Bidang Sosial, Politik dan Hukum

g. ةﺎ ﺤﻟا ﻢ ﻋ ‘ilm al-hayâh arti frase dari kamus Al-Munawwir adalah ‘ilmu hayat’, 23 sedangkan kamus Al-‘Ashri adalah ‘biologi’. 24 Penulis melihat bahwa arti dari kedua kamus tersebut masih saling bersinonim, hanya faktor waktu saja yang membedakan penggunaan kata tersebut. Frase ‘ilmu hayat’ biasanya digunakan pada situasi klasikkuno, dan kata ‘biologi’ digunakan pada situasi masa kinimodern. Sehingga, kata ‘biologi’ mengalami peningkatan makna kata yang dianggap lebih baik atau lebih tinggi nilainya dari makna dulu. ‘biologi’ adalah ilmu tentang kehidupan dan makhluk hidup. 25 Kata ‘biologi’ adalah sebutan untuk bidang sains.

2. Bidang Sosial, Politik dan Hukum

a. ﺔﺼﺧر rukhsah di kamus Al-Munawwir diartikan ‘keringanan’, 26 dan dalam kamus Al-‘Ashri artinya ‘dispensasi’. 27 Dalam Kamus Politik mengartikan kata ‘dispensasi’ dengan ’kelonggaran pengecualian; memberikan keringanan; memberikan kelonggaran dalam hal khusus dari ketentuan Undang-Undang Dasar’. 28 Kata ‘dispensasi’ itu sendiri adalah kata serapan yang diserap dari Bahasa Latin yaitu ‘dispencs’ yang artinya ‘pembebasan dari suatu kewajiban; pengecualian dari aturan yang berlaku untuk umum’. 29 Di sini sangat jelas bahwa padanan kedua makna tersebut bersinonim, karena kedua makna tersebut adalah 23 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 316 24 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 1314 25 Arumi gayatri, Kamus Kesehatan, h. 28 26 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 484 27 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 965 28 Zainul Bahri, Kamus Umum Khususnya Bidang Hukum Dan Politik, Bandung: Angkasa, 1996, h. 56 29 J.S. Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan asing Dalam Bahasa Indonesia, Jakarta:Kompas, 2005, h. 59 b. ّﺧر rakhkhasa dalam kamus Al-Munawwir diartikan dengan ‘membenarkan’, 30 dan dalam kamus Al-‘Ashri diartikan dengan ‘melegitimasi’. 31 Kedua arti kata tersebut merupakan padanan makna yang bersinonim, karena dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ‘melegitimasi’ adalah ‘membenarkan dan mengesahkan’, 32 sedangkan dalam Kamus Politik adalah ‘pengesahan; bukti diri’, 33 dan dalam Kamus Serapan Asing Kata ‘melegitimasi’ adalah ‘pernyataan yang sah menurut atau sesuai dengan Undang-Undang Dasar; pengesahan’. 34 Kata ‘melegitimasi’ adalah kata yang sering digunakan oleh para pakar hukum untuk mengesahkan atau membenarkan suatu pernyataan yang sah menurut Undang-Undang atau yang sesuai dengan Undang-Undang. Oleh karena itu, kata ‘melegitimasi’ adalah kata-kata yang sering kita dengar dalam dunia politik dan ekonomi terutama dalam bidang hukum, dan kata tersebut merupakan makna leksikal atau makna yang sering kita dengar oleh panca indera kita, dan bisa juga disebut dengan makna kamus. 30 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 484 31 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 965 32 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.651 33 Zainul Bahri, Kamus Umum Khususnya Bidang Hukum Dan Politik, h. 210 34 J.S. Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan asing Dalam Bahasa Indonesia, h. 209 c. ر لﻮ rasûl dalam kamus Al-Munawwir artinya ‘utusan’, 35 sedangkan dalam kamus Al-‘Ashri artinya ‘delegasi’. 36 Makna kedua kamus tersebut mempunyai kesinoniman, tetapi hanya pemakaiannya saja yang berbeda. Kata ‘delegasi’ merupakan kata serapan Asing ‘delegation’ yang diserap oleh bahasa Indonesia menjadi ‘delegasi’ yang artinya ‘perwakilan; perutusan; orang yang diutus untuk mewakili oleh Negara atau organisasi; pelimpahan wewenang’. 37 Sedangkan dalam Kamus Politik diartikan dengan ‘perutusan; peralihan kekuasaan’. 38 Sehingga, kata ‘delegasi’ mempunyai nilai rasa yang tinggi, jika digunakan dalam bidang ekonomi, dan kata ‘utusan’ mempunyai nilai rasa yang rendah, jika digunakan bukan pada konteksnya. Namun, keduanya makna tersebut tidak mudah untuk dipertukarkan, karena kata ‘utusan’ hanya cocok untuk situasi kuno, klasik, atau arkais. 39 Sedangkan kata ‘delegasi’ hanya cocok untuk situasi masa kini modern. Tetapi, kata utusan dapat dipergunakan secara umum dan tidak formal dibandingkan kata ‘delegasi’. d. داﺪ sadâd dalam kamus Al-Munawwir artinya ‘kebenaran’, 40 dan kamus Al-‘Ashri artinya ‘relevansi’. 41 Dilihat dari dua makna kamus tersebut, makna kamus Al-‘Ashri lah yang lebih condong kepada makna sematik leksikal. Karena kata ‘relevansi’ adalah kata yang sering kita dengar dalam dunia politik dan hukum dibandingkan kata ‘kebenaran’ yang mempunyai arti yang sama dengan kata tersebut. Kata relevansi diserap dari kata Asing yang artinya ‘kesesuaian, 35 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 496 36 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 972 37 J.S. Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan asing Dalam Bahasa Indonesia, h. 52 38 Zainul Bahri, Kamus Umum Khususnya Bidang Hukum Dan Politik, h. 273 39 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, h. 85 40 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 620 41 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 1054 e. ﺾ ر rafd dalam kamus Al-Munawwir diartikan dengan ‘penolakan’, 43 dan kamus Al-‘Ashri artinya ‘veto’. 44 Walau pun kedua kamus tersebut mempunyai makna yang berbeda, tetapi makna tersebut mempunyai padanan makna yang bersinonim. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ‘veto’ adalah hak konstitusional penguasa pemegang pemerintahan, dan sebagainya untuk mencegah, menyatakan, menolak, atau membatalkan keputusan. 45 Sedangkan, dalam Kamus Politik kata ‘veto’ adalah hak yang dimiliki suatu Negara untuk menolak suatu keputusan supaya tidak dapat dijalankan. 46 Kata ‘veto’ itu sendiri adalah kata yang diserap dari bahasa asing. Sehingga, kedua makna tersebut mempunyai nilai rasa yang baik, tetapi kata ‘veto’ adalah kata yang sering digunakan dalam bidang politik dan ekonomi dibandingkan kata ‘penolakan’ . f. ماﺮ إ ibrâm dalam kamus Al-Munawwir artinya ‘pengesahan’, 47 dan dalam kamus Al-‘Ashri artinya ‘ratifikasi’. 48 Kata ‘ratifikasi’ dalam Kamus Politik adalah pengesahan, 49 dan kata ‘ratifikasi’ adalah kata serapan Asing yang diambil dari bahasa Latin ‘ratifikation’ yang diserap oleh Bahasa Indonesia menjadi 42 J.S. Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan asing Dalam Bahasa Indonesia, h. 301 43 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 515 44 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 982 45 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1261 46 Zainul Bahri, Kamus Umum Khususnya Bidang Hukum Dan Politik, h. 355 47 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 79 48 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 8 49 Zainul Bahri, Kamus Umum Khususnya Bidang Hukum Dan Politik, h. 270 g. ّﺣر rahhala dalam kamus Al-Munawwir artinya ‘memindahkan’, 51 sedangkan dalam kamus Al-‘Ashri artinya ‘mengevakuasi’. 52 Dalam bidang ekonomi dan politik, kata ‘mengevakuasi’lah yang sering kita dengar dalam keseharian kita dalam pemberitaan. Dalam Kamus Politik mengartikan ‘evakuasi’ dengan ‘pengungsian; memindahkan ketempat yang aman karena suatu keadaan memaksa karena perang, bencana alam, dan lain-lain’. 53 Jadi makna kamus Al-‘Ashri lah yang lebih terkinimodern dibandingkan makna kamus Al-Munawwir . Sehingga, kata ‘mengevakuasi’ mempunyai nilai rasa yang tinggi dalam bidang politik dan ekonomi. h. ﺔ ﺎ ﺣ himâyah dalam kamus Al-Munawwir artinya ‘perlindungan’, 54 dan kamus Al-‘Ashri artinya ‘proteksi’. 55 ‘Perlindungan’ dan ‘proteksi’ mempunyai kesamaan arti atau bersinonim yaitu ‘menjaga’. Dalam Kamus Politik kata ‘proteksi’ adalah perlindungan oleh pemerintah terhadap industri, perdagangan 50 J.S. Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan asing Dalam Bahasa Indonesia, h. 296 51 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h.482 52 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 963 53 Zainul Bahri, Kamus Umum Khususnya Bidang Hukum Dan Politik, h. 64 54 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 300 55 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 796 i. ﺴﻟا ّيﺮ al-sukhrî arti kata dari kamus Al-Munawwir adalah ‘kerja paksa tanpa upah’, 57 sedangkan kamus Al-‘Ashri adalah ‘kerja rodi’. 