaitu huruf mim
م
, dan mencari huruf
1
Emil Ya’kub, Al-Ma’ajim al-Lughawiyyah al-‘Arabiyyah: Badaatuhaa wa Tathawwuruha, Beirut: D
ār Ast-Tsaqāfah Al-Islāmiyyah, tth, h. 26
Berbeda dengan kamus Al-‘Ashri, untuk mencari kata atau lafadz tertentu, kita tidak perlu susah-susah mencari kata dan fi’il madlinya, melainkan langsung
pada kata atau lafadz tersebut sesuai dengan huruf awalnya. Misalnya kata
حﻮﺘﻔ
maftûh maka kita tidak perlu susah-susah mencari katanya, dan kita hanya cukup mencarinya pada huruf mim
م
, atau pada bab entri mim
م
.
Dilihat dari sisi leksikologi padanan maknanya, kamus Al-Munawwir dan Al-‘Ashri
masih mengikuti acuan yang terdapat dalam leksikologi Indonesia atau perkamusan di Indonesia yaitu dapat menemukan makna sebuah kata, dapat
mengetahui sinonim dan antonim makna sebuah kata, dan dapat mengetahui asal usul kata. Tetapi, jika di teliti lebih dalam lagi kamus Al-‘Ashri lebih modern atau
terkini dalam memaknai sebuah kata. Misalkan kata
لُواﺪ
tadâwul di dalam kamus Al-Munawwir diartikan dengan ‘peredaran’, sedangkan di dalam kamus
Al-‘Ashri kata tersebut diartikan dengan ‘rotasi’. Yang di dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia kata ‘rotasi’ artinya adalah perputaran perputaran bumi pada porosnya dari arah Barat kearah Timur selama sehari 24 jam yang
mengakibatkan siang dan malam.
2
Jika dilihat dari padanan maknanya, kedua kamus tersebut masih bersinonim. Tetapi kamus Al-‘Ashri lebih menggunakan
makna yang terkini makna yang sering kita dengar dalam bidang sains dan teknologi dibandingkan kamus Al-Munawwir.
2
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, Cet. Ke-3, h. 963
B. Analisis Semantik Leksikal terhadap Padanan makna yang terdapat dalam Dua Kamus tersebut