50
Untuk mencari nilai a dan b dengan rumus: b = ∑XY∑X
2
Syarat : ∑X1 = 0 Dimana :
Y = Data berkala jumlah impor sapi di Jawa Timur dan Indonesiatahun
N = Jumlah periode waktu
X = Waktu tahun
a dan b = Bilangan konstan Tahun kode X memiliki nilai-nilai yang berbeda untuk jumlah tahun
ganjil dan tahun genap sebagai berikut: a
Untuk jumlah tahun ganjil n ganjil, nilai-nilai X-nya : . . . . , - 3, - 2, -1, 0 , +1, +2, +3, . , . , .
b Untuk jumlah tahun genap n genap, nilai-nilai X-nya : . . . . , - 5, - 3, -1, +1,
+3, +5, . , . , . Kriteria pengambilan keputusan:
- Jika nilai koefisien regresinya memiliki tanda positif maka garis trend
menunjukkan gejala kenaikan, maka trend yang dimiliki menunjukkan rata- rata penambahan trend positif, maka tingkat jumlah impor sapi di Jawa
Timur dan Indonesia semakin tinggi di tahun yang akan datang. -
Jika koefisien regresinya mwmiliki tanda negatif maka garis trend menunjukkan gejala semakin berkurang, maka trend yang dimiliki
menunjukkan rata-rata penurunan trend negatif, maka tingkat jumlah impor sapi di Jawa Timur dan Indonesia semakin menurun di tahun yang akan
datang.
3.6 Definisi Operasional
Guna memperjelas istilah-istilah dalam tulisan ini disampaikan definisi operasional dari setiap istilah yang dianggap perlu dijelaskan sebagai berikut:
51
1. Swasembada adalah suatu usaha pencapaian untuk meningkatkan
ketersediaan pangan suatu lingkup wilayah tertentu dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di dalam wilayah tersebut.
2. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi
rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
3. Swasembada Daging Sapi adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan akan
daging sapi dengan memanfaatkan sumberdaya lokal atau pemenuhan kebutuhan daging suatu suatu wilayah dengan mengandalkan produksi
wilayah tersebut. 4.
Program Swasembada Daging Sapi 2014 di Indonesia adalah salah satu
program prioritas Pemerintah dalam lima tahun ke depan untuk mewujudkan ketahanan pangan asal ternak berbasis sumberdaya lokal.
5. Peternakan besar adalah usaha peternakan yang dilakukan secara komersial
dengan skala yang besar lebih dari 7 ekor. 6.
Peternakan rakyat adalah usaha peternakan yang dijalankan oleh rakyat dengan skala pemeliharaan ternak dibawah 4 ekor.
7. Indeks distribusi daging dari wilayah produsen kepada wilayah konsumen
adalah perbandingan antara kelebihan jumlah produksi daerah produsen dengan kekurangan produksi di wilayah konsumen.
8. Indeks sapi siap potong adalah perbandingan antara jumlah populasi sapi
yang memiliki kriteria untuk dipotong berdasarkan umur telah siap untuk dipotong dengan populasi sapi secara keseluruhan pada wilayah tertentu.
Suatu wilayah dapat dikatakan berswasembada Daging Sapi apabila memiliki indeks sapi siap potong sebesar 0,62 standar berdasarkan informasi dari
Prof. Dr. Ir. Tjeppy Daradjatun Soejana, M.Sc., selaku mantan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.
9. Indeks sapi yang dipotong adalah perbandingan antara jumlah sapi yang
dipotong dengan populasi sapi secara keseluruhan pada wilayah tertentu. Suatu wilayah dapat dikatakan berswasembada Daging Sapi apabila indeks
sapi yang dipotong sebesar 0,31 standar berdasarkan informasi dari Prof. Dr.
52
Ir. Tjeppy Daradjatun Soejana, M.Sc., selaku mantan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.
10. Peternakan landbase adalah pola pemeliharaan ternak dengan cara
menggembalakan ternak di padang rumput yang luas. 11.
Peternakan non landbase adalah pola pemeliharaan ternak dengan cara mengkandangkan ternak yang dimiliki.
12. Kriteria sapi siap potong adalah ciri atau karakteristik sapi yang menandakan
bahwa seekor sapi sudah memenuhi syarat fisik atau telah layak untuk dilakukan pemotongan.
13. Surplus daging sapi adalah kelebihan produksi daging sapi atau jumlah
produksi melebihi jumlah konsumsi daging sapi. 14.
Defisit daging sapi adalah kekurangan produksi daging sapi atau jumlah konsumsi daging sapi lebih besar dari produksi daging sapi.
15. Daerah produsen merupakan wilayah atau kabupaten yang memiliki
kelebihan produksi daging sapi. 16.
Daerah konsumen adalah wilayah atau kabupaten yang tidak dapat memenuhi kebutuhan daging sapi di wilayahnya.
17. Stok aktif sapi potong adalah jumlah sapi yang menjadi stok produksi atau
jumlah sapi yang sudah siap untuk dilakukan pemotongan. 18.
Sistem Gaduh adalah sistem bagi hasil dalam bidang peternakan antara pemilik sapi dengan pemelihara yang dilakukan melalui perjanjian
sebelumnya. 19.
Kuota impor sapi merupakan kebijakan pembatasan jumlah sapi yang diimpor yang ditetapkan oleh pemerintah.
20. Impor sapi dan daging sapi adalah suatu kegiatan mendatangkan sapi bakalan
maupun turunnanya yang berasal dari luar negeri ke dalam negeri melalui prosedur impor yang telah ditetapkan.
53
BAB 4. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN