32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Hasil Derajat Deasetilasi Kitosan
Kitosan dihasilkan dari kulit udang yang diperoleh dari proses deasetilasi penghilangan gugus asetil senyawa kitin. Kitosan produksi
BATAN yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari kulit udang yang diambil bagian punggungnya saja. Kulit udang tersebut kemudian diproses
menjadi kitin melalui dua tahapan yaitu pemisahan protein deproteinasi dan pemisahan mineral demineralisasi. Proses deproteinasi dan demineralisasi
yang dilakukan masing –masing menggunakan NaOH 1 N dan HCl 1 N. Setelah melalui dua tahapan tersebut dilakukan proses deasetilasi untuk menghasilkan
kitosan. Proses deasetilasi yang dilakukan menggunakan NaOH dengan konsentrasi 50 selama 8 jam sambil dipanaskan pada suhu 95°C.
Untuk mengetahui berapa banyak kitosan yang telah terbentuk maka dilakukan pengukuran derajat deasetilasi. Spektroskopi NMR merupakan salah
satu metode yang paling akurat untuk mengukur derajat deasetilasi. Pada penelitian ini digunakan dua sampel kitosan, kitosan non radiasi dan kitosan
yang diiradiasi dengan dosis 75 kGy. Lampiran 6 menunjukkan spektrum NMR dari kitosan hasil iradiasi dan non radiasi. Derajat deasetilasi dapat dihitung
dengan menggunakan integral dari peak proton H1 N-glukosamin, peak proton H1 N-Asetilglukosamin, dan peak dari tiga proton pada gugus asetil H-Ac.
Hasil perhitungan Derajat Deasetilasi DDA dari kitosan iradiasi dan non radiasi dapat dilihat pada tabel 1.1.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 1.1 Derajat Deasetilasi DDA Kitosan Radiasi dan Non Radiasi Dosis Radiasi
kGy Integral Proton
DDA I
H1-GlcN
I
H1-GlcNAc
0,839 0,029
96,66 75
1 0,063
94,07
dimana I
H1-GlcN
adalah integral H dari N-Glukosamin dan I
H1-GlcNAc
adalah integral H dari N-Asetilglukosamin. Derajat deasetilasi kitosan non radiasi
sebesar 96,66 dan kitosan radiasi sebesar 94,07.
4.1.2. Hasil Berat Molekul Kitosan
Berat molekul kitosan diukur menggunakan viskometer Otswald Cannon P 865. Setiap konsentrasi larutan uji diukur pada suhu 25°C. Setelah dilakukan
pengukuran diperoleh nilai pada tabel 1.2.
Tabel 1.2 Tabel Waktu Alir Rata-Rata Tiap Konsentrasi Larutan Dosis Radiasi
kGy Waktu Alir Rata-Rata detik Tiap Konsentrasi
0,1 0,2
0,3 0,4
78,99 168,86
295,65 497,69
50 51,73
70,42 94,76
126,16 100
38,44 46,18
53,92 62,12
150 37,39
43,25 50,09
57,42
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi dosis radiasi maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing larutan untuk mengalir pada
pipa kapiler dengan jarak tertentu. Hasil menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi larutan uji maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
mengalir pada pipa kapiler. Hasil yang diperoleh pada tabel diatas kemudian diukur viskositas spesifiknya. Hasil perhitungan viskositas spesifik dapat dilihat
pada tabel 1.3