Ijma’ Sumber dan dalil Hukum Islam

Masih banyak hadits lain yang berhubungan dengan berbagai masalah konstitusi, dimana lebih lanjut Rasulullah sendiri telah mendirikan sebuah negara Islam. Aparat negara dan berbagai organnya yang berada di bawah kepemimpinan Rasulullah saw, merupakan As-Sunnah.

3. Ijma’

Ijmak adalah kesepakatan para mujtahid disetiap masa setelah wafatnya Rasulullah, mengambil istimbath Kesimpulan terhadap hukum syar’i al-qur’an dan al-hadist. Hal ini terjadi karena al-qur’an dan hadist interpretable. Islam memberikan ruang bagi manusia untuk mempergunakan kebebasannya melakukan interpretasi. Ijma merupakan kumpulan legislasi yang mengambil sumber dari al-qur’an dan hadist. Karena ada ruang bagi kebebasan berinterpretasi maka kedudukannya merupakan dalil hukum, ia boleh disanggah, dikritik atau dirubah. Ijmak merupakan sumber hukum dan konstitusi Islam yang ketiga. Menurut kata-kata Iqbal, ijmak adalah “merupakan gagasan hukum yang paling penting dalam Islam” secara literal, makna ijmak adalah “Konsensus”. Menurut Imam Syafi’i, ada beberapa perbedaan mengenai definisi yang tepat bagi ijmak sebagai sebuah konsensus yang komplet dari ulama mengenai suatu poin hukum tertentu. Menurut beliau, haruslah terdapat sesuatu pendapat yang tunggal dalam konsensus. Sedangkan menurut Ibnu jabir dan Abu Bakar ar- Razi menganggap bahkan keputusan kesepakatan mayoritas itu adalah sebagai ijmak. Sementara menurut Ahmad Ibnu Hambal “Kami mengetahui bahwa tidak ada posisi terhadap pandangan itu,’” dalam hal ini berarti bahwa beliau menganggap keputusan konsensus itu adalah ijmak. Fazlurrahman menyatakan “Sesungguhnyalah, praktek-praktek yang bersesuain dan para sahabat juga dinamakan ijma’ para sahabat, dan istilah ijma’ bermula pada mereka juga. Tetapi tidak ada lagi generasi baru an sich yang dianggap mampu menghasilkan sunnah yang baru, namun titik hubungan antara para sahabat dan generasi selanjutnya, yakni generasi Tabi’in, menghasilkan timbunan materi yang aktual, dengan cara dedukasi langsung dan penerapan oleh pemikir-pemikir perseorangan, yang terkena aplikasi istilah Sunnah dan Ijma’. Pada sisi lain, terdapat beberapa aturan tertentu yang disetujui oleh para ulama dari daerah tertentu, tetapi mereka tidak melaksanakan kekuatan konsensus masyarakat yang dikenal dengan ijmak para ulama. Ijmak ulama pada masa-masa awal keberadaan Islam merupakan sebuah mekanisme untuk membuat suatu bentuk integrasi ijtihad yang berlainan dari para ahli hukum. Keputusan Khulafa ar-Rasyidin mengenai berbagai permasalahan konstitusi yang diambil melalui konsensus para sahabat bersifat mengikat bagi kaum muslim untuk segala zaman. Hal ini dikenal secara teknis dengan ijmak para sahabat. Dalam perkembangannya ijmak berperan penting dalam penetapan- penetapan hukum sosial kemasyarakatan, ketatanegaraan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak sekali persoalan-persoalan sosial budaya yang menuntut ijtihad para ulama untuk memberikan hukum atas soal-soal tersebut. Maka ijmak menjadi alternatif bagi soal-soal yang belum dikemukakan. Fazlurrahman menyebutnya sebagai bagaian yang tak terpisahkan dari fiqih moderen. Kedudukannya dalam konstitusi Islam berada dibawah al-qur’an dan hadist.

4. Qiyas Analogi