BAB III MASYARAKAT DAN BALAI PENGOBATAN UMUM
3.1. Kehidupan Sehari-hari
Masyarakat Desa Merek merupakan masyarakat tradisional yang menggantungkan kehidupannya pada pertanian. Sehingga perkampungan masyarakat
desa ini di bidang pendapatan tidak menunjukkan adanya perubahan. Hal ini di sebabkan oleh hasil pertanian yang belum memadai dan harga tidak menentu
menjadikan masyarakat desa tetap berada dalam garis kemiskinan. Kemiskinan bagi masyarakat di pedesaan merupakan suatu kenyataan yang
belum dapat dihapuskan. Kemiskinan adalah suatu faktor ekonomi yang memaksa petani mengutamakan penghasilan dari produksi untuk dimakan sendiri. Kemiskinan
mengandung arti yang lebih subsistem dan yang lebih penting dari investasi, dan banyak petani tidak dapat mempertemukannya.
29
Untuk itu mereka harus memperoleh uang melalui pinjaman yang seringkali digunakan untuk menyambung
hidup. Dalam rangka usaha pemerintah melaksanakan tiga program mempercepat
pemulihan ekonomi diantaranya disiapkan bagi peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani. Menko PerekonomianKa.Bulog.Rizal Ramli menyatakan ketiga
program itu terdiri dari:
29
Eric, Wolf, Petani Suatu Tinjauan Antropologi, Jakarta: Rajawali Press, 1983, hlm. 91.
Universitas Sumatera Utara
Restrukturisasi tunggakan Kredit Usaha Tani KUT serta penghapusan bunga
kredit petani.
Ketersediaan pupuk perbaikan mekanisme destribusinya serta menjamin harganya terjangkau oleh petani.
Yang berkaitan dengan syarat-syarat bagi perdagangan gabah dan beras.
Usaha-usaha untuk meningkatkan hasil pertanian khususnya padi dan sekaligus memperbaiki kesejahteraan petani sampai sekarang merupakan problem
yang dilematis. Hal ini karena kurang mantap dan padunya usaha-usaha itu meskipun kita mengetahui bahwa dasar untuk mencapai kemakmuran masyarakat adalah bidang
pertanian yang kuat seiring dengan perkembangan industri.
30
Keadaan penduduk Desa Merek masih jauh dari yang memadai sehingga mendorong masyarakat untuk berdagang. Penghasilan yang bersumber dari pertanian
belum mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Pertanian rakyat mengusahakan di tanah-tanah sawah, ladang, dan pekarangan. Walaupun pekarangan penggunaan hasil
tanaman ini tidak merupakan kriteria, namun pada umumnya sebagian besar hasil pertanian adalah untuk keperluan konsumsi keluarga. Dalam satu tahun petani dapat
memutuskan untuk menanam tanaman bahan makanan atau tanaman perdagangan.
31
Keputusan petani menanam bahan makanan terutama didasarkan atas kebutuhan makan untuk seluruh keluarga petani sedangkan keputusan untuk menanam tanaman
30
Koran Analisa, 17 Februari 2001, hlm.4.
31
Wawancara dengan Loina sinaga, 22 Juni 2007.
Universitas Sumatera Utara
perdagangan didasarkan atas iklim, ada tidaknya modal, tujuan penggunaan hasil penjualan tanaman tersebut dan harapan harga.
32
Kehidupan penduduk Desa Merek sehari-hari diwarnai dengan adanya nilai gotong royong yang merupakan nilai budaya yang berakar dari warisan nenek
moyang. Hal ini telihat pada masa menuai padi, mencangkul sawah, memperbaiki jalan dan acara pesta adat.
Istilah gotong royong dalam kehidupan masyarakat Desa Merek disebut dengan istilah marsiurupan yang berasal dari kata urup yang diartikan bersama.
Istilah ini dapat diartikan dengan tolong menolong yang dilakukan secara timbal balik atau secara bergiliran.
Dalam usaha tani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak-anak petani.
Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang.
Namun usaha tani sekali-kali dapat membayar tenaga kerja tambahan misalnya dalam tahapan penggarapan tanah baik dalam bentuk pekerjaan ternak maupun tenaga kerja
langsung.
33
Peserta marsiurupan ini pada umumnya ditentukan dengan melihat jenis pekerjaan. Umpamanya menanam umumnya dikerjakan oleh kaum wanita, sedangkan
pekerjaan untuk mencangkul dilakukan oleh laki-laki. Tetapi ada juga jenis pekerjaan
32
Mubiarto, Pengantar Ekonomi Pertanian, Jakarta: LP3ES, 1989,hlm.17.
33
Ibid. hlm.123.
Universitas Sumatera Utara
itu dilakukan secara bersama-sama artinya pekerjaan itu dapat dilakukan oleh perempuan maupun laki-lai, misalnya membersihkan padi pada saat memasukkan
padi ke lumbung padi dan pada saat memotong padi. Menurut keterangan masyarakat setempat masyarakat yang tidak turut dalam
bentuk kerjasama ini tidak ada sanksi, karena dilakukan berdasarkan sifat kekeluargaan. Pada umumnya masyarakat tidak ada yang sengaja menghindari diri
supaya tidak ikut. Setiap anggota masyarakat merasa terbeban bila tidak diikutsertakan dalam kegiatan ini terutama dalam adat.