58 ‘kerja rodi’ itu sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kewajiban bekerja tidak dengan upah; kerja paksa. 59 Penulis melihat bahwa arti dari kedua kamus tersebut masih saling bersinonim, dan memang kata keduanya sering digunakan sejak dulu. Tetapi, Makna kata ‘kerja paksa tanpa upah’ merupakan makna kata yang lebih mendekati pada padanan penjelasan yang satuan leksikalnya tidak dapat langsung diterjemahkan ke bahasa sasaran Bsa, dan harus dicari padanannya terlebih dahulu dalam bahasa sumber Bsu. j. ﺔﺸﺣﺎ fâhisyah arti kata tersebut dalam kamus Al-Munawwir adalah ‘pelacur’, 60 dan dalam kamus Al-‘Ashri adalah ‘wanita tuna susila WTS’. 61 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ‘pelacur’ adalah perempuan yang melacur; wanita tuna susila; sundal, dan kata ‘wanita tuna susila WTS’ adalah pelacur. 62 Kata ‘wanita tuna susila’ bersinonim dengan kata ‘pelacur’. 63 Namun, 56 Zainul Bahri, Kamus Umum Khususnya Bidang Hukum Dan Politik, h. 260 57 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 618 58 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 1052 59 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 960 60 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 1036 61 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 1368 62 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 623 63 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1268 k. قﺎﺤ sihâq arti kata tersebut dalam kamus Al-Munawwir adalah ‘hubungan seksual dengan sesama perempuan’, 64 dan dalam kamus Al-‘Ashri adalah ‘lesbi’. 65 Kata ‘lesbi’ bersinonim dengan kata ‘hubungan seksual dengan sesama perempuan’. Namun, kata keduanya tidak mudah dipertukarkan, karena kata ‘lesbi’ biasa digunakan untuk situasi masa kinimodern, dan pemakaiannya pun lebih halus dibandingkan kata ‘hubungan seksual dengan sesama perempuan’, dan mempunyai nilai rasa yang tinggi dalam bidang kebahasaan. Makna kata ‘hubungan seksual dengan sesama perempuan’ merupakan makna kata yang lebih mendekati pada padanan penjelasan yang satuan leksikalnya tidak dapat langsung diterjemahkan ke bahasa sasaran Bsa, dan harus dicari padanannya terlebih dahulu dalam bahasa sumber Bsu. Kata ‘lesbi’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah wanita yang mencintai atau merasakan rangsangan seksual sesama jenisnya; wanita homoseks. 66 Walaupun, kata ‘lesbi’ tersebut pun masih mempunyai anggapan yang rendah di mata masyarakat. Tetapi, makna kamus Al-‘Ashri lebih halus dibandingkan makna kamus Al-Munawwir di dalam pemaknaan katanya. 64 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 616 65 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 1050 66 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 665 l. ﻖ sabq dalam kamus Al-Munawwir artinya ‘didahulukan’, 67 sedangkan dalam kamus Al-‘Ashri artinya ‘prioritas’. 68 Makna kedua kamus tersebut mempunyai kesinoniman. Tetapi, kamus Al-Munawwir menggunakan padanan penjelasan yang satuan makna leksikalnya tidak dapat langsung diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran Bsa, kita harus mencari terlebih dahulu padanannya dalam bahasa sumber Bsu, baru bisa dipergunakan dalam bahasa sasaran Bsa. Di sini Kata ‘prioritas’ mempunyai nilai rasa yang tinggi, jika digunakan dalam bidang ekonomi. Dan kata ‘di dahulukan’ mempunyai nilai rasa yang rendah, dan tidak cocok digunakan dalam bidang sosial. Dalam Kamus Politik kata ‘prioritas’ artinya adalah mendapatkan kesempatan atau perlakuan untuk didahulukan dari yang lain; hak utama, 69 dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah didahulukan dan diutamakan dari pada yang lain. 70 m. يأر ra’y dalam kamus Al-Munawwir artinya ‘pendapat’, 71 dan kamus Al-‘Ashri ‘opini’. 72 Ini merupakan arti dari dua kamus tersebut. Yang kedua makna tersebut mempunyai kesinoniman yang sama yaitu mengeluarkan pikiran atau anggapan seseorang dalam rapat atau musyawarah. Ini termasuk padanan sisipan yang maknanya dapat langsung digunakan dalam kalimat atau konteks kalimat bahasa sasaran. Kata ‘opini’ adalah kata yang selalu digunakan orang banyak, terutama dalam bidang politik dan ekonomi. 