berobat ke pengobatan tradisional ini seperti yang berpenyakit kusta, sawan, badan yang mati sebelah, muntah darah,campak dan sebagainya.
Prinsip pengobatan tradisional Jasiman ini adalah : 1.Berdoa
2.Usaha 3.percaya
Menurutnya semua yang ada dialambahan baku obat berasal dari Sang Pencipta bukan dari dia. Banyak juga masyarakat yang sudah berobat kerumah sakit namun
tidak sembuh, tetapi bila berobat kepada pengobatan ini maka akan sembuh seperti badan mati sebelah. Namun ada juga penyakit yang tidak sembuh diobatinya
seperti penyakit struk. Satu hal yang menarik dari pengobatan tradisional dibanding pengobatan medis yaitu mengenai penggunaan obat. Bila obat
tradisional semakin banyak obat digunakan atau istilah lainnya over dosis maka penyakit cepat sembuh, namun bila pengobatan medis semakin banyak obat yang
digunakan maka akan over dosis dan berbahaya bagi pasien. Namun demikian ada juga kelemahan pengobatan tradisional ini yaitu tidak bersih dalam
pengobatannya, misalnya bila pasien yang jatuh atau mengalami patah memar maka proses pengobatannya jorok karena obatnya alami, berbeda dengan cara
pengobatan medis yang sudah modern bersih dan simple.
Walaupun pengobatan ini tidak berbau mantra ada juga pantangannya. Pantangan ini adalah pengobatan ini tidak bisa dipromosikan ataupun dijajakan.
Misalnya dibuat pamplet ataupun dibuat surat izinya dipamerkan ke masyarakat. Harus dari mulut ke mulut. Jasiman tidak mau memberikan alasan yang jelas kenapa
tidak bisa dipromosikan.
2. Pengobatan Khusus Wanita
Pengobatan ini dikenal masyarakat khusus untuk mengobati atau membantu para ibu yang melahirkan. Nama ahli pengobatan ini yaitu Sontaimin Sipayung.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat yang ingin berobat harus datang ke rumahnya .Masyarakat menyebut dia sebagai bidan desa. Namun ada juga yang berobat ketempat ini bukan untuk bersalin.
Pengobatan ini menggunakan mantra, bila dia mengobati pasien maka tenggorokannya mengeluarkan bunyi yang aneh. Sontaimin ini bekerja sama dengan
roh yang sudah meninggal. Menurud keyakinanya roh ini datang sendiri kepadanya dan mengajarinya menyembuhkan orang sakit.
45
Pengobatan ini dimulai sejak berkeluarga yaitu tahun 1970. Roh itu ditabalkan orang tuanya kepadanya karena
menurut mereka dia selalu diikut –ikut roh itu dan hendak bersekutu dengan dia. Bila tidak diterima maka Sontaimin akan selalu sakit-sakitan. Hal ini dapat dimaklumi
karena pada masa itu agama belum begitu berperan bagi masyarakat. Memang masyarakat sudah beragama namun dalam pelaksanaanya tidak maksimal.
Sebelum adanya Balai Pengobatan Umum di Merek masyarakat yang tidak memiliki keturunan berobat ke tempat ini dengan harapan akan memperoleh
keturunan. Walaupun BPU sudah ada namun pengobatan ini masih digunakan masyarakat. Dimana masyarakat yang tidak mempunyai keturunan berobat ke Balai
Pengobatan Umum agar bisa mempunyai keturunan, namun tidak berhasil. Tetapi bila berobat ke pengobatan tradisional ini keluarga yang tidak memiliki keturunan
tersebut bisa mempunyai anak. Dari uraian diatas dapat suatu pemahaman bahwa masih ada kelebihan
pengobatan tradisional. Dimana ketika medis tidak bisa mengobati sampai tuntas, maka pengobatan tradisional bisa mengobati. Jadi tidak heran bila sampai tahun 1990
45
Wawancara dengan Sontainim Sipayung, 29 Mei 2007.
Universitas Sumatera Utara
bahkan sampai sekarang ini pengobatan tradisional masih ada dan dipakai masyarakat.
3.6. Balai Pengobatan Umum
Setiap segi pembangunan saling mendukung kemajuan satu sama lain. Juga antara kesehatan dan pembangunan desa secara menyeluruh. Kemajuan ekonomi
mendorong perbaikan gizi yang memperkuat daya tahan. Kemajuan ekonomi juga mendorong perbaikan lingkungan hidup yang mengurangi kejangkitan penyakit.
Rendahnya kejangkitan penyakit dan tingginya daya tahan meningkatkan taraf kesehatan. Taraf kesehatan mendukung daya belajar dan daya kerja, perawatan
kesehatan ibu dan anak merupakan pencipataan daya belajar dan daya kerja di masa depan.
Pengobatan merupakan kegiatan penyelenggaraan kesehatan yang dianggap paling eksplisit yang dilakukan oleh rakyat.
46
Kegiatan ini dilakukan secara sadar untuk memperbaiki keadaan kesehatan yang rusak, dari sakit menjadi tidak sakit.
Untuk menunjang kesehatan masyarakat Merek maka Balai Pengobatan Umum pun didirikan di Merek. Orang yang ditugaskan pemerintah untuk balai pengobatan ini
adalah Mantri Tala Tarigan. Dia datang ke Merek setelah Indonesia merdeka yaitu sekitar tahun 1960. Tempat pertama Balai Pengobatan ini adalah di simpang tiga
Merek yaitu dirumah penduduk yang dimiliki oleh Brigjen Purnawirawan Lahiraja
46
Ibid. hlm. 84.
