Sistem Pengelolaan Pajak Penerangan Jalan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan

(1)

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

SISTEM PENGELOLAAN PAJAK PENERANGAN JALAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN

O L E H

Nama : Andry P J Bangun Nim : 072600089

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

ABSTRAK

SISTEM PENGELOLAAN PAJAK PENERANGAN JALAN PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN

Nama : Andry P J Bangun

Nim : 072600089

Departemen : D III Administrasi Perpajakan Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen pembimbing : Dra. Nurlela Ketaren, M.SP Ruang lingkup penelitian ini antara lain :

A. Bagaimana Sistem Pengelolaan Pajak Penerangan Jalan di DISPENDA B. Apakah Faktor-faktor Penghambat Pengelolaan Pajak Penerangan Jalan

C. Bagaimana Upaya-upaya dalam Peningkatan Pengelolaan Pajak Penerangan Jalan

D. Bagaimana Kontribusi Pajak Penerangan Jalan Bagi Pendapatan Daerah

Metode pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara terhadap pegawai yang ada di kantor dinas pendapatan daerah kota medan dan mengumpulkan dokumen-dokumen atau data-data yang berhubungan dengan sistem pengelolaan pajak penerangan jalan pada dinas pendapatan kota medan.

Juga di lakukan metode observasi dalam proses penelitian ini, dengan melihat langsung keadaan di lapangan.

Serta metode yang terakhir yang di lakukan, yaitu metode dokumentasi, yang di lakukan dengan cara meminta dokumen atau data-data pendukung yang berhubungan dengan bahan yang menjadi penelitian.

Pembahasan dari ruang lingkup diatas adalah sebagai berikut :

A. Bagaimana Sistem Pengelolaan Pajak Penerangan Jalan di DISPENDApemungutan pajak yang merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang di perlukan untuk pembiayaan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah, tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak sebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat wajib pajak sendiri, pemerintah daerah dalam hal ini merupakan aparatur perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang telah di gariskan oleh peraturan perundang-udangan perpajakan.

B. Apakah Faktor-faktor Penghambat Pengelolaan Pajak Penerangan JalanFaktor-faktor penghambat pajak penerangan jalan adalah adanya tunggakan pembayaran rekening listrik oleh konsumen, lalu adanya jumlah kosumen penerangan jalan


(3)

yang belum jelas, serta masalah pendataan yang belum maksimal. Dari pihak pemerintah, masi adanya keterlambatan pemasangan lampu penerangan jalan umum, yang kemudian banyaknya terjadi pemasangan listrik-listrik liar terhadap lampu penerangan jalan umum.

C. Bagaimana Upaya-upaya dalam Peningkatan Pengelolaan Pajak Penerangan JalanUpaya-upaya dalam peningkatan pajak penerangan jalan, harus adanya langkah-langkah dari pemerintah maupun PLN, yaitu dengan cara pihak PLN memberikan TUL (tata usaha langganan), PLN juga harus meningkatkan pelayanan terhadap konsumen, serta PLN juga harus menggalakan operasi penertiban listrik-listrik liar, lalu peran pemerintah sendiri adalah menetapkan TDL (tarif dasar listrik) sesuai keputusan Presiden, serta pemasangan Kwh meter oleh pihak PLN disetiap tempat kediaman konsumen.

D. Apakah Kontribusi Pajak Penerangan Jalan Bagi Pendapatan Daerah Kota MedanKontribusi pajak penerangan jalan bagi pendapatan daerah, yang merupakan sumber pendapatan daerah yang paling tinggi guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat.


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PKLM INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN OLEH :

Nama : Andry P J Bangun

Nim : 072600089

Program. Studi : Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul : “ SISTEM PENGELOLAAN PAJAK PENERANGAN

JALAN PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN”

Ketua Prodip III Dosen Pembimbing Supervisior Lapangan

Administrasi Perpajakan

(Drs.H.M. Husni Thamrin) (Dra Nurlela Ketaren,M.SP

NIP : 196401081991021001 NIP :195405021982032002 NIP :

) ( )

Diketahui Dekan FISIP USU


(5)

(

NIP : 196207031987111001 Prof. DR. M. Arif Nasution, MA)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI INI DIPRESENTASIKAN DIDEPAN PANITIA PENGUJI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN

PADA HARI :

TANGGAL :

PUKUL :

TIM MAJELIS PENGUJI

KETUA :


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat kasih karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Adapun judul laporan yang saya ambil adalah “SISTEM PENGELOLAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN”

Laporan PKLM ini merupakan salah satu syarat untuk menamatkan studi pada Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU). Penulis menyadari sepenuhnya laporan ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, baik isi, cara pengetikan maupun bahasanya yang disebabkan keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak demi penyempurnaan laporan ini.

Dalam penyelesaian laporan ini penulis mangalami berbagai kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan laporan ini sebagaimana mestinya.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :


(7)

1. Bapak kepada Ayahanda Drs.Aksi Bangun yang telah banyak berkorban memberikan doa, dorongan dan bantuan secara moril maupun materil.

2. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. M. Husni Thamrin, Msi selaku Ketua Jurusan Administrrasi perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 4. Ibu Dra. Nurlela Ketaren, M.SP selaku pembimbing saya yang telah

memberikan pengarahan dan masukan pada saat penulisan laporan PKLM ini. 5. Bapak dan Ibu staf pengajar serta seluruh pegawai dan pihak jurusan yang telah

memberikan bantuan kepada penulis dalam memperoleh data dan penjelasan yang diperlukan dalam penulisan laporan ini.

6. Bapak Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan yang telah memberikan izin, kesempatan bagi penulis dalam melaksanakan riset.

7. Terima kasih kepada Pak Jekson Pangaribuan selaku kepala seksi bagian pelayanan yang telah mambantu saya dalam mandapatkan data yang saya perlukan.

8. Seluruh staf dan pegawai di Seksi Pelayanan dan Waskon IV di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

9. Senior-senior saya yang telah membantu saya dalam perkuliahan dan masukan dalam PKLM ini.


(8)

10. Teman-teman saya TAX 07 semuanya, sahabat saya Riant F Simamora, Mhd.Fahmi Lubis, Mhd.Rivai Siregar, Andriansyah Ritonga, Antoni Napitupulu, Reza Phalevi Ginting, Bargin R Barus,, Jairun Damanik, Agung, Joel, Fadly, Anak-anak C2, Terkhusus buat kawan-kawan saya kelas B TAX 07 dan lain-lain.

Penulis berharap kiranya laporan PKLM ini dapat bermanfaat dalam memperkaya wawasan ilmu pengetahuan, akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa menyertai langkah kita semua. Amin…..!

Medan, 22 Juni 2010 Penulis

072600089 Andry P J Bangun


(9)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang PKLM

B. Tujuan dan Manfaat PKLM

C. Ruang Lingkup PKLM

D. Metode PKLM

E. Metode Pengumpulan Data

F. Sistematika Penulisan Laporan PKLM

BAB II STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan B. Struktur Organisasi Dispenda Kota Medan

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi DISPENDA Kota Medan D. Tata Kerja

E. Gambaran Umum Pegawai di DISPENDA Kota Medan BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENERANGAN JALAN

A. Pengertian Pajak

B. Ketentuan Peraturan Perundang-undangan tentang Pajak Penerangan Jalan

C. Objek dan Subjek Pajak Penerangan Jalan D. Tata Cara Perhitungan Pajak Penerangan Jalan


(10)

E. Pendaftaran dan Penilaian Pajak Penerangan Jalan I. Pendaftaran

II. Penilaian

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

A. Sistem Pengelolaan Pajak Penerangan Jalan di DISPENDA B. Faktor-faktor Penghambat Pajak Penerangan Jalan

C. Upaya-upaya peningkatan Pajak Penerangan Jalan

D. Manfaat Pajak Penerangan Jalan Bagi Pendapatan Daerah

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan B. Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

ABSTRAK

SISTEM PENGELOLAAN PAJAK PENERANGAN JALAN PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN

Nama : Andry P J Bangun

Nim : 072600089

Departemen : D III Administrasi Perpajakan Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen pembimbing : Dra. Nurlela Ketaren, M.SP Ruang lingkup penelitian ini antara lain :

A. Bagaimana Sistem Pengelolaan Pajak Penerangan Jalan di DISPENDA B. Apakah Faktor-faktor Penghambat Pengelolaan Pajak Penerangan Jalan

C. Bagaimana Upaya-upaya dalam Peningkatan Pengelolaan Pajak Penerangan Jalan

D. Bagaimana Kontribusi Pajak Penerangan Jalan Bagi Pendapatan Daerah

Metode pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara terhadap pegawai yang ada di kantor dinas pendapatan daerah kota medan dan mengumpulkan dokumen-dokumen atau data-data yang berhubungan dengan sistem pengelolaan pajak penerangan jalan pada dinas pendapatan kota medan.

Juga di lakukan metode observasi dalam proses penelitian ini, dengan melihat langsung keadaan di lapangan.

Serta metode yang terakhir yang di lakukan, yaitu metode dokumentasi, yang di lakukan dengan cara meminta dokumen atau data-data pendukung yang berhubungan dengan bahan yang menjadi penelitian.

Pembahasan dari ruang lingkup diatas adalah sebagai berikut :

A. Bagaimana Sistem Pengelolaan Pajak Penerangan Jalan di DISPENDApemungutan pajak yang merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang di perlukan untuk pembiayaan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah, tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak sebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat wajib pajak sendiri, pemerintah daerah dalam hal ini merupakan aparatur perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang telah di gariskan oleh peraturan perundang-udangan perpajakan.

B. Apakah Faktor-faktor Penghambat Pengelolaan Pajak Penerangan JalanFaktor-faktor penghambat pajak penerangan jalan adalah adanya tunggakan pembayaran rekening listrik oleh konsumen, lalu adanya jumlah kosumen penerangan jalan


(12)

yang belum jelas, serta masalah pendataan yang belum maksimal. Dari pihak pemerintah, masi adanya keterlambatan pemasangan lampu penerangan jalan umum, yang kemudian banyaknya terjadi pemasangan listrik-listrik liar terhadap lampu penerangan jalan umum.

C. Bagaimana Upaya-upaya dalam Peningkatan Pengelolaan Pajak Penerangan JalanUpaya-upaya dalam peningkatan pajak penerangan jalan, harus adanya langkah-langkah dari pemerintah maupun PLN, yaitu dengan cara pihak PLN memberikan TUL (tata usaha langganan), PLN juga harus meningkatkan pelayanan terhadap konsumen, serta PLN juga harus menggalakan operasi penertiban listrik-listrik liar, lalu peran pemerintah sendiri adalah menetapkan TDL (tarif dasar listrik) sesuai keputusan Presiden, serta pemasangan Kwh meter oleh pihak PLN disetiap tempat kediaman konsumen.

D. Apakah Kontribusi Pajak Penerangan Jalan Bagi Pendapatan Daerah Kota MedanKontribusi pajak penerangan jalan bagi pendapatan daerah, yang merupakan sumber pendapatan daerah yang paling tinggi guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern, Perguruan tinggi dituntut untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan setiap unsur-unsurnya termasuk mahasiswa sebagai elemen penting masa depan agar menjadi pribadi yang mendiri, kreatif, dan solutif dalam menyikapi perkembangan yang terjadi dalam era globalisasi dewasa ini. Ketatnya persaingan kerja dewasa ini menyebabkan banyaknya calon tenaga kerja yang tidak memiliki keahlian hidup tanpa pekerjaan yang jelas. Ketertinggalan ini dalam bidang pengetahuan dan keterampilan menjadi faktor utama penyebab tingginya tingkat penganguran.

Ilmu pengetahuan akan tetap bersifat teoritis dan tidak akan berkembang jika tidak bersamaan dengan praktik di lapangan kerja. Dunia pendidikan mencari solusi agar ilmu pengetahuan yang bersifat teoritis dapat di terapkan didunia kerja sesungguhnya. Untuk itu, Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU) mengadakan kegiatan intrakurikuler Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

Disamping itu, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, salah satunya adalah perkembangan ilmu politik di Indonesia yang begitu cepat, khusunya di bidang Pemerintahan Daerah telah melahirkan perubahan yang mendasar pada sistem Pemerintahan Daerah. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang


(14)

berlangsung terus menerus dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik material maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan khususnya dalam sektor perpajakan. Hal ini dikarenakan pajak merupakan salah satu sektor terbesar bagi penerimaan Kas Negara.

Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah memiliki sumber pendapatan asli daerah, berasal dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Sedangkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 juga menjelaskan tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pendapatan asli daerah, yang antara lain berupa pajak daerah dan retribusi daerah, diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelegaraan pemerintah daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, daerah mampu melaksanakan otonomi daerah yaitu hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

Pajak Daerah dan Pajak Pusat merupakan suatu sistem perpajakan Indonesia, yang pada dasarnya merupakan beban masyarakat sehingga perlu dijaga agar kebijakan tersebut dapat memberikan beban yang adil. Sejalan dengan sistem Perpajakan Nasional. Pembinaan pajak daerah dilakaukan secara terpadu dengan pajak nasional. Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus, terutama mengenai


(15)

objek dan tarif pajak, sehingga antara pajak pusat dan pajak daerah bisa saling melengkapi.

Berdasarkan uraian tersebut jelas diketahui salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) berasal dari pajak daerah. Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan guna pembiayaan pengeluaran daerah sebagai badan hukum yang diatur Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dimana pajak daerah terbagi menjadi dua jenis, yaitu Pajak Propinsi dan Pajak Kabupaten/Kota. Pajak Kabupaten dan Kota itu terdiri dari : Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, dan Pajak Parkir.

Pajak Penerangan Jalan (PPJ) merupakan salah satu penerimaan daerah yang memberikan kontribusi bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), sehingga diharapkan pajak penerangan jalan tersebut dapat dijadikan sebagai alternatif pendanaan pemerintah untuk mendukung peningkatan potensi daerah. Ini sangat potensial dalam meningkatkan penerimaan daerah, maka dalam menyelengarakan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) tersebut, Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan harus mengawasi proses pelaksanaan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah dan Peraturan Daerah yang telah ditetapkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah Kota Medan. Dalam pelaksanaan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) tersebut Pemerintah Daerah tentunya mendapat permasalahan-permasalahan. Oleh karena itu, petugas


(16)

yang berwenang dalam pelaksanaan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) ini harus meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang timbul.

Dengan demikian atas dasar uraian diatas maka pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), yang merupakan intrakurikuler yang dilakukan mahasiswa secara mandiri dimaksudkan untuk memberikan pengalaman praktis dan berhubungan secara langsung dengan teori keahlian tentang Administrasi Perpajakan sebagai laporan tugas akhir. Maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Sistem Pengelolaan Pajak Penerangan Jalan Pada Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan”.

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1) Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

a. Untuk mengetahui mekanisme pengelolaan dan peranan pajak penerangan jalan pada Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan.

b. Untuk mengetahui data tentang penerimaan Pajak Penerangan Jalan.

c. Untuk mengetahui masalah maupun kendala yang dihadapi dalam mekanisme pemungutan pajak penerangan jalan.

d. Untuk mengetahui upaya - upaya yang ditempuh dalam meningkatkan penerimaan pajak penerangan jalan.

e. Untuk mengetahui tata cara pengenaan pajak atas penerangan jalan.


(17)

Bagi Mahasiswa

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan.

b. Agar dapat menerapkan teori-teori yang didapat selama perkuliahan khususnya teori tentang administrasi perpajakan.

c. Agar dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa. Dalam melaksanakan kegiatan PKLM mahasiswa dapat menuangkan keterampilan dan mengaplikasikan dengan baik dalam melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pengetahuan dan teknologi dalam menghadapi masalah yang timbul.

d. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari ke dalam permasalahan yang timbul selama PKLM.

e. Dengan melaksanakan PKLM ini dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mempersiapkan dirinya untuk menjadi mahasiswa yang siap memasuki dunia kerja yang semakin sulit, karena telah dibekali keterampilan, pengalaman-pengalaman dunia kerja dalam melaksanakan PKLM tersebut. Bagi Dispenda Kota Medan

b) Sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan antara Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan sehingga instansi tersebut dapat mengetahui mana tingkat perkembangan ilmu pengetahuan di lembaga pendidikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.


(18)

c) Untuk membantu dalam mensosialisasikan pelaksanaan peningkatan penerimaan pajak penerangan jalan.

d) Hasil dari proposal ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan pemikiran kepada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

e) Untuk menambah Ide dan gagasan untuk perbaikan sistem kerja yang ada di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

Bagi Universitas Sumatera Utara

a. Untuk meningkatkan kerja sama antara Universitas Sumatera Utara khususnya Program studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dengan Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

b. Agar memperkenalkan sumber daya Universitas Sumatera Utara Khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

c. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dengan instansi yang bersangkutan khususnya Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Di dalam PKLM penulis membatasi ruang lingkup kegiatan yang akan dilakukan dalam upaya peningkatan penerimaan Pajak Penerangan Jalan antara lain :

a. Mengetahui Sistem Pengelolaan Pajak Penerangan Jalan di DISPENDA. b. Mengetahui Faktor-faktor Penghambat Pajak Penerangan Jalan.


(19)

d. Mengetahui Kontribusi Pajak Penerangan Jalan Bagi Pendapatan Daerah. D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi sesuai dengan metode yang digunakan, maka tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini, penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut PKLM ini, mulai dari pengajuan judul, pengesahan judul, mencari bahan untuk membuat proposal, serta konsultasi dengan dosen.

2. Studi Literatur

Yaitu mengumpulkan buku- buku yang diperlukan, Undang – Undang di bidang Perpajakan, dan bahan – bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan laporan ini.

3. Observasi Lapangan

Dalam tahap ini penulis melakukan peninjauan/pengamatan secara langsung pada objek praktik kerja lapangan dan meninjau secara langsung kondisi tempat pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui sistem kerja yang berlaku pada Dinas Daerah Kota Medan.

4. Pengumpulan Data

Pada tahap ini penulis mengumpulkan data melalui dua cara yaitu data primer dan sekunder, dimana Data Primer adalah data yang diperoleh dengan mengajukan pertanyaan kepada pegawai yang berkerja di instansi/lembaga


(20)

yang berhubungan langsung dengan masalah yang di bahas, sedangkan Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari buku,undang-undang,referensi ilmiah, yang bertujuan untuk pengumpulan data yang berhubungan dengan penyusunan laporan PKLM.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data atau keterangan mengenai upaya peningkatan penerimaan Pajak Penerangan Jalan.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Daftar pertanyaan

Dalam hal ini penulis mengajukan pertanyaan langsung kepada para pegawai yang berhubungan dengan masalah yang dibahas atau bertanya langsung kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan data primer dan data yang diperlukan mengenai pajak penerangan jalan.

2. Daftar Observasi

Dalam metode ini penulis langsung turun kelapangan peninjauan, mendengar serta mencatat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas, meneliti penerimaan pajak penerangan jalan.


(21)

Studi dokumentasi dengan mempelajari buku dan/atau literatur, hasil-hasil penelitian, meminta dokumen atau data-data pendukung yang berhubungan dengan PKLM.

F. Sistematika Penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam pembahasan penulisan laporan ini penulis menyajikan pembahasan laporan ini kedalam 5 bab. Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan secara singkat latar belakang yang menjadi pemikiran dalam pemilihan judul. Bab ini berisikan latar belakang PKLM, tujuan, manfaat PKLM, ruang lingkup PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai lokasi PKLM, sruktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi, serta gambaran mengenai pegawai Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

BAB III : GAMBARAN DATA PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN


(22)

Dalam bab ini penulis menjelaskan data yang berkaitan dengan peningkatan penerimaan pajak hotel yang ada di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai peningkatan penerimaan pajak hotel di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran. Dimana dalam bab ini disimpulkan uraian-uraian dari bab-bab sebelumnya dan saran yang mungkin dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang ada.Bab ini merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya yang berisi kesimpulan dan saran yang kiranya dapat mengingkat pelayanan kepada wajib pajak khususnya Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.


