46
Urusan Perpustakaan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Amrullah Hasbana, kebijakan yang dimiliki saat ini adalah kebijakan yang ditentukan oleh Kepala
Urusan Perpustakaan FKIK, yang merupakan hasil rapat dengan staf perpustakaan berdasarkan pengusulan dosen-dosen FKIK
3
. Pengadaan bahan pustaka Perpustakaan FKIK UIN Jakarta, meliputi
empat metode pengadaan bahan pustaka yaitu pengadaan bahan pustaka melalui pembelian bahan pustaka, pengadaan bahan pustaka melalui
sumbanganhadiah, pengadaan bahan pustaka melalui penerbitan sendiri dan pengadaan bahan pustaka melalui deposit
4
. Metode yang belum menjadi kebijakan pengadaan bahan pustaka perpustakaan FKIK UIN adalah pengadaan
bahan pustaka melalui tukar menukar
5
. Adapun penyebabnya menurut Kepala Urusan Perpustakaan FKIK adalah karena keterbatasan sumber daya manusia
SDM petugas serta padatnya volume kerja perpustakaan FKIK, yang semula hanya tiga orang baru beberapa waktu belakangan menjadi lima orang.
A. Pengadaan Bahan Pustaka melalui Pembelian
Penyelenggaraan pembelian bahan pustaka pada perpustakaan FKIK dilakukan oleh pejabat pengadaan yang diangkat. Teknik pembeliannya dengan
penunjukan langsung rekanannya, sedangkan untuk pembelian di atas nilai Rp. 50 juta dibentuk panitia pengadaan, melalui proses tender
6
.
3
Amrullah Hasbana, Kepala Urusan Perpustakaan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta 26 Juli 2010 transkrip wawancara h.4
4
Ibid., h.4
5
Ibid., h.5
6
Sekretariat Negara, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 tahun 2003, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah [selanjutnya disingkat
47
Sedangkan pengadaan bahan pustaka yang dananya bukan berasal dari negara yaitu dari sumbangan uang pihak tertentu kebijakannya adalah dapat
dilakukan pembelian langsung oleh pustakawan ke toko atau penerbit buku, namun hal ini belum pernah dilakukan FKIK, karena seperti dikatakan Kepala
Urusan Perpustakaan FKIK Amrullah Hasbana, sampai saat wawancara 26 Juli 2010, perpustakaan FKIK, belum pernah memperoleh dana dari sumbangan
uang dari dermawan, sumbangan para orang tua mahasiswa
7
. Sejak berdiri enam tahun lalu, perpustakaan FKIK telah memperoleh 3
kali anggaran negara untuk pembelian bahan pustaka, yaitu: 1 tahun 2005 sebanyak Rp. 40 juta; 2 Tahun 2009 sebanyak Rp.100 juta; 3 Tahun 2010
Rp.200 juta
8
. Yang telah diterapkan pembeliannya baru dua kali yaitu 2005 dan 2009, sedangkan pembelian tahun 2010 masih dalam proses persiapan.
Dengan demikian perpustakaan FKIK telah dua kali menerapkan pembelian bahan pustaka berdasarkaan Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah. Adapun bentuk penerapan kebijakan pembelian bahan pustaka yang dua kali itu adalah :
a. Tahun 2005 jumlah dana yang diperoleh Rp.40 juta empat puluh juta rupiah. Penerapan kebijakan dilakukan dengan membentuk pajabat
pengadaan oleh Kuasa Pengguna Anggaran KPA: Rektor terdiri dari pegawai terkait pada Kantor Pusat UIN Syarif Hidayatullah dilengkapi dengan beberapa
“Kepres No.80 th.2003 tentang pengadaan barang], h. 8, Diunduh dari Google, tgl 19 Juli 2010 17:45
7
Hasbana, Wawancara Pribadi, h.6
8
Ibid., h.4
48
petugas dari perpustakaan FKIK sebagai anggota urusan pengadaan dan sebagai pemeriksa
9
. Kuasa Pengguna Anggaran KPA adalah yang memiliki anggaran negara, dalam hal ini adalah Menteri Agama. Maka Rektor, Kepala
Kanwil Kementerian Agama dan pejabat setingkatnya memperoleh kuasa dari Menteri Agama untuk mempergunakannya di unit kerja masing-masing.
Karena itu ia disebut “Kuasa Pengguna Anggaran”. Sedangkan proses pembeliannya, melalui penunjukan langsung oleh KPA
10
, yakni menunjuk satu dari tiga rekanan yang ikut mengajukan penawaran bahan pustaka, yang
penawaran paling rendah, bukunya paling lengkap dan paling baik kualitas bahan pustakanya, kemudian ditindaklanjuti dengan pembuatan Surat Perintah
Kerja SPK. Hasilnya, telah dilakukan pengadaan bahan pustaka sebanyak 250 judul buku, dengan jumlah buku sebanyak 400 examplar.
b. Tahun 2009, jumlah dana yang diperoleh FKIK adalah Rp.100 juta seratus juta rupiah. Penerapan kebijakannya dengan membentuk panitia
pengadaan yang melibatkan pejabat terkait ditingkat universitas dan fakultas dalam hal ini petugas perpustakaanpustakawan sebagai anggota pengadaan
dan sebagai pemeriksa setelah bahan pustaka datang dengan tugas seperti disebutkan sebelumnya
11
. Pelaksanaan pembeliannya dalam bentuk tender pelelangan, yang ditindaklanjuti dengan pembuatan Kontrak Pengadaan
9
Ibid., h.3
10
Ibid., h.3
11
Ibid., h.4
12
Sekretariat Negara, “Lampiran Undang-undang No.80 tahun 2003”, h.31.