67 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 607 68 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 1045 69 Zainul Bahri, Kamus Umum Khususnya Bidang Hukum Dan Politik, h. 258 70 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 896 71 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 460 72 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 950 n. ر rasmî kamus Al-Munawwir artinya ‘resmi’, 73 dan dalam kamus Al-‘Ashri artinya ‘formal’. 74 Kata ‘formal’ menurut penulis lebih cocok penggunaannya dalam bidang sosial dibandingkan kata ‘resmi’. Karena, kata ‘formal’ bisa digunakan dalam ragam formal maupun tak formal. Sedangkan kata ‘resmi’ hanya cocok untuk ragam tak formal. Kata ‘resmi’ merupakan kata tak baku yang berkonotasi baik. o. ﺔﻟواﺪ mudâwalah dalam kamus Al-Munawwir artinya ‘tukar pikiran’, 75 dan kamus Al-‘Ashri ‘konsultasi’. 76 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ‘konsultasi’ adalah pertukaran pikiran untuk mendapatkan kesimpulan nasehat, saran, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya. 77 Keduanya makna tersebut mempunyai nilai rasa yang tinggi, tetapi kata ‘konsultasi’ biasanya sering digunakan dalam bidang politik dan hukum dibandingkan kata ‘tukar pikiran’. 3. Bidang Ekonomi a. ﺔﻌ sil’ah dalam kamus Al-Munawwir artinya ‘barang dagangan’, 78 dan dalam kamus Al-‘Ashri artinya ‘komoditi’. 79 Di dalam kamus Al-‘Ashri maknanya menggunakan kata serapan asing yaitu menggunakan Bahasa Inggris yang berasal dari kata ‘commodity’ , yang diserap oleh Bahasa Indonesia menjadi ‘komoditas’ 73 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 497 74 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 971 75 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h.434 76 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 1667 77 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 590 78 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 651 79 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 1079 b. ا طﺎ ر irtibât di kamus Al-Munawwir diartikan ‘hubungan’, 82 dan dalam kamus Al-‘Ashri artinya ‘korelasi’. 83 Di sini sangat jelas bahwa padanan kedua makna tersebut bersinonim, karena dalam Kamus Ekonomi kata ‘korelasi correlation’ adalah istilah dalam Ilmu Statistik yang berarti mengukur tingkat keeratan hubungan antar dua atau lebih variabel dari dua kelompok data hasil suatu observasi untuk mengetahui sifat hubungannya. 84 Jadi, jelas bahwa kedua makna tersebut adalah satuan leksikal yang bisa digunakan langsung pada saat menerjemahkan ke bahasa sasaran Bsa. Sehingga, kata-kata tersebut sering digunakan oleh khalayak luas sesuai dengan bidangnya. 80 J.S. Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan asing Dalam Bahasa Indonesia, h. 135 81 Collins, Kamus Lengkap Ekonomi, Jakarta: Erlangga, 1994, h. 98 82 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h.466 83 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 73 84 Indra Darmawan, Kamus Istilah Ekonomi Kontemporer, Yogyakarta: pustaka Widyatama, 2006, h. 129 c. ّﺧﺪ tadakhkhal artinya dalam kamus Al-Munawwir adalah ‘campurtangan’, 85 dan dalam kamus Al-‘Ashri adalah ‘intervensi’. 86 Kata ‘intervensi’ merupakan padanan makna yang bersinonim dengan kata ‘campurtangan’. Kata ‘intervensi’ ini diambil dari kata Asing ‘intervention’ yang diserap ke dalam Bahasa Indonesia menjadi ‘intervensi’ yang artinya adalah campur tangan dalam urusan perselisihan pihak lain. 87 Sedangkan, dalam Kamus Ekonomi mengartikan dengan ‘aktifitas pemerintah dalam membeli dan menjual mata uangnya dalam pasar valuta asing untuk menggunakan kurs mata uangnya’. 88 Sehingga kata ‘intervensi’ pun merupakan kata yang terkini di dalam dunia ekonomi. Jika dilihat dari sisi semantik leksikal kata ‘intervensi’ pun mempunyai makna yang sama dengan referennya. d. ﺔ ﺼﺣ hasîlah dalam kamus Al-Munawwir diartikan ‘pendapatanpenghasilan’, 89 dan dalam kamus Al-‘Ashri diartikan dengan ‘income’. 90 Di dalam kamus Al-‘Ashri maknanya menggunakan kata asing Bahasa Inggris yang artinya ‘pendapatanpenghasilan’, 91 yang belum diserap menjadi Bahasa Indonesia. Sedangkan, dalam Kamus Ekonomi mengartikan kata ‘income’ dengan ‘hasil yang diterima baik berupa uang maupun lainnya atas penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas’. 92 Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa makna keduanya saling bersinonim. Tetapi, yang sering 85 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 392 86 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 444 87 J.S. Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan asing Dalam Bahasa Indonesia, h. 160 88 Indra Darmawan, Kamus Istilah Ekonomi Kontemporer, h. 325 89 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 271 90 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 774 91 J.S. Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan asing Dalam Bahasa Indonesia, h. 153 92 Indra Darmawan, Kamus Istilah Ekonomi Kontemporer, h. 297 e. ا رﺎﻜﺘﺣ ihtikâr arti dalam kamus Al-Munawwir adalah ‘penimbunan barang agar terjual mahal’, 93 sedangkan dalam kamus Al-‘Ashri adalah ‘monopoli’. 94 Makna kamus Al-Munawwir dan Al-‘Ashri saling bersinonim, tetapi makna kamus Al-Munawwir memakai padanan penjelasan yang satuan leksikalnya tidak dapat digunakan langsung pada saat menerjemahkan ke bahasa sasaran. Berbeda dengan kata ‘monopoli’, yang kata tersebut biasa digunakan dalam konteks ekonomi, dan sudah dapat langsung digunakan pada saat menerjemahkan. Dalam Kamus Ekonomi kata ‘monopoli’ adalah keadaan pasar di mana suatu pihak memiliki pengaruh yang besar dalam menawarkan jenis barang tertentu, sehingga mampu menentukan dan mengatur tingkat barang. 95 Jadi, jelaslah bahwa kata ‘monopoli’ lah kata yang terkini dalam bidang ekonomi. f. ﺎﺤ ﻟا al-muhâmî dalam kamus Al-Munawwir artinya ‘pembela’, 96 dan kamus Al-‘Ashri artinya ‘pengacaraadvokat’. 97 Dilihat dari dua makna kamus tersebut, makna kamus Al-‘Ashri lah yang lebih condong kepada makna sematik leksikal. Karena kata ‘pengacaraadvokat’yang sering kita dengar dalam dunia politik dan ekonomi dibandingkan kata ‘pembela’ yang mempunyai arti yang sama dengan ‘pengacaraadvokat’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ‘advokat’ adalah ahli hukum yang berwenang sebagai penasehat atau pembela 93 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 285 94 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 39 95 Indra Darmawan, Kamus Istilah Ekonomi Kontemporer, h. 399 96 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 301 97 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 1640 g. بﺎﻌ أ at’âb dari kamus Al-Munawwir artinya ‘uang lelah’, 99 sedangkan dalam kamus Al-‘Ashri artinya ‘honorariumupah’. 100 Makna dari kedua kamus tersebut bersinonim, tetapi kata ‘upah lelah’ berkonotasi burukjelek. Oleh karena itu, penulis lebih sependapat dengan makna yang ada dalam kamus Al-‘Ashri, yang maknanya berkonotasi baik. Yang maknanya sesuai dengan kondisi yang ada. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ‘honorarium’ adalah upah sebagai imbalan jasa. 101 h. ا لﺎ ﺘﺣ ihtimâl dalam kamus Al-Munawwir artinya ‘kemungkinan’, 102 dan dalam kamus Al-‘Ashri artinya ‘prospek’. 103 Jika dilihat dari kedua kamus tersebut, makna kamus Al-‘Ashri lah yang lebih terkinimodern di bandingkan kamus Al-Munawwir. Tetapi, makna kedua kamus tersebut saling bersinonim. Karena ‘prospek’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kemungkinan; harapan. 104 Jadi, jelaslah bahwa kata ‘kemungkinan’ dan ‘prospek’ saling berpadanan makna. i. عّﺮ ﺘ mutabarri’ arti dari kamus Al-Munawwir adalah ‘yang bersedekah’, 105 sedangkan dalam kamus Al-‘Ashri adalah ‘donatur’. 106 Kata ‘yang bersedekah’ 98 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 10 99 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 134 100 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h.8 101 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 407 102 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 298 103 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 40 104 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 899 105 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, h. 77 106 Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, h. 1599

4. Bidang Kedokteran