(23)

BAB II

STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Pada mulanya DISPENDA Kota Medan adalah suatu suatu sub bagian pada bagian keuangan yang mengelola bidang penerimaan dan pendapatan daerah. Pada sub bagian ini tidak terdapat lagi sub seksi, kerena pada saat itu wajib pajak atau wajib retribusi yang berdomisili di daerah Kota Medan belum begitu banyak.

Mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk di kota medan melalui peraturan daerah sub bagian keuangan tersebut dirubah menjadi bagian pendapatan. Pada bagian pendapatan dibentuklah beberapa seksi yang mengelola penerimaan pajak dan retribusi yang merupakan kewajiban para wajib pajak atau wajib retribusi dalam daerah kota Medan yang terdiri dari 21 Kecamatan, diantaranya Kecamatan Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Tembung, Medan Kota, Medan Area, Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Selayang, Medan Sunggal, dan lainnya.

Sehubungan dengan instruksi Menteri Dalam Negeri KPUD No.7/12/41-10 tentang penyeragaman struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah diseluruh Indonesia, maka Pemerintah Daerah Kota Medan berdasarkan PERDA no.12 Tahun 1978 menyesuaikan atau membentuk struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang baru. Didalam struktur organisasi yang baru ini dibentuklah seksi-seksi


(24)

administrasi Dinas Pendapatan Daerah serta bagian tata usaha yang membawahi 3 (tiga) Kepala sub bagian yang merupakan sub sektor perpajakan, retribusi daerah, dan pendapatan daerah lainnya yang merupakan kontribusi yang cukup penting bagi pemerintahan daerah dalam mendukung serta memelihara hasil-hasil pembangunan dari peningkatan pendapatan daerah.

Meningkatnya pendapatan daerah hendaknya tidak harus ditempuh dengan cara kebijaksanaan menaikan tarif saja, tetapi yang lebih penting dengan memperbaiki atau meyempurnakan administrasi, sistem dan prosedur serta oraganisasi dari Dinas Pendaptan Daerah Kota yang ada sekarang. Namun pada kondisi saat ini, dirasakan tuntutan untuk perlunya meninjau kembali dan penyempurnaan manual Pendapatan Daerah (MAPATDA). Seiring dengan tuntutan gerak pembangunan yang sedang berjalan terutama dari pola pendekatan yang selama ini dilakukan secara sektoral perlu dirubah secara fungsional dan disesuaikan dengan kebijaksanaan pemerintah yang paling akhir dibidang perpajakan, maka penyempurnaan telah dilaksanakan secara bersungguh-sungguh sehingga berhasil disusun Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA).

Adapun penyempurnaan dimaksud dituangkan dalam :

1. Keptusan Menteri Dalam Negeri No.973-442 Tahun 1988 pada tanggal 26 Mei 1988, tentang sistem prosedur perpajakan, retribusi daerah, dan pendapatan daerah lainnya serta pemungutan pajak bumi dan bangunan.


(25)

2. Instruksi Menteri Dalam Negeri No.10 tanggal 26 Mei 1988, tentang pelaksanaan keputusan Menteri Dalam Negeri No.973-442 Tahun 1988.

3. Surat Menteri Dalam Negeri No.23 Tahun 1989 tanggal 26 Mei 1988, tentang organisasi dan tata kerja DInas Pendapatan Daerah.

Pendapatan Daerah Kota Medan atau Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) yang dilaksanakan bertahap dan penyempurnaannya sebagai tahap awal untuk Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan secara efektif. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 061/1861/PUOD, tanggal 2 Mei 1988, instruktur Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara No.188.342/790/SK/1991, tentang pelaksanaan PERDA No.16 Tahun 1991 tentang susunan organisasi dan tata kerja Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan teridiri dari : A. Kepala Dinas

B. Bagian Tata Usaha terdiri dari : 1. Sub bagian keuangan 2. Sub bagian kepegawaian 3. Sub bagian perlengkapan 4. Sub bagian umum

C. Sub Dinas Program terdiri dari : 1. Seksi Penyusunan Program


(26)

2. Seksi Pemantauan dan Pengendalian 3. Seksi Pengembangan Pendapatan 4. Seksi Evaluasi dan Pelaporan

D. Sub Dinas Pendataan Dan Penetapan terdiri dari : 1. Seksi Pendapatan dan Pendaftaran

2. Seksi Pengelolaan Data dan Informasi 3. Seksi Penetapan

4. Seksi Pemeriksaan

E. Sub Dinas Penagihan terdiri dari : 1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi 2. Seksi Penaaihan dan Perhitungan 3. Seksi Retribusi dan Pemindah Bukuan 4. Seksi Pertimbangan dan Keberatan

F. Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan lain-lain terdiri dari :

1. Seksi Penata Usaha Penerimaan Retribusi dan Pendapatan lain-lain 2. Seksi Penerimaan lain-lain

3. Seksi Penerimaan BUMD dan Pendapatan lain-lain 4. Seksi Legalisasi Pembukuan Surat-surat Berharga G. Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari :

1. Seksi Penata Usaha Bagi Hasil Pendapatan Pajak dan Non Pajak 2. Seksi Bagi Hasil Pajak


(27)

3. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak

4. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan H. Kelompok Jabatan Fungsional

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Sesuai dengan keputusan Walikota Medan No.25 Tahun 2002 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :

a. Daerah adalah Kota Medan.

b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintahan Kota Medan. c. Kepala Daerah adalah Walikota Medan.

d. Wakil Kepala Daerah adalah Wakil Walikota Medan.

e. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Kota Medan.

f. Perangkat Daerah adalah organisasi/lembaga pada Pemerintahan Daerah yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dan membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintah yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah dan Lembaga Tekhnis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan sesuai dengan kebutuhan daerah.

g. Sekretariat Daerah adalah unsur staf Pemerintah Daerah Kota Medan. h. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Medan.


(28)

i. Dinas Daerah adalah Dinas Daerah Kota Medan sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan.

j. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Kota Medan. k. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan.

l. Kelompok Jabatan Fungsional adalah pemegang jabatan fungsional yang mempunyai tugas khusus sesuai dengan bidang keahliannya dan jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.

Dinas Pendapatan adalah unsure pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pemungutan pajak, retribusi dan pendapatan daerah lainnya yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas melalui Sekretariat Daerah.

Dinas Pendapatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang pendapatan daerah dan melaksanakan tugas pembantuan dengan bidang tugasnya.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dinas Pendapatan mempunyai fungsi : 1. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan tekhnis dibidang pendapatan

daerah.

2. Melakukan pembukuan dan pelaporan atas pekerjaan penagihan pajak daerah, retribusi daerah dan penerimaan asli daerah lainnya, serta penagihan PBB. 3. Melaksanakan koordinasi dibidang pendapatan daerah dengan unit dan


(29)

4. Melakukan penyuluhan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya serta PBB.

5. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya. 6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

D. Tata Kerja

1. Bagian Tata Usaha

Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang kepala bagian tata usaha yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok dinas dibidang ketatausahaan yang meliputi : pengelolaan administrasi keuangan, kepegawaian, perlengkapan, kerumahtanggaan dan unsur umum lainnya.

Untuk melaksanakan tugas, bagian Tata Usaha mempunyai tugas dan fungsi : 1. Menyusun rencana kegiatan kerja.

2. Melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat dan urusan umum lainnya. 3. Mengelola urusan keuangan dan perbendaharaan serta rencana penyusunan

laporan keuangan.

4. Mengelola urusan administrasi kepegawaian dan mengelola urusan perlengkapan kerumahtanggaan dan pengadaan barang dinas.

5. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.


(30)

Bagian Tata Usaha terdiri dari : a. Sub Bagian Keuangan

b. Sub Bagian Kepegawaian c. Sub Bagian Perlengkapan d. Sub Bagian Umum

Setiap sub bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha.

a. Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas mengelola keuangan dan pembendaharaan serta menyusun laporan keuangan : APBD, PAPBD, mengusulkan DUK teriwulan I s/d IV.

b. Sub Bagian Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengelolaan kegiatan administrasi dibidang kepegawaian : urusan pension, kenaikan pangkat, gaji berkala, pengurusan cuti, pendataan jumlah PNS, pembinaan PNS, pembuatan DUK, DP-3.

c. Sub Bagian perlengkapan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang perlengkapan, rumah tangga dan pengadaan dan pemeliharaan barang. Membuat daftar pembagian barang-barang untuk setiap seksi. d. Sub Bagian umum mempunyai tugas mengelola tata usaha dan surat


(31)

2. Sub Dinas Program

Sub Dinas Program dipimpin oleh seorang Kepala Sub Dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sub Dinas Program.

Sub Dinas Program mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang penyusunan program.

Untuk melaksanakan tugas Sub Dinas Program mempunyai fungsi : 1. Menyusun rencana kegiatan kerja.

2. Mengumpulkan bahan dan dana untuk menyusun program kegiatan dan perencanaan pendapatan daerah.

3. Menyusun kebijaksanaan teknis serta program kerja jangka pendek, menengah, dan panjang.

4. Menyusun penerimaan pendapatan daerah, merencanakan sistem dan prosedur kerja dan menyusun rencana serta mengkaji pengembangan potensi pendapatan daerah.

5. Melaksanakan pembinaan teknis dibidang pendapatan terhadap semua unit yang melaksanakan pemungutan pendapatan daerah.

6. Mengkaji data statistik target dan realisasi pendapatan daerah serta mengidentifikasi permasalahan pendapatan daerah dan melaksanakan penyuluhan dibidang pendapatan daerah.


(32)

7. Melaksanakan tukar informasi tentang target/ realisasi penerimaan daerah dengan daerah lainnya.

8. Mempersiapkan rancangan peraturan daerah, keputusan daerah tentang pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

9. Mengevaluasi dna monitoring terhadap pelaksanaan teknis operasional pengelolaan pendapatan daerah serta menyusun laporan realisasi pendapatan daerah.

10. Melaksanakan tugas- tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

Sub Dinas Program terdiri dari : a. Seksi Penyusunan Program. b. Seksi Pemantauan Pengendalian. c. Seksi Pengembangan Pendapatan. d. Seksi Evaluasi dan Pelaporan.

Setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Dinas Program.

a. Seksi Penyusunan Program mempunyai tigas merencanakan penerimaan pendapatan daerah, sistem dan prosedur kerja serta penyusunan kebijaksanaan teknis dan program kerja jangka pendek, menengah dan panjang.


(33)

b. Seksi Pemantauan Pengendalian mempunyai tugas melaksanakan pembinaan teknis dibidang pendapatan terhadap semua unit yang melaksanakan pemungutan pendapatan daerah dan melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian terhadap tugas dan dilaksanakan dibidang pendapatan serta melaksanakan penyuluhan dibidang pendapatan daerah.

c. Seksi Pengembangan Pendapatan mempunyai tugas menyusun rencana serta mengkaji untuk pengembangan pendapatan daerah dan mempersiapkan rancangan peraturan daerah, keputusan kepala daerah tentang pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

d. Seksi Evaluasi dan pelaporan mempunyai tugas mengevaluasi dan memonitori pelaksanaan teknis operasional pengelolaan pendapatan daerah, menyajikan data statistik target dan realisasi pendapatan daerah, mengindentifikasi permasalahan pendapatan daerah dan menyusun laporan realisasi pendapatan daerah.

3. Sub Dinas Pendapatan dan Penetapan

Sub Dinas Pendapatan dan Penetapan dipimpin oleh seorang kepala Sub Dinas yang didalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Sub Dinas Pendapatan dan Penetapan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas dibidang pendapatan dan penetapan.


(34)

Dalam melaksanakan tugas, Sub Dinas Pendapatan dan Penetapan mempunyai fungsi :

1. Menyusun rencana kegiatan kerja serta melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak.

2. Melaksanakan pengelolaan data dan informasi baik dari surat pemberitahuan pajak daerah (SPTPD), surat pemberitahuan retribusi daerah (SPRD), hasil pemerikasaan dan informasi dari instansi yang terkait.

3. Melaksanakan penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

4. Merencanakan dan menatausahakan hasil pemerikasaan terhadap wajib pajak dan wajib retribusi serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugasnya.

Sub Dinas Pendataan dan Penetapan terdiri dari : a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran.

b. Seksi pengelolaan Data dan Informasi. c. Seksi Penetapan.

d. Seksi Pemeriksaan.

Setiap seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendataan dan Penetapan.


(35)

a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas melaksanakan pendataan objek pajak daerah/ retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya melalui Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), melaksanakan pendaftaran wajib pajak daerah/ wajib retribusi daerah melalui formulir pendaftaran, menyimpan, mendistribusikan, memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD)/ wajib retribusi daerah serta menyimpan surat perpajakan daerah lainnya yang berkaitan dengan pendaftaran dan pendataan.

b. Seksi Pengelolaan Data dan informasi mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan dan pengelolaan data objek pajak daerah/ retribusi daerah, menuangkan hasil pengelolaan data informasi data kedalan kartu data serta mengirimkan kartu data kepada seksi penetapan dan demikian sebaliknya. c. Seksi Penetapan mempunyai tugas melaksanakan perhitungan penetapan

pkok pajak daerah/ pokok retribusi daerah berdasarkan kartu data termasuk perhitungan denda dan sanksi lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip surat perpajakan daerah/ retribusi daerah yang berkaitan dengan penetapan, melaksanakan perhitungan jumlah angsuran pembayaran/ penyetoran atas permohonan wajib pajak.

d. Seksi Pemerikasaan mempunyai tugas menyusun rencana pemeriksaan dan melaksanakan pemerikasaan objek pajak/ retribusi, menata usaha hasil


(36)

pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek/ retribusi serta mengirimkan laporan hasil pemerikasaan kepada Seksi Pengelolaan Data dan Informasi.

4. Sub Dinas Penagihan

Sub Dinas Penagihan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berasa dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Sub Dinas Penagihan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas dibidang penagihan meliputi kegiatan pembukuan, verifikasi, penagihan dan perhitungan restitusi, pemindah bukuan serta pertimbangan terhadap keberatan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

Untuk melaksanakan tugas Sub Dinas Penagihan mempunyai fungsi :

1. Menyusun rencana kegiatan kerja serta melaksanakan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya. 2. Melaksanakan penagihan atas tungakan pajak daerah/ retribusi daerah dan

pendapatan lainnya.

3. Melaksanakan perhitungan restitusi dan atau pemindah bukuan atas pajak daerah/ retribusi daerah dan pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas permohonan wajib pajak.

4. Malaksanakan telaah dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas permohonan wajib pajak.


(37)

5. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

Sub Dinas Penagihan terdiri dari : a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi. b. Seksi Penagihan dan Perhitungan. c. Seksi Restitusi dan Pemindah bukuan. d. Seksi Pertimbangan dan Keberatan.

Setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Dinas Penagihan.

a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi mempunyai tugas melaksanakan pembukuan dan verifikasi tentang penetapan dan penerimaan pajak daerah/ retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya, melaksanakan pembukuan dan verifikasi penerimaan dan pengeluaran benda berharga serta pendataan uang daru hasil pungutan benda berharga kedalan kartu persediaan benda berharga, menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan dan tunggakan pajak daerah/ retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya, serta menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan, pengeluaran serta sisa persediaan benda berharga secara berkala.


(38)

b. Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas melaksanakan penagihan atas tunggakan pajak daerah/ retribusi daerah atau pendapatan daerh lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip surat perpajakan daerah/ retribusi daerah yang berkaitan dengan penagihan.

c. Seksi Restitusi dan Pemindah bukuan mempunyai tugas menerima permohonan restitusi dan pemindah bukuan dari wajib pajak, meneliti kelebihan pembayaran pajak daerah/ retribusi daerah yang dapat diberikan restitusi dan atau pemindah bukuan serta mempersiapkan Surat Keputusan Kepala Dinas tentang pemberian restitusi dan atau pemindah bukuan.

d. Seksi Pertimbangan dan Keberatan mempunyai tugas menerima surat keberatan dari wajib pajak/ retribusi dan meneliti keberatan wajib pajak/ retribusi dan mempersiapkan Surat Keputusan Kepala Dinas tentang persetujuan atas keberatan tersebut.

5. Sub Dinas Retribusi Dan Pendapatan Lain-lain

Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan lain-lain dipimpin oleh seorang kepala Sub Dinas dalam tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan lain-lain mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas dibidang retribusi dan pendapatan lain-lain.

Untuk melaksanakan tugas Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan lain-lain mempunyai tugas, yakni :


(39)

1. Menyusun rencana kegiatan kerja serta melaksanakan penatausahaan penerimaan retribusi dan pendapatan lain-lain.

2. Melaksanakan penatausahaan penerimaan retribusi dan pendaptan lain-lain termasuk pinjaman daerah dan dana darurat.

3. Melaksanakan penatausahaan penerimaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan pendapatan lain-lain.

4. Melaksanakan legalisasi dan pembukuan surat-surat berharga.

5. Melaksanakan tugas lain-lain yang diberikan Kelapa Dinas sesuai dengan bisang tugasnya.

Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan lain-lain terdiri dari :

a. Seksi Penatausahaan Penerimaan Retribusi dan Penerimaan lain-lain. b. Seksi Penerimaan lain-lain.

c. Seksi Penerimaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan pendapatan lain-lain.

d. Seksi Legalisasi Pembukuan surat-surat berharga.

Setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam menjalankan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan lain-lain.


(40)

1. Seksi Penatausahaan Penerimaan Retribusi dan Pendapatan lain-lain mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan penerimaan retribusi dan melaksanakan penatausahaan pendapatan lain-lain.

2. Seksi Penerimaan lain-lain mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan penerimaan lain-lain, merencanakan dan mengupayakan penerimaan lain-lain baik dari Pemerintah, Wakil Pemerintah di daerah maupun dari lembaga-lembaga keuangan dan atau badan-badan lain termasuk pinjaman daerah dan dana darurat.

3. Seksi Penerimaan BUMD dan pendapatan lain-lain mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

4. Seksi Legalisasi mempunyai tugas pembukuan surat-srat berharga.

6. Sub Dinas Hasil Pendapatan

Sub Dinas Hasil Pendapatan dipimpin oleh seorang kepala sub dinas yang dalam menjalankan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Untuk melaksanakan tugas Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas, yakni :

1. Menyusun rencana kegiatan kerja serta melaksanakan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak.


(41)

2. Melaksanakan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan non pajak.

3. Melaksanakan perhitungan penerimaan dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

4. Melaksanakan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian hasil pendapatan daerah dibidang hasil pendapat.

5. Melaksanakan tugas lain-lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

Sub Dinas bagi hasil pendapat terdiri dari :

a. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil Pendapatan Pajak dan Non Pajak. b. Seksi Bagi Hasil Pajak.

c. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak.

d. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan.

Setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam menjalan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas bagi hasil pendapatan.

1. Seksi penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan non pajak mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan surat-surat ketetapan pajak bumi dan bangunan dan menatausahakan pendapatan bagi hasil pajak dan non pajak.


(42)

2. Seksi bagi hasil pajak mempunyai tugas menerima dan mendistribusikan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak (DHPP), Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP) Pajak Bumi dan Bangunan, melaksanakan pengihan PBB, melaksanakan perhitungan penerimaan pajak pusat dan pajak provinsi, melaksanakan perhitungan penerimaan bagi hasil pajak lainnya serta membantu menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) PBB wajib pajak, menerima kembali hasil pengisian SPOP dan mengirimkannya kepada Kantor Pelayanan PBB. 3. Seksi bagi hasil bukan pajak mempunyai tugas melaksanakan perhitungan

penerimaan dari Dana Alokasi Khusus.

4. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan mempunyai tugas mengkaji tentang pelaksanaan peraturan perundang-udangan dan melaksanakan koordinasi dengan unit terkait tentang pelaksanaan peraturan perundang-undangan serta melaksanakan pengkajian atas penerimaan pendapatan daerah secara periodik.

7. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Pendapatan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

1. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan keahliannya.


(43)

2. Setiap kelompok tersebut dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior. 3. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan daerah. 4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut ditentukan sesuai dengan

peraturan perundang-udangan yang berlaku.

E. Gambaran Umum Pegawai di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Table 1

Komposisi Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Tahun 2010

No Bagian/ Subdis/ Bendahara/ Swakelola Jumlah

1 Kepala Dinas 1 orang

2 Bagian tata usaha 22 orang

3 Subdis program 11 orang

4 Subdis pendataan dan penetapan (DATAP) 53 orang

5 Subdis penagihan 29 orang

6 Subdis retribusi dan pendapatan lain-lain 21 orang 7 Subdis bagi hasil pendapatan (BHP) 66 orang 8 Bendahara penerimaan atau pengeluaran 22 orang


(44)

10 Pemegang barang berharga 5 orang 11 Pegawai honor (SWAKELOLA) dan security 80 orang Jumlah PNS dan Pegawai Honor 316 orang Sumber data : DISPENDA KOTA MEDAN 2010

Keterangan :

Pegawai negeri sipil : 236 orang Pegawai swakelola : 80 orang

Jumlah TNI yang dikaryakan : 1 orang (Subdis Penagihan) Jumlah Pegawai Dispenda : 317 orang

Keterangan Tambahan a. Golongan IV/C : 1 orang


(45)

b. Golongan IV/B : 4 orang c. Golongan IV/A : 5 orang d. Golongan III/D : 35 orang e. Golongan III/C : 25 orang f. Golongan III/D : 78 orang g. Golongan III/A : 39 orang h. Golongan II/D : 21 orang i. Golongan II/C : 17 orang j. Golongan II/B : 3 orang k. Golongan II/A : 8 orang


(46)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK PENERANGAN JALAN

A. Pengertian Pajak

Sebelum membahas mengenai gambaran data pajak penerangan jalan, sebaiknya kita terlebih dahulu mengetahui tentang pengertian pajak.

Definisi atau perngertian pajak menurut Prof.Dr.Rachmat Soemitro,SH: Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Menurut Undang-undang No.34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelengaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

B. Ketentuan Peraturan dan Perundang-undangan Tentang Pajak Penerangan Jalan

1. Undang- undang No.18 Tahun 1997 tentang pajak dan retribusi daerah jo.undang-undang No.34 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-undang No.18 Tahun 1997.


(47)

3. Undang-undang No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah

4. Peraturan Pemerintah No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

5. Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan No.16 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah Kota Medan.

6. Keputusan Menteri Dalam Negeri No.10 Tahun 2002 tentang pemungutan Pajak Penerangan Jalan.

Ketentuan-ketentuan tersebut memuat hal-hal penting yang memberi penjelasan tentang apa itu Pajak Penerangan Jalan dan PLN sebenarnya. Secara garis besar akan diuraikan sebagai berikut :

1. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak yang dipungut atas penggunaan tenaga listrik dengan ketentuan bahwa diwilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan yang rekening nya oleh Pemerintah Daerah.

2. Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik untuk menerangi jalan umum yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah.

3. Penggunaan Tenaga Listrik adalah setiap orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik dari PLN maupun bukan PLN.

4. Penggunaan Tenaga Listrik PLN yang selanjutnya disebut pelanggan PLN adalah setiap orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik dari PLN. Penggunaan Tenaga Listrik bukan PLN adalah tenaga listrik yang dihasilkan dari/oleh pembangkit tenaga listrik bukan PLN yang dimiliki dan


(48)

atau dikelola oleh orang pribadi atau badan. (Perda Kota Medan No.12 Tahun 2003)

5. Perseroan Terbatas Perusahaan Listrik Negara (Persero), yang disingkat PLN, adalah PLN unit pelayanan termasuk anak perusahaan PLNyang menjual tenaga listrik kepada masyarakat.

6. Pelanggan adalah setiap orang Pribadi atau Badan Usaha yang menggunakan tenaga listrik dari PLN. ( Keputusan Menteri Dalam Negeri No.10 Tahun 2002)

C. Objek dan Subjek Pajak Penerangan Jalan

Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik, diwilayah daerah yang tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah.

Dikecualikan dari objek Pajak Penerangan Jalan adalah :

1. Penggunaan tenaga listrik oleh instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

2. Penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh Kedutaan, Konsultan, Perwakilan Asing dan Lembaga-lembaga Internasional dengan azas timbale balik sebagaimana berlaku Pajak Negara.

3. Penggunaan tenaga listrik yang khusus digunakan oleh Badan Sosial untuk kegiatan yang bersifat social.


(49)

Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik.

Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang menjadi pelangan listrik dan/atau pengguna tenaga listrik. (PP RI No.65 Tahun 2001).

D. Tata cara perhitungan Pajak Penerangan Jalan

Tabel 2 : Cara menghitung besarnya Pajak Penerangan Jalan

Contoh :

Pemakaian listik suatu rumah :

• Pemakaian listrik dengan batas daya sambung = 900 Va (= 0,9 kVA) termasuk golongan tarif RI 250 s/d 900 VA = 20.000/kVA

• Termasuk dalam biaya pemakaian Blok I : <60 jam nyala = Rp.275/Kwh

• Termasuk dalam pemakaian Blok II : <60 jam nyala = Rp.445/Kwh • Termasuk dalam pemakaian Blok III : <60 jam nyala = Rp. 495/Kwh Perhitungan :

• Biaya beban = 0,9 kVA x Rp.20.000/kVA = Rp. 18.000 • Biaya pemakaian :

TARIF PAJAK PENERANGAN JALAN x DASAR PENGENAAN PAJAK PENERANGAN JALAN


(50)

Blok I/20 Kwh x Rp.275 = Rp. 5.500 Blok II/40 Kwh x Rp.445 = Rp. 17.800 Blok III/30 Kwh x Rp.396 = Rp. 14.850 • Sub jumlah = Rp. 55.150

• Pajak Penerangan Jalan Umum (10 %) = 10% x Rp. 55.150 = Rp. 5.515

• Jumlah Tagihan Rekening Listrik = Rp. 60.665 Keterangan :

Untuk biaya beban kVA, dan biaya pemakaian listrik / Kwh ditetapkan sesuai dengan standard tariff yang dikenakan PLN. Pajak Penerangan Jalan sebesar = Rp.5.515 harus dilaporkan dan disetor ke Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan (DIPENDA) oleh PLN dengan melampirkan Laporan Hasil Realisasi dan Daftar Rekapitulasi Rekening Listrik.

E. Pendaftaran dan Penilaian Pajak Penerangan Jalan I. Pendaftaran

Bentuk pendaftaran Pajak Penerangan Jalan dilakukan bersamaan dengan proses pemasangan lampu penerangan jalan tersebut, dimana lampu penerangan jalan yang dipasang sendiri dari beberapa sektor sesuai dengan penetapan wilayah kecamatan masing-masing yang terdiri dari :


(51)

Terdiri dari kecamatan Medan Johor, Medan Selayang, Medan Baru, Medan Polonia, Medan Tuntungan, Medan Petisah, dan Medan Sunggal.

2. Sektor B

Terdiri dari kecamatan Medan Kota, Medan Maimun, Medan amplas, Medan area, Medan Tembung, Medan Denai, dan Medan Perjuangan.

3. Sektor C

Terdiri dari kecamatan Medan Belawan, Medan Labuhan, Medan Timur, Medan Marelan, Medan Barat, Medan Deli, dan Medan Helvetia.

4. Sektor Lampu Taman / air sirkulasi

Meliputi Pemasangan Lampu pad ataman dan gedung yang meliputi semua kecamatan yang ada di Kota Medan.

Pemasangan Lampu Penerangan Jalan tersebut dilakukan oleh konsumen dari pihak perusahaan dengan pemasangan Lampu Penerangan Jalan Umum (LPJU) maupun oleh Pemerintah Kota (PEMKO) sendiri. Tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Perusahaan

Perusahaan meminta atau memohon rekomendasi / izin kepada Dinas Pertamanan Kota Medan untuk memasang Lampu Penerangan Jalan. Dalam melakukan permintaan atau permohonan rekomendasi / izin dilampirkan KTP, gambar situasi lapangan, jenis lampu yang dipasang, dan diketahui oleh kelurahan


(52)

setempat. Lalu akan diberikan jawaban oleh Dinas Pertamanan Kota Medan melalui surat yang memuat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh konsumen yang melakukan permohonan. Syarat-syarat tersebut memuat hal-hal berikut ini :

1. Pemasangan harus sesuai standard PLN dan Dinas Pertamanan sebagai pengawas pekerjaan.

2. Teknik pemasangan harus sesuai standard PLN dan harus dipedomani “Petunjukan Umum Instalansi Listrik (PUIL)”.

3. Pekerjaan harus dilaksanakan, dipertanggung jawabkan oleh instalator yang sah dan terdaftar di PT.PLN (Persero) wilayah II Sumatera Utara Cabang Medan.

4. Pemasangan harus membentuk sudut 200 mengarah ke jalan umum dan memakai sistem instalansi jaringan udara dengan kelengkapan Box Main Panel, MCB, Switch Kontektur dan Team Switch.

5. Setelah selesai pemasangan, konsumen harus melaporkan kembali ke Dinas Pertamanan Kota Medan, meyerahkan bukti kuitansi pembayaran BP dan UJL (Biaya Peyambungan dan Uang Jaminan Langganan) serta bukti telah dipasang Kwh Meter LPJU-nya dari PLN untuk diinvestasikan.

6. Seluruh biaya material untuk pemasangan lampu / perawatan dan BP-UJL ke PLN, berikut pemasangan Kwh meternya adalah menjadi tanggung jawab pihak konsumen.


(53)

7. Dengan adanya persetujuan teknis dari PLN, maka biaya pemakaian arus listriknya setiap bulan adalan tanggung jawab Pemerintahan Kota (PEMKO) Medan.

Lalu konsumen melakukan pelaporan ke PLN, apakah pemasangan yang dilakukan memenuhi teknis atau tidak. Saat melakukan pelaporan tersebut, konsumen harus membawa surat rekomendasi / izin yang diberikan oleh Dinas Pertamanan Kota Medan. Waktu pelaporan paling lama 1 (satu) minggu. Jika memenuhi teknis akan dilakukan pemasangan oleh Dinas Pertamanan Medan. Selanjutnya PLN akan melakukan pemasukan atau pemberian arus. Pemasukan atau pemberian arus paling lama 3 (tiga) hari. Kemudian akan dibebankan BP-UJL-nya (biaya Penyambungan Uang Jaminan Langganan).

Selanjutnya data-data konsumen akan diserahkan oleh Dinas Pertamanan Kota Medan kepada Dinas Pendapatan Daerah. Kalau ada terdapat kendala yang ditemukan baik dalam proses pemasangan maupun setelahnya, konsumen melakukan pelaporan ke PLN.

b. Pemerintahan Kota (PEMKO) Medan

Proses pemasangan lampu penerangan jalan oleh PEMKO tidak jauh beda dengan konsumen dari perusahaan. Pihak PEMKO juga melakukan pembuatan surat permohonan rekomendasi / izin ke Dinas Pertamanan Kota Medan. Lalu ditampung oleh pihak Dinas Pertamanan Kota Medan. Selanjutnya Dinas Pertamanan Kota


(54)

Medan melakukan survei dilapangan, tempat akan dilakukan pemasangan lampu penerangan jalan. Jika tidak memenuhi teknis dan jumlah yang diminta sedikit, maka akan dilakukan pemasangan lampu penerangan jalan tersebut. Tetapi bila jumlahnya besar maka perlu menunggu persetujuan turunnya APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) untuk pemasangan lampu penerangan jalan tersebut.

Setelah disetujui akan diadakan persiapan pembuatan anggaran dan gambaran perencanaan lampu penerangan jalan tersebut. Selanjutnya akan dilaksanakan oleh pihak pelaksanaan diri Dinas Pertamanan Kota Medan. Pemasangan lampu penerangan jalan ini diminta oleh PEMKO Medan tetap saja dikenakan BP-UJL (biaya penyambungan-uang jaminan langganan).

II. Penilaian

Dasar pengenaan Pajak Penerangan jalan adalah nilai jual tenaga listrik yang terpakai. Nilai jual Tenaga listrik yang dimaksud adalah :

a. Dalam hal tenaga listrik berasal dari PLN dan bukan PLN dengan pembayaran, nilai jual tenaga listrik adalah jumlah tagihan biaya beban ditambah dengan biaya pemakaian Kwh yang ditetapkan dalam rekening listrik.

b. Dalam hal tenaga listrik berasal dari bukan PLN dengan tidak dipungut bayaran, nilai jual tenaga listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia,


(55)

penggunaan listrik atau taksiran penggunaan tenaga listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku diwilayah daerah yang bersangkutan.

Khusus untuk kegiatan industry, pertambangan minyak dan bumi dan gas alam, nilai jual tenaga listrik sebagaimana yang dimaksud ditetapkan sebesar 30% (tiga puluh persen). (PP RI No.65 Tahun 2001)

Tarif pajak ditetapkan dan diatur oleh peraturan pemerintah. Tarif pajak penerangan jalan dikenakan atas nilai jual tenaga listrik yang terpakai. Besarnya pokok penerangan jalan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajaknya. Tarif pajak penerangan jalan ditetapkan sebagai berikut :

a. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN, bukan untuk industri sebesar 10% (sepuluh perseratus).

b. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN, untuk industri sebagai berikut :

1. Untuk industri yang memakai tenaga listrik dengan batas daya 450 VA s/d 13,9 KVA sebesar 8% (delapan perseratus).

2. Untuk industry yang memakai tenaga listrik dengan batas daya 14 KVA s/d 24.999 KVA sebesar 4% (empat perseratus).

3. Untuk industri yang memakai tenaga listrik dengan batas daya 25.000 KVA keatas sebesar 1,5% (satu koma lima perseratus).


(56)

c. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN, bukan untuk industri sebesar 8% (delapan perseratus).

d. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN, untuk industri ditetapkan sebagai berikut :

1. Untuk industri yang memakai tenaga listrik dengan batas daya 450 KVA s/d 13,9 KVA sebesar 8% (delapan perseratus).

2. Untuk industri yang memakai tenaga listrik dengan batas daya 14 KVA s/d 24.999 KVA sebesar 4% (empat perseratus).

3. Untuk industri yang memakai tenaga listrik dengan batas daya 25.000 KVA keatas sebesar 1,5% (satu koma lima perseratus). (Perda Kota Medan No.12:2003).


(57)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. Sistem Pengelolaan Pajak Penerangan Jalan di DISPENDA

Sistem Pengelolaan dapat diartikan sebagai “proses, cara, perbuatan mengelola; proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain; proses yang membant merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi; proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan sebagai perangkat unsur yang secara teratur yang saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dsb.”

Menutur Undang-udang Republik Indonesia No.34 Tahun 2000, tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau wajib retribusi pajak atau retribusi kepada wajib pajak serta pengawasan penyetorannya.

Pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan


(58)

pajak sebagai pencerminan kewajiban dibidang perpajakan berada pada anggota masyarakat wajib pajak sendiri. Pemerintah daerah dalam hal ini merupakan aparatur perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan dan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang telah digariskan dan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.10 Tahun 2002 tentang Pemungutan Pajak Penerangan Jalan yang telah mengadakan perjanjian kerjasama yang dilakukan antara Pemerintah Kota Medan dengan PT. PLN (PERSERO) tentang pemungutan dan Penyetoran Pajak Penerangan Jalan dan Pembayaran Rekening Listrik oleh Pemerintah Kota Medan.

Ketentuan umum dalam Pasal 1 yang berisi :

Dalam perjanjian kerjasama ini dimaksud dengan :

1. Pemerintah kota adalah Pemerintah Kota Medan atau disebut PEMKO. 2. Kepala Pemerintah Kota, Walikota Medan.

3. PLN adalah PT. PLN (PERSERO) Cabang Medan.

4. Penerangan Jalan Umum (PJU) adalah Penerangan Jalan Umum yang energy listriknya bersumber dari PLN, yang terdiri dari Penerangan Umum Resmi dan Penerangan Jalan Umum Swadaya Masyarakat.

5. Pajak Penerangan Jalan (PPJ) adalah Pajak yang dipungut atas penggunaan tenaga listrik.


(59)

6. Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik untuk menerangi jalan umum yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah.

7. Penggunaan Tenaga Listrik adalah setiap orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik dari PLN maupun bukan PLN.

8. Penggunaan tenaga listrik PLN disebut pelanggan PLN adalah setiap orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik dari PLN.

9. Rekening listrik Pemda adalah tagihan listrik PLN kepada Pemda yang harus dilunasi oleh Pemda kepada PLN.

10. Pelanggan PLN adalah pelanggan PLN di wilayah Kota Medan.

11. Rekapitulasi rekening listrik adalah rekapitulasi rekening listrik yang dicetak, rekapitulasi rekening listrik yang lunas dan rekapitulasi rekening listrik yang khusus dipergunakan untuk PJU.

Ruang lingkup perjanjian Pasal 2 yang berisi : 1. Tujuan perjanjian kerjasama;

2. Hak dan kewajiban kedua belah pihak;

3. Mekanisme kompensasi rekening listrik PEMDA dan PPJ; 4. Biaya pemungutan;

5. Penertiban PJU-Swadaya; 6. Meterisasi PJU;


(60)

Tujuan Perjanjian Kerjasama antara pihak Pemerintah Kota Medan dengan PT. PLN (PERSERO) dalam Pasal 3 yang berisi :

1. Untuk menjamin kelancaran penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Medan yang berasal dari PPJ.

2. Untuk menjamin kelancaran pelunasan rekening listrik Pemerintahan Kota Medan kepada PLN.

3. Untuk melakukan pengawasan dan penertiban PJU-Swadaya.

4. Untuk meningkatkan efisiensi pembayaran rekening listrik pemda melalui meterisasi PJU.

Hak Pemerintah Kota Medan dalam Pasal 4 yang berisi :

1. Menerima PPJ yang dipungut oleh pihak PT. PLN (PERSERO).

2. Mendapatkan rekapitulasi rekening listrik dan pihak PT. PLN (PERSERO). 3. Mendapatkan rekapitulasi pelanggan listrik Kota Medan (Wajib Pajak

Penerangan Jalan) per-triwulan.

Kewajiban Pemerintah Kota Medan Pasal 5 yang berisi :

1. Mensosialisasikan pelanggan PLN mengenai pengertian Pajak Penerangan Jalan, dasar hukum kewenangan Pemko Medan mengenakan Pajak Penerangan Jalan, dasar hukum kewenangan pihak PT. PLN (PERSERO) memungut PPJ, besaran tarif PPJ, serta keberadaan kerjasama antara kedua belah pihak.


(61)

2. Membantu pihak PT. PLN (PERSERO) dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan penerimaan PPJ yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan Pemerintah Kota Medan.

3. Melunasi rekening listrik Pemko Medan, termasuk rekening PJU, PJU-Swadaya dan kewajiban lainnya kepada pihak PLN setiap bulan.

4. Pelunasan kewajiban harus sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini sudah harus dilakukan paling lambat tanggal 20 setiap bulan.

Hak PT. PLN (PERSERO) dalam Pasal 6 yang berisi :

1. Menerima pembayaran rekening listrik Pemko Medan termasuk rekening listrik PPJ, PJU-Swadaya dan kewajiban lainnya dari Pemko Medan setiap bulan.

2. Menerima biaya pemungutan PPJ setiap bulan.

3. Dalam hal ini Pemko Medan tidak melakukan pelunasan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 pasal 4. Pihak PLN berhak mendapatkan pelunasan melalui mekanisme dalam pasal 8 ayat (4).

Kewajiban PT. PLN (PERSERO) dalam pasal 7 yang berisi :

1. Memungut PPJ dari pelanggan PLN secara bersamaan dengan pembayaran rekening listrik (tanpa dipisahkan) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


(62)

2. Menyetor hasil pemungutan PPJ ke kas Pemerintahan Kota Medan paling lambat tanggal 20 setiap bulan setelah bulan pemungutan dengan memperhatikan ketentuan pasal 4 ayat (1) dan pasal 6 ayat (2).

3. Atas permintaan Pemko Medan, PLN wajib menyampaikan laporan setiap bulan berupa :

I. Rekapitulasi rekening listrik yang dicetak perkode golongan (rekening umum, TNI/POLRI, Vertikal, Pemda dan BUMN).

II. Rekapitulasi rekening listrik yang dicetak per jenis tarif. III. Rekapitulasi realisasi penerimaan PPJ.

Mekanisme Kompensasi Rekening Listrik Pihak Pemko Medan dan PPJ dalam pasal 8 yang berisi :

1. Pada dasarnya pelunasan rekening listrik Pemko Medan dilakukan setiap bulan sesuai dengan ketentuan ayat (3) dan ayat (4) pasal 5, sedangkan penyetoran PPJ dipungut oleh pihak PLN dilakukan sesuai dengan ketentuan pasal 7 ayat (2).

2. Pembayaran rekening listrik Pemko Medan dapat juga dilakukan dengan cara kompensasi dengan mekanisme PLN menyetor jumlah PPJ secara bruto yang merupakan hak Pemko Medan dan dalam waktu yang bersamaan Pemko Medan menerbitkan SPMU untuk melunasi rekening listrik Pemko Medan.


(63)

3. Dalam hal jumlah PPJ yang merupakan hak Pemko Medan tidak mencukupi untuk melunasi rekening listrik Pemko Medan, maka Pemko Medan melunasi sisa kewajibannya tersebut paling lambat tanggal 20 setiap bulan.

4. Dalam hal rekening listrik Pemko Medan belum melunasi, maka PLN memotong langsung jumlah tagihan rekening listrik Pemko Medan dengan PPJ pada bulan berikutnya termasuk biaya pemungutan PLN, dan untuk bulan berikutanya PLN menyetor jumlah PPJ secara netto kepada Pemko Medan.

Biaya pemungutan dalam pasal 9 yang berisi :

1. Biaya pemungutan PPJ ditetapkan paling tinggi sebesar 5% dari realisasi penerimaan PPJ.

2. Rincian biaya pemungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah sebagai berikut :

a. 2,7 % sebagai pendapatan diluar operasi PLN;

b. 0,3 % untuk biaya pembinaan oleh tim Pembina Pemungutan PPJ Pusat di Departemen Dalam Negeri;

c. 1 % untuk aparat Pemda yang terkait dengan pelaksanaan pemungutan; d. 1 % untuk pertugas PLN setempat yang terkait dengan pelaksanaan


(64)

Penerbitan PJU-Swadaya dalam pasal 10 yang berisi :

1. Pemko Medan dan PLN sepakat bahwa PJU-Swadaya perlu diterbitkan karena sangat merugikan Negara.

2. Untuk menerbitkan PJU-Swadaya tersebut, Pemko dan PLN sepakat membentuk tim Penerbitan PJU-Swadaya paling lambat 30 hari setelah perjanjian ini di tandatangani, yang anggotanya teridiri dari unsur Pemko dan PLN.

3. Pembentukan tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini akan diatur secara tersendiri oleh kedua belah pihak.

4. Untuk menjamin kelancaran tugas tim, Pemko setuju bahwa biaya operasional yang digunakan untuk TIM penerbitan PJU-Swadaya dibebankan pada Pemko Medan.

Meterisasi Pajak Penerangan Umum dalam Pasal 11 yang berisi :

1. Untuk meningkatkan efesiensi dan transparansi perhitungan pemakaian energy listrik (kWH) PJU, kedua belah pihak bekerja sama melakukan meterisasi PJU secara bertahap.

2. Meterisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal 11 dilakukan dengan memasang instalansi PJU dan alat pembatas dan penguat (APP). 3. Untuk pelaksanaan meterisasi ini dibentuk tim meterisasi yang terdiri dari

unsur kedua belah pihak paling lambat 30 hari setelah perjanjian ini ditandatangani.


(65)

4. Biaya yang dibutuhkan untuk meterisasi PJU, pengembangan PJU dan biaya meterisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ini sepenuhnya dibebankan kepada Pemko Medan.

B. Faktor-faktor Penghambat Pajak Penerangan Jalan

Meskipun Pajak Penerangan Jalan dapat memberikan kontribusi yang baik bagi pendapatan daerah, namum tidak dipungkiri adanya masalah-masalah yang timbul. Sedikit atau banyak masalah yang dihadapi harus tetap diperhatikan. Untuk diketahui sejauh mana masalah-masalah tersebut berpengaruh atau berdampak bagi kelangsungan proses Pajak Penerangan Jalan tersebut.

Berdasarkan observasi dilapangan, pengumpulan data-data yang ada, termasuk diadakannya metode wawancara, ditemukan masalah-masalah yang muncul Pajak Penerangan Jalan. Adapun masalah-masalah tersebut antara lain :

1. Adanya tunggakan pembayaran rekening listrik oleh konsumen.

2. Jumlah konsumen Pajak Penerangan Jalan yang belum jelas serta pendataan yang kurang maksimal. Contohnya yaitu ada konsumen yang mempunyai kantor di satu wilayah tertentu tetapi kantor diwilayah lain tidak diketahui. 3. Adanya keterlambatan pemasangan lampu Penerangan Jalan Umum.

Terkadang konsumen yang telah memenuhi syarat untuk pemasangan Lampu Penerangan Jalan Umum memberikan laporan bahawa adanya keterlambatan pemasangan Pajak Penerangan Jalan Umum, sehingga tidak tepat waktu sesuai jadwal pemasangan yang ditentukan.


(66)

4. Adanya pemasangan listrik-listrik liat terhadap Lampu Penerangan Jalan Umum. Masih ada masyarakat yang mau melakukan pemasangan listrik-listrik liar, dengan tujuan agar tidak terjaring oleh PLN. Sehingga mereka tidak perlu menjadi konsumen PLN yang harus melakukan pembayaran terhadap rekening listrik Lampu Penerangan Jalan Umum tersebut.

C. Upaya-upaya Peningkatan Pajak Penerangan Jalan

Upaya mengatasi masalah yang dihadapi dalam Pajak Penerangan Jalan tersebut, tentu ada langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengantisipasinya. Dengan menentukan langkah-langkah untuk mengantisipasinya dapat mengurangi atau memperbaiki masalah-masalah yang terjadi agar tidak terulang lagi untuk kesekian kalinya Karen bisa merugikan bagi sektor Pajak Penerangan Jalan tersebut. Langkah-langkah yang diambil tersebut dapat diwujudkan dalam melakukan upaya-upaya peningkatan Pajak Penerangan Jalan tersebut. Adapun upaya-upaya-upaya-upaya peningkatan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Adanya peningkatan bagi penunggakan pembayaran rekenign listrik. PLN memberikan TUL (Tata Usaha Langganan) VI. Dimana TUL VI ini sifatnya ialah berupa surat peringatan. Waktunya maksimal 6 (enam) hari harus sudah ditanggapi oleh konsumen atau pelanggan. Jika tidak ditanggapi akan dilakukan pemutusan sambungan arus listrik.

2. Peningkatan pelayanan terhadap konsumen. Salah satu peningkatan pelayanan terhadap konsumen ini ialah mengatasi gangguan listrik sehingga


(67)

dapat berkurang. Misalnya dari gangguan listrik dengan presentase 20% menjadi 5%.

3. Menggalakan operasi penerbitan listrik-listrik liar. Hal ini dilakukan untuk mengurangi pemasangan listrik-listrik liar yang dilakukan masyarakat. Sehingga mengurangi kerugian rekening listrik-listrik liar tersebut yang tidak dibayarkan oleh masyarakat.

4. Pemerintah menetapkan kenaikan TKL (Tarif Dasar Listrik) sesuai Keputusan Presiden. Dengan naiknya tarif TDL tersebut maka otomatis naik juga tarif Pajak Penerangan Jalan. Sehingga dapat meningkatkan jumlah pemasukan Pajak Penerangan Jalan yang dibayar melalui rekening listrik. 5. Pemasangan kWH meter. Kwh meter sebagai kawat arus pembatas, dengan

tujuan meningkatkan pendapatan tetapi mengurangi besarnya tagihan PLN, sehingga tidak memberatkan masyarakat. Dengan kata lain sama-sama menguntungkan kedua belah pihak.

D. Kontribusi Pajak Penerangan Jalan Bagi Pendapatan Daerah

Pajak daerah termasuk salah satunya Pajak Penerangan Jalan merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang paling penting guna membiayai penyelengaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah untuk meningkatkan dan meratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Untuk menetapkan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab.


(68)

Dan didukung oleh Ketentuan Peraturan dan Perundang-undangan Tentang Pajak Penerangan Jalan :

1. Undang- undang No.18 Tahun 1997 tentang pajak dan retribusi daerah jo.undang-undang No.34 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-undang No.18 Tahun 1997.

2. Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.

3. Undang-undang No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah

4. Peraturan Pemerintah No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

5. Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan No.16 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah Kota Medan.

6. Keputusan Menteri Dalam Negeri No.10 Tahun 2002 tentang pemungutan Pajak Penerangan Jalan.

Ketentuan-ketentuan tersebut memuat hal-hal penting yang memberi penjelasan tentang apa itu Pajak Penerangan Jalan dan PLN sebenarnya. Secara garis besar akan diuraikan sebagai berikut :

1. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak yang dipungut atas penggunaan tenaga listrik dengan ketentuan bahwa diwilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan yang rekening nya oleh Pemerintah Daerah.

2. Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik untuk menerangi jalan umum yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah.


(69)

3. Penggunaan Tenaga Listrik adalah setiap orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik dari PLN maupun bukan PLN.