49
BarangJasa KPBJ
12
. Hasilnya adalah dapat dilakukan pengadaan bahan pustaka sebanyak 600 judul buku, dengan jumlah buku sebanyak 1000
examplar
13
. c. Tahun 2010, jumlah dana yang diperoleh FKIK adalah Rp. 200 juta
dua ratus juta rupiah. Penerapan kebijakannya belum dilakukan tapi dalam proses pengadaan. Akan tetapi prosedur pelaksanaanya diperkirakan akan sama
dengan tahun 2009, yaitu dengan membentuk panitia pengadaan dengan melibatkan petugas terkait di kantor pusat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
petugas perpustakaan fakultas sebagai anggota pengadaan dan anggota pemeriksa. Sedangkan prosedur pelaksanaan pembeliannya melalui tender
pelelangan sesuai dengan ketentuan Kepres Nomor 80 tahun 2003. Hasilnya belum dapat diketahui, karena pelaksanaan pembeliannya belum dilakukan.
Menjawab pertanyaan penulis peneliti, apakah kepala urusan perpustakaan mempunyai pengaruh dalam menentukan pemenang rekanan
baik dalam pengadaan bersifat penunjukan langsung atau tender, Kepala Urusan Perpustakaan FKIK Amrullah Hasbana mengatakan, ia tidak ikut dalam
tim yang menentukan pemenang tersebut. Karena itu ia tidak mempunyai pengaruh langsung untuk menentukan pemenang rekanan tersebut, hanya
memberikan rekomendasi saja
14
. Penerapan kebijakan tersebut telah sesuai dengan petunjuk Kepres
Nomor 80 tahun 2003. Hanya saja yang perlu dicatat, mekanisme pembelian
13
Data Subag Akademik FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2010.
14
Hasbana, Wawancara Pribadi, h.1
50
melalui penunjukan langsung atau tender, yang ujung-ujungnya pembelian dilaksanakan oleh pihak ketiga itu, selain prosesnya yang panjang dan sulit,
yang terpenting lagi menurut hemat penulis kurang efisien, di mana pihak ketiga sebagai sebuah usaha bisnis tentu akan akan mengambil keuntungan 20
– 25, Pajak 10, belum lagi “kebocoran-kebocoran” di jalan minimal 5, sehingga maksimal yang efektif dana itu untuk pengadaan bahan pustaka hanya
sekitar 60. Namun dari sudut pandangan “minimalis” pandangan yang bersifat minimal, dari pada tidak ada sama sekali mendapat anggaran negara,
kan lebih baik juga bisa efisien 60 itu. Di samping itu, yang perlu juga digaris bawahi adalah, ternyata UIN
Syarif Hidayatullah menganut sistem sentralisasi dalam pengadaan barang, termasuk dalam pengadaan bahan pustaka. Sedangkan di IAIN lain, telah
menganut otonomi fakultas. Dalam hal ini penunjukan panitia pengadaan, dan penetapan pemenang, kendatipun tetap atas nama Kuasa Penggunan Anggaran
KPA= Rektor, tetapi telah didelegasikan ke fakultas, jadi yang menetapkan panitia pengadaan, sekaligus menetapkan pemenang cukup Pejabat Pembuat
Komitmen PPK= Dekan Fakultas. Dengan demikian panitia pengadaan bukan lagi pejabat dari kantor pusat, melainkan telah pejabat dan petugas dari
fakultas, kebijakan otonomi ini telah dilaksanakan dalam pengadaan bahan pustaka senilai Rp.30 juta seluruh fakultas di lingkungan IAIN tersebut tahun
2007. Bukan saja dalam pengadaan bernilai Rp.100 juta sd dengan Rp.200 juta, bahkan pembangunan gedung kuliah senilai Rp.3 milyar tiga milyar
rupiah telah diotonomikan ke fakultas pada tahun 2009. Sehingga yang
51
membentuk panitia adalah Dekan dan panitia pengadaannya dari pejabat dan petugas fakultas, keputusan pemenangnya oleh Dekan Fakultas. Keutamaannya
adalah, pejabat fakultas mengetahui dengan baik kebijakan dan penerapan pengadaan bahan pustaka di fakultasnya, tidak seperti pengalaman penulis
peneliti melakukan penelitian, pejabat fakultas tidak mengetahui kebijakan dan penerapannya, “ah, kami tak tahu tuh, itu urusan petugas kantor pusat”,
sehingga harus naik bertanya ke tingkat universitas. Adapun Informasi otonomi fakultas diatas, penulis terima dari salah seorang mantan Pembantu Dekan II
Fakultas di sebuah IAIN, yang pernah menerapkan kebijakan otonomi fakultas dalam soal pengadaan bahan pustaka tersebut.
Selain itu, yang perlu dicermati lagi ialah, belum adanya pembelian langsung di luar anggaran yang diperoleh dari negara, menurut hemat penulis
mengindikasikan, belum terlihatnya perpustakaan FKIK membuka diri ke pihak luar, sehingga belum terlihat adanya sumbangan dana dari eksternal
untuk pembelian bahan pustaka. Padahal seperti dikemukan pada BAB III, misi dan tujuan FKIK untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran dan ilmu
kesehatan dengan ilmu-ilmu keislaman dan keindonesiaan adalah cita-cita bersama umat Islam, bukan hanya cita-cita UIN Jakarta saja. Kerena itu adalah
wajar pihak perpustakaan atau pihak induk lembaganya membuka diri ke luar untuk mendapatkan dana sumbangan dari luar, sehingga bisa dilakukan
pembelian bahan pustaka di luar anggaran negara.
52
B. Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Sumbanganhadiah