Hasil Anal Hasil Penelitian 1. Hasil Derajat Deasetilasi Kitosan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terbentuknya stress oksidatif yang dapat menggangu kestabilan biomembrannya. Stress oksidatif dapat menyebabkan oksidasi lipid dan protein sehinggu memicu
kerusakan membran yang ditandai dengan terjadinya hemolisis. Besar kecilnya hemolisis yang terjadi pada membran sel darah merah yang diinduksi panas dan
larutan hipotonik dijadikan sebagai ukuran untuk mengetahui aktivitas anti inflamasi dari kitosan Kumar, 2011.
Aktivitas anti inflamasi dari kitosan dapat dilihat dari adanya penurunan absorbansi pada campuran larutan uji. Semakin kecil nilai absorbansi yang
dihasilkan maka semakin kecil hemolisis yang terjadi, sehingga semakin besar aktivitas anti inflamasi yang dimiliki oleh sampel. Pengukuran absorbansi
dilakukan pada panjang gelombang 560 nm dengan Na diklofenak sebagai kontrol positif. Na diklofenak digunakan sebagai kontrol positif karena Na diklofenak
merupakan obat anti inflamasi non steroid yang bekerja dengan cara mencegah pelepasan mediator anti inflamasi sehingga dapat menghambat sintesis
prostaglandin atau siklooksigenase Gilman et al., 1985. Selain itu Na diklofenak dipilih karena Na diklofenak merupakan OAINS yang banyak digunakan untuk
mengobati inflamasi serta mudah didapatkan. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada kitosan 0, 50, 100, dan 150 kGy pada konsentrasi 100 ppm,
kitosan 100 kGy memiliki aktivitas anti inflamasi yang lebih besar. Konsentrasi 100 ppm dipilih karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yousef et.al,.
2012 konsentrasi 100 ppm dapat menekan induksi bakteri lipopolisakarida LPS dan sitokin TNF-α yang dapat berpengaruh pada jalur patogenesis penyakit
radang usus. Hasil persentase stabilitas kitosan 0 kGy sebesar 25,05, kitosan 50
kGy sebesar 36,27, kitosan 100 kGy sebesar 55,87, dan kitosan 150 kGy sebesar 39,92. Kitosan 100 kGy mempunyai aktivitas anti inflamasi yang paling
besar, dimana hasil ini juga sebanding dengan persen stabilitas Na diklofenak yaitu sebesar 55,58. Hal ini juga ditunjang dengan analisa statistik dimana
kelompok perlakuan kitosan 100 kGy mempunyai nilai signufikansi yang lebih
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dari 0,05 dibandingkan dengan kitosan 0, 50, dan 150 kGy, namun sebanding dengan nilai signifikansi Na diklofenak sebagai kontrol positif.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Leelaprakash dan Mohan 2010, Na diklofenak pada konsentrasi 100 ppm mampu menghambat hemolisis
sel darah merah sebesar 51. Penelitian lain yang dilakukan oleh Mittal et.al ,.2013 juga menyebutkan bahwa Na diklofenak pada konsentrasi 100 ppm
mempunyai kemampuan untuk menghambat hemolisis sel darah merah sebesar 57,25.
Kitosan dapat bekerja sebagai anti inflamasi melalui mekanisme penyerapan ion-ion proton yang dilepaskan pada area yang mengalami inflamasi.
Hal ini disebabkan oleh gugus amino bebas yang dimiliki oleh kitosan dapat berprotonasi pada ion-ion proton yang dilepaskan pada area inflamasi. Akibatnya
terjadi penurunan pH dan dapat mengurangi rasa sakit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aranaz et.al,. 2009 efek anti inflamasi yang terjadi
disebabkan karena adanya penyerapan bradikinin yang merupakan salah satu mediator inflamasi yang dapat menimbulkan rasa sakit.
Mekanisme kerja lain dari kitosan sebagai anti inflamasi terjadi melalui hidrolisis asam kitosan menjadi glukosamin hidroklorida maupun bentuk sulfat,
posfat ataupun bentuk garam yang lainnya. Monosakarida tersebut merupakan unit struktural dari proteoglikan yang terkandung didalam jaringan penghubung
maupun kartilago, dimana jaringan-jaringan tersebut akan mengalami perbaikan atau beregenerasi dengan menyerap monosakarida tersebut secara langsung ketika
mengalami kerusakan atau inflamasi. Adanya gugus amino bebas pada kitosan juga menyebabkan kitosan dapat menetralkan asam lambung dan dapat mengobati
penyakit tukak lambung Xia et.al,. 2011. Beberapa mekanisme tersebut menyebutkan bahwa efek anti inflamasi
yang ditimbulkan disebabkan oleh adanya gugus amino bebas yang dimiliki oleh kitosan. Dilihat dari berat molekulnya, maka kitosan dengan berat molekul rendah
mempunyai gugus amino bebas yang lebih reaktif dibandingkan dengan kitosan berat molekul tinggi. Sehingga gugus amino bebas yang dimiliki oleh kitosan