4. Penggunaan Tenaga Listrik PLN yang selanjutnya disebut pelanggan PLN adalah setiap orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik dari PLN. Penggunaan Tenaga Listrik bukan PLN adalah tenaga listrik yang dihasilkan dari/oleh pembangkit tenaga listrik bukan PLN yang dimiliki dan atau dikelola oleh orang pribadi atau badan. (Perda Kota Medan No.12 Tahun 2003)

5. Perseroan Terbatas Perusahaan Listrik Negara (Persero), yang disingkat PLN, adalah PLN unit pelayanan termasuk anak perusahaan PLNyang menjual tenaga listrik kepada masyarakat.

6. Pelanggan adalah setiap orang Pribadi atau Badan Usaha yang menggunakan tenaga listrik dari PLN. ( Keputusan Menteri Dalam Negeri No.10 Tahun 2002)

Untuk mengetahui kontribusi yang diberikan atau yang dihasilkan oleh Pajak Penerangan Jalan ini, sebagai salah satu sumber pendapatan dan pembangunan daerah. Berikut akan disajikan tabel target yang ditetapkan dan realisasi penerimaan yang dapat dicapai oleh Pajak Penerangan Jalan tersebut.

Table 3 : Target Dan Realisasi Pajak Penerangan Jalan


(70)

2005 93.507.256.640.- 93.651.795.451.- 100.15% 2006 100.410.999.640.- 100.022.338.494.- 99.61% 2007 105.431.500.000.- 95.798.609.772.- 90.86% 2008 112.863.905.000.- 113.584.374.714.- 100.64% 2009 120.866.805.000.- 120.358.454.981.- 99.55%

Dari data table diatas menunjukan bahwa realisasi penerimaan Pajak Penerangan Jalan tahun 2005 sebesar Rp. 144.538.811.- dapat juga dikatakan naik sebesar 0.15%.

Untuk tahun 2006 realisasi penerimaan Pajak Penerangan Jalan juga mengalami peningkatan. Dimana di tahun 2006 kenaikan yang terjadi sebesar Rp. 388.661.146.- atau 9.61% dan untuk tahun 2007 mengalami penurunan sebesar Rp. 9.632.890.228.- atau 0.86%. Untuk tahun 2008 realisasi penerimaan pajak penerangan jalan mengalami peningkatan sebesar Rp. 720.469.714.- atau 0.64%, dan untuk tahun 2009 realisasi penerimaan pajak penerangan jalan mengalami penurunan sebesar Rp. 508.350.019.- atau 9.55%.

Terlihat dari table yang tersaji bahwa Pajak Penerangan Jalan mampu memberikan kontribusi yang baik bagi Pajak Daerah untuk menjadi sumber pendapatan daerah dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.


(71)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dimuat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dinas Pendapatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pemungutan pajak, retribusi dan pendapatan daerah lainnya yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretariat Daerah.

2. Dalam melaksanakan tugasnya Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan (DISPENDA) pada Sub Bagian Penagihan, seksi penagihan dan pelaporan menerima pelaporan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan yang dilakukan oleh PLN yang bekerja sama dengan Pemerintah Kota Medan dan Dinas Pertamanan Kota Medan.

3. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik. Maka tarif pajak Penerangan Jalan dikenakan atas nilai jual tenaga listrik yang terpakai.

4. Berdasarkan data-data yang didapat, terlihat pada target yang ditetapkan oleh pihak DISPENDA dan realisasi penerimaannya tercapai. Pajak Penerangan Jalan mampu memberikan kontribusi yang baik bagi pajak daerah untuk


(1)

3. Penggunaan Tenaga Listrik adalah setiap orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik dari PLN maupun bukan PLN.

4. Penggunaan Tenaga Listrik PLN yang selanjutnya disebut pelanggan PLN adalah setiap orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik dari PLN. Penggunaan Tenaga Listrik bukan PLN adalah tenaga listrik yang dihasilkan dari/oleh pembangkit tenaga listrik bukan PLN yang dimiliki dan atau dikelola oleh orang pribadi atau badan. (Perda Kota Medan No.12 Tahun 2003)

5. Perseroan Terbatas Perusahaan Listrik Negara (Persero), yang disingkat PLN, adalah PLN unit pelayanan termasuk anak perusahaan PLNyang menjual tenaga listrik kepada masyarakat.

6. Pelanggan adalah setiap orang Pribadi atau Badan Usaha yang menggunakan tenaga listrik dari PLN. ( Keputusan Menteri Dalam Negeri No.10 Tahun 2002)

Untuk mengetahui kontribusi yang diberikan atau yang dihasilkan oleh Pajak Penerangan Jalan ini, sebagai salah satu sumber pendapatan dan pembangunan daerah. Berikut akan disajikan tabel target yang ditetapkan dan realisasi penerimaan yang dapat dicapai oleh Pajak Penerangan Jalan tersebut.

Table 3 : Target Dan Realisasi Pajak Penerangan Jalan


(2)

2005 93.507.256.640.- 93.651.795.451.- 100.15% 2006 100.410.999.640.- 100.022.338.494.- 99.61% 2007 105.431.500.000.- 95.798.609.772.- 90.86% 2008 112.863.905.000.- 113.584.374.714.- 100.64% 2009 120.866.805.000.- 120.358.454.981.- 99.55%

Dari data table diatas menunjukan bahwa realisasi penerimaan Pajak Penerangan Jalan tahun 2005 sebesar Rp. 144.538.811.- dapat juga dikatakan naik sebesar 0.15%.

Untuk tahun 2006 realisasi penerimaan Pajak Penerangan Jalan juga mengalami peningkatan. Dimana di tahun 2006 kenaikan yang terjadi sebesar Rp. 388.661.146.- atau 9.61% dan untuk tahun 2007 mengalami penurunan sebesar Rp. 9.632.890.228.- atau 0.86%. Untuk tahun 2008 realisasi penerimaan pajak penerangan jalan mengalami peningkatan sebesar Rp. 720.469.714.- atau 0.64%, dan untuk tahun 2009 realisasi penerimaan pajak penerangan jalan mengalami penurunan sebesar Rp. 508.350.019.- atau 9.55%.

Terlihat dari table yang tersaji bahwa Pajak Penerangan Jalan mampu memberikan kontribusi yang baik bagi Pajak Daerah untuk menjadi sumber pendapatan daerah dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dimuat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dinas Pendapatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pemungutan pajak, retribusi dan pendapatan daerah lainnya yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretariat Daerah.

2. Dalam melaksanakan tugasnya Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan (DISPENDA) pada Sub Bagian Penagihan, seksi penagihan dan pelaporan menerima pelaporan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan yang dilakukan oleh PLN yang bekerja sama dengan Pemerintah Kota Medan dan Dinas Pertamanan Kota Medan.

3. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik. Maka tarif pajak Penerangan Jalan dikenakan atas nilai jual tenaga listrik yang terpakai.

4. Berdasarkan data-data yang didapat, terlihat pada target yang ditetapkan oleh pihak DISPENDA dan realisasi penerimaannya tercapai. Pajak Penerangan Jalan mampu memberikan kontribusi yang baik bagi pajak daerah untuk


(4)

menjadi sumber pendapatan daerah dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.

5. Dengan diadakannya perjanjian kerjasama antara Pemerintahan Kota Medan dengan PT. PLN (PERSERO) maka tujuan perjanjian kerjasama tersebut memberikan kemudahan, serta dampak positif bagi kedua belah pihak yaitu menjamin kelancaran penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Medan yang berasal dari Pajak Penerangan Jalan (PPJ), menjamin kelancaran pelunasan rekening listrik Pemerintahan Kota Medan kepada PT. PLN, dan untuk melakukan pengawasan dan penerbitan PJU-Swadaya.

6. Kewajiban Pemerintahan Kota Medan dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap PT. PLN yaitu dengan cara mensosialisasikan pelanggan PT. PLN mengenai pengertian Pajak Penerangan Jalan, dasar hukum kewenangan Pemko Medan mengenakan Pajak Penerangan Jalan, dasar hukum kewenangan PT. PLN (PERSERO) memungut PPJ, besaran tarif PPJ, serta keberadaan kerjasama antara kedua belah pihak. Membantu pihak PT. PLN (PERSERO) dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan penerimaan PPJ yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan Pemerintah Kota Medan. Melunasi rekening listrik Pemko Medan, termasuk rekening PJU, PJU-Swadaya dan kewajiban lainnya kepada pihak PT. PLN setiap bulan. Pelunasan kewajiban sudah harus dilakukan paling lambat tanggal 20 setiap bulan.


(5)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat diberikan saran yang diperlukan guna perkembangan Pajak Penerangan Jalan tersebut. Adapun saran-saran yang dapat disampaikan yaitu :

1. Diharapakan bagi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dan PT. PLN (PERSERO) sebagai mitranya memaksimalkan kerja agar dapat meminimalkan masalah-masalah dilapangan yang sering terjadi.

2. Dalam menetapkan TDL (Tarif Dasar Listrik), yang berpengaruh juga terhadap penetapan tarif-tarif Pajak Penerangan Jalan, diharapkan pemerintah memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat yang ada.

3. Dalam menetapkan target Pajak Penerangan Jalan pada tahun-tahun yang akan dating, hendaknya benar-benar melihat atau meninjau kembali kondisi di lapangan. Sejauh mana target dapat ditetapkan untuk mencapai realisasi penerimaan yang baik.

4. Adanya peningkatan pelayanan terhadap konsumen selaku pelanggan pembayar rekening listrik, dengan memberikan sarana dan prasarana yang baik.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Mustaqiem, 2008, Pajak Daerah, FH UII PRESS, Yogyakarta

Siahaan, Marihot, 2000, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT. Grafindo Persada Jakarta

Departemen Dalam Negeri, 2000,Hal 33, Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, cetakan ke dua, Haravindo, Jakarta Pemerintah Kota Medan, 2003, Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12, tentang pajak daerah

Keputusan Menteri Dalam Negeri, Nomor 10 Tahun 2002, tentang Pemungutan Pajak Daerah

Keputusan Walikota Medan, Nomor 25 Tahun 2002, tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan

Pendapatan Daerah Kota Medan, Tahun 2008-2009, tentang Pajak Daerah Kabupaten/ Kota Medan.