3.2. Pola Pemukiman Masyarakat
Tempat tinggal di desa Merek berada di sekitar pekarangan desa. Namun karena tempatnya ada di persimpangan jalan besar maka pola perkampungan itu
mulai menyebar kepinggir jalan agar mempermudah segala aktifitas dan mudah di jangkau. Selain itu juga di pengaruhi faktor mata pencaharian, karena umumnya
masyarakat di daerah ini adalah petani, sehinga apabila bertempat tinggal di pinggir jalan akan lebih mudah mendapatkan transportasi dalam menjual hasil produksi
pertanian. Pemukiman masyarakat pada umumnya di daerah ini hidup berkelompok yang
di sebut dengan istilah huta kampung. Menurut keterangan masyarakat pola kehidupan yang selalu berkelompok ini dimaksudkan agar mudah mendapatkan
bantuan dari masyarakat lainnya bila ada gangguan. Ditengah-tengah perkampungan mereka terdapat halaman yang luas yang biasanya digunakan untuk menjemur padi
dan tempat untuk melaksanakan suatu acara oleh penduduk. Sebagai orang batak, khususnya masyarakat Merek masih terikat dengan nilai
adat dan budaya yang juga turut mempengaruhi kehidupan masyarakat dalam membuat bentuk rumah. Bentuk rumah nenek moyang mereka masih bentuk rumah
panggung yang mereka sebut dengan Rumah Adat yang menjadi patokan bagi masyarakat dalam pembuatan bentuk rumah. Faktor lain juga mempengaruhi bentuk
rumah ini adalah untuk menghindari gangguan alam terutama gangguan binatang buas, dan dilihat dari segi ekonomis bahwa bentuk rumah panggung ini lebih
menguntungkan karena kolong rumah dapat digunakan untuk memelihara ternak.
Universitas Sumatera Utara
Namun pada akhirnya keadaan ini sudah mulai berubah. Mereka sudah banyak mengikuti perkembangan namun yang diwujudkan dalam renovasi bentuk rumah,
juga bentuk rumah panggung bila ditinjau dari segi kesehatan. Bentuk rumah umumnya tidak seragam artinya bangunan rumah penduduk harus disesuaikan dengan
kondisi ekonomi mereka. Bagi mereka yang kondisi ekonominya kurang mampu mereka hanya membangun rumah yang setengah permanen dan kadang – kadang
terbuat dari papan, sedang bagi penduduk yang ekonominya mampu rumahnya dibangun secara permanen. Bentuk rumah kebanyakan berbentuk persegi panjang dan
menghadap kesebelah Timur tempat terbitnya Matahari. Kebiasaan ini menurut pengamatan peneliti masih erat hubungannya dengan keyakinan – keyakinan yang
masih mewarnai kehidupan masyarakat. Mereka mengatakan apabila bentuk rumah menghadap ke Timur maka matahari akan dapat menyinari secara keseluruhan.
Desa atau kampung merupakan pusat kehidupan masyarakat dimana setiap rumah mempunyai pekarangan yang biasanya ditanami tanaman yang dapat
menunjang kebutuhan pangan seperti sayur.
39
Sama halnya dengan Desa Merek cenderung memanfaatkan pekarangan rumah mereka dengan menanami sayur –
sayuran. Maupun dalam bentuk perkampungan mereka masih hidup berkelompok namun hal ini tidak menjadi hambatan dalam berinteraksi yang tetap terpelihara
dalam setiap aspek kehidupan sehari – hari.
39
I.G.N.Arinton Pudjo ed, Adaptasi Masyarakat di Tempat Yang Baru, Jakarta: P dan K, 1981,hlm.21.
Universitas Sumatera Utara
3.3.Tehnologi Masyarakat
Kemajuan teknologi masyarakat desa Merek tidak terlepas dari faktor pengetahuan masyarakatnya sebab pendidikan merupakan salah satu unsur yang tidak
dapat dipisahkan dari manusia, dan sangat mempengaruhi tingkat kemajuan teknologi. Demikian juga di Merek tegnologi yang sudah ada pada tahun 1975 masih
terus ada sampai tahun 1990. Setelah diamati, teknologi yang dipakai desa Merek pada umumnya masih
bersifat tradisional dan terbuat dari kayu. Disini akan diuraikan beberapa hasil teknologi masyarakat Merek yang masih dipergunakan sampai tahun 1990, antara
lain:
- Gareta bajak Bahannya terbuat dari kayu yang digunakan mengangkut hasil produksi dari
perladangan sawah kerumah atau tempat yang diinginkan masyarakat. Karena pada umumnya perladangan masyarakat dari desa jauh, jadi harus menggunakan gareta
untuk membawa hasil produksi. Dalam menggunakannya diperlukan tenaga binatang seperti Kuda atau Kerbau untuk menarik bajak tersebut.
- Rago Terbuat dari kayu dan memiliki tangkai yang panjang.Setelah sawah selesai
dicangkul bukan berarti sawah tersebut sudah bisa ditanami, tetapi harus dirago untuk lebih meratakan permukaan tanah. Fungsi alat ini adalah agar jari-jari tangan pada
saat menanam padi tersebut tidak sakit.
Universitas Sumatera Utara
- Haor Bahannya terbuat dari kayu. Peralatan ini digunakan setelah selesai panen atau
hasil telah dikumpul. Biasanya padi lebih dulu dikeringkan sebelum dimasukkan kelumbung, pada saat inilah alat ini digunakan untuk meratakan permukaan padi
yang akan dikeringkan diatas tikar agar padi secara merata dapat dikeringkan dan mendapat sinar yang cukup.
- Amak Tikar Ini terbuat dari bayon yang merupakan hasil anyaman penduduk. Hasil
anyaman ini dalam kehidupan sehari-hari disebut dengan istilah “ Amak “. Yang menganyam bayon ini biasanya adalah perempuan. Amak ini dipergunakan dalam
kehidupan mereka untuk mengeringkan padi dan sebagai alas tempat duduk dirumah masing-masing atau di pesta.
- Bahul-bahul Peralatan ini juga terbuat dari bayon, untuk membuatnya juga harus dianyam,
bentuknya seperti ember. Jenisnya ada yang kecil, sedang, dan besar. Alat ini digunakan untuk mamurpur
padi yang telah dipanen. Mamurpur adalah membersihkan hasil panen padi dengan bantuan angin. Selain itu bahul ini juga
digunakan sebagai tempat nasi pada pesta.
Universitas Sumatera Utara
- Lesung Bahannya terbuat dari kayu bulat dan besar yang dibentuk sedemikian rupa
dan ditengahnya dibuat lobang. Alat ini dipergunakan untuk menumbuk padi menjadi beras. Sebagai pasangan lesung ini untuk menumbuk padi disebut andalu. Terbuat
dari kayu yang lurus dan panjang. Dengan melihat beberapa tegnologi diatas dapat diketahui bahwa tingkat
kemajuan masyarakat Merek masih rendah dan sebagian besar kehidupan penduduk belum memakai tegnologi modern.
Universitas Sumatera Utara
3.4. Tingkat Kesehatan Masyarakat