Para petani di desa Merek sebagian tergolong miskin, karena tidak terlepas dari sistem pertanian mereka masih bersifat tradisional, sarana pertanian yang kurang
memadai tidak adanya irigasi hanya mengharapkan hujan turun dari langit. Bila musim kemarau maka tanahnya akan kering dan gersang. Sehingga kadang-kadang
hasil panen kurang menguntungkan, disamping itu pada saat panen juga kurang menguntungkan bila melihat harga dipasaran.
34
Di samping sebagai petani sebagian bekerja sebagai Pegawai Negeri. Selain itu mereka juga mempunyai pekerjaan sambilan, seperti beternak ayam, kerbau, babi
yang semuanya ini diharapkan dapat membantu perekonomian mereka pada saat hasil pertanian kurang menguntungkan. Di dalam ekonomi tradisional terdapat kegiatan
cadangan sambilan masyarakat, pada masa krisis terdapat sumber penghasilan yang dapat menolong yang merupakan sumber jaminan subsistensi yang dapat
mengambang hidup keluarga apabila hasil panennya tidak mencukupi. Adanya
34
Wawancara dengan Jintha Munthe, 22 Juni 2007.
Universitas Sumatera Utara
pilihan itu merupakan suatu elastisitas tertentu kepada masyarakat petani yang merupakan suatu kemampuan untuk mengatasi akibat gagalnya panen.
35
Dalam bidang mata pencaharian mereka juga mengenal buruh tanah yang dimaksudkan seseorang bekerja pada orang lain yang membutuhkan tenaganya
dengan mendapatkan upah. Setelah mereka bekerja dalam satu hari pada lahan pertanian orang lain maka para pekerja tersebut berhak mendapatkan upah yang telah
ditentukan sebelumnya. Upah yang mereka terima biasanya mencapai Rp 10.000 perhari. Upah ini akan berubah harganya setiap tahun. Bila harga untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari naik maka upah pun akan naik juga. Adapun tingkat upah sebagai berikut:
Tabel VIII. Harga Upah Buruh No Tahun
Harga Rp
1 1975-1980
5000-10.000 2 1981-1985
10.000-15.000 3 1986-1990
15.000-20.000
Sumber : Wawancara dengan mantan Kepala Desa Merek, 20 juli 2007.
35
James C. Scoot, Moral Ekonomi Petani: Pergolakan dan Subsistensi di Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES, 1981,hlm.95.
Universitas Sumatera Utara
Mereka biasanya bekerja mencangkul, membersihkan lahan pertanian dan juga pada saat menanam sehingga tidak ada patokan bahwa buruh tani itu harus
perempuan atau laki-laki, tetapi tergantung pada jenis pekerjaan.
36
Pada umumnya petani di desa ini digolongkan atas dua jenis yaitu petani pemilik dan petani penyewa. Diketahui petani pemilik apabila petani yang
mempunyai tanggung jawab penuh terhadap tanaman yang ditanam di lahan yang dimiliki. Tanah ini umumnya merupakan tanah warisan sehingga dalam
kepemilikannya merupakan hak penuh dan mutlak. Umumnya masyarakat Merek adalah petani pemilik karena rata-rata mempunyai tanah yang didapat dari pembagian
harta warisan Petani penyewa adalah petani yang bercocok tanam bukan diatas tanah yang
dimilikinya tetapi berhak dan mempunyai tanggung jawab penuh atas tanaman yang dimilikinya sebelum habis masa pakainya. Munculnya petani penyewa di desa ini
biasanya karena pendapatan kurang memenuhi kebutuhan sehingga harus mencapai jalan lain yang dapat menambah pendapatannya.
37
Bila masyarakat desa Merek memasarkan hasil pertanian, mereka harus pergi kepekan Tigapanah atau Kabanjahe yang berjarak 25 km dari daerah ini dan kadang –
kadang pedagang sayur datang ketempat para petani dan membeli dengan sistem borongan sesuai dengan kesepakatan harga. Hasil panen bisa lebih besar akan tetapi
kemerosotan harga akan menurunkan nilai riilnya. Sejauh pasar menentukan nilai
36
Wawancara dengan Gontur Sinaga, 19 Juni 2007.
37
Wawancara dengan Pangisi Manihuruk, 20 juni 2007.
Universitas Sumatera Utara
hasil panen petani,maka sejauh itu pula ia rawan terhadap ketidakpastian dari mekanisme harga. Di pasar yang kecil dan terbatas, harga dan hasil produksi
cenderung untuk saling mengimbangi. Semakin kecil hasil panen setempat semakin besarlah harga perencanaan unit dan sebaliknya, oleh karena penawaran dan
permintaan pada umumnya di tentukan oleh hasil panen itu sendiri.
38
38
Wawancara dengan Jintha Munthe, 18 Juni 2007.
Universitas Sumatera Utara
3.2. Pola Pemukiman Masyarakat