Universitas Sumatera Utara
Munthe. Tinggal ditempat ini sekitar 5 tahun kemudian pindah kerumah atupun Kantor Busesen karena belum ada tanah yang disediakan oleh pemerintah.
Pada masa ini Tala Tarigan tidak memandang kelas masyarakat. Dia menerima semua golongan masyarakat. Bahkan ada masyarakat yang berbon atau berhutang
kepada Tala Tarigan karena tidak punya uang.
47
Pada masa ini Tala Tarigan bila bepergian selalu menggunakan sepeda. Para pasien yang sakit berobat jalan karena
tempat pasien untuk menginap tidak ada. Sehingga petugas ini datang dan dijemput oleh sipasien. Jenis penyakit yang sering ditanganinya adalah Malaria dan Disentri.
Sebelumnya Tala Tarigan sempat dipindahkan ke Lau Simomo pada tahun 1975. Namun masyarakat meminta dia agar dijemput lagi ke Merek karena petugas ini
sangat baik kepada masyarakat. Pengganti tala Tarigan adalah mantri Panjaitan yaitu pada tahun 1986 sampai tahun 1990.
47
Wawancara dengan Pangisi Manihuruk, 23 Juni 2007.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
PERANAN BALAI PENGOBATAN UMUM 1975-1990
4.1. Pelayanan Terhadap Masyarakat
Pelayanan merupakan hal penting dalam usaha pelayanan jasa terutama dalam usaha penyelenggaraan pelayanan medis bagi masyarakat. Masyarakat sebagai tempat
pemberian pelayanan medis terutama penyembuhan penyakit sangat memerlukan pelayanan yang dapat menambah semangat untuk mendapatkan kesehatannya
kembali. Pelayanan medis menyangkut bagaimana pelayanan yang diberikan para tenaga medis pada saat melaksanakan tugas dalam menjalankannnya. Pelayanan ini
merupakan kunci utama dalam menilai bagaimana pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Pelayanan yang memadai tentunya akan mempengaruhi pola pikir
masyarakat yang menganggap ke pengobatan modern adalah pilihan dalam memelihara kesehatannya ataupun menyembuhkan penyakit di pengobatan modern
adalah hal yang dihindari. Menyadari hal tersebut pelayanan yang diberikan balai pengobatan sangat berpengaruh dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
memelihara kesehatan dan penyembuhan penyakit. Secara umum pelayanan itu dapat digolongkan dalam tiga macam yaitu,
48
48
Azrul azwar, Pengantar Administrasi Kesehatan, Jakarta: Binarupa Aksara, 1996, hlm. 41- 42.
Universitas Sumatera Utara
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yaitu pelayanan kesehatan yang bersifat
pokok, dimana sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
2. Pelayanan kesehatan tingkat dua yaitu pelayanan kesehatan lebih lanjut, telah
bersifat rawat inap untuk menyelenggarakannya telah dibutuhkan tenaga spesialis.
3. Pelayan kesehatan tingkat tiga yaitu pelayanan kesehatan yang bersifat lebih
kompleks dan umumnya diselenggarakan oleh tenaga sub spesialis.
Pada tahun 1975 sampai 1990 Balai Pengobatan hanya dapat memberikan pelayanan pada tingkat satu karena memang belum tersedia sarana untuk jenis
pelayanan tingkat dua dan tingkat tiga. Jadi bila ada masyarakat yang membutuhkan rawat inap akan dibawa ke Puskesmas terdekat atau Rumah Sakit Umum Kabanjahe
dan ada juga yang dirawat di rumah masyarakat sendiri.
49
Usaha yang dilakukan dalam menjalankan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yaitu pendekatan kepada masyarakat oleh pihak medis. Di Merek
pelayanan Balai Pengobatan ke masyarakat yaitu petugas Balai Pengobatan terjun langsung ke masyarakat memberikan penyuluhan bekerjasama dengan petugas yang
diutus dari rumah sakit umum Kabanjahe.
50
Adapun penyuluhan itu seperti penyuluhan posyandu, memberikan susu ke masyarakat, dan mengajari pola hidup
49
Wawancara dengan Gontur Sinaga, 21 Mei 2007.
50
Wawancara dengan sangkut Purba, 23 Juni 2007.
Universitas Sumatera Utara
yang sehat. Mereka juga memperkenalkan TOGA Tanaman Obat Giji Keluarga. Giji seperti sayuran kangkung, bayam, daun ubi, dan sebagainya. Obat seperti kunyit
untuk luka, jahe untuk masuk angin, kencur ditambah garam untuk balita, dan sebagainya.
Pada tahun 80-an untuk menarik perhatian masyarakat pihak BPU melakukan berbagai cara.
51
Adapun usaha yang dilakukan balai pengobatan ini seperti menanam bunga di halaman rumah masyarakat, memberi bibit TOGA kepada masyarakat,
membuat lahan kusus untuk ditanami TOGA kepada masyarakat. Mantri juga mendatangi rumah—rumah keluarga memberikan arahan kesehatan. Menjelaskan
bahwa kesehatan lingkungan tempat tinggal penting untuk menghindari penyakit. Karena pada umumnya masyarakat beternak tidak membuat kandang ternak. Ternak
tinggal di kolong rumah penduduk seperti Babi, Kerbau dan Kuda di pekarangan rumah, dan Ayam di atap rumah. Jadi kebersihan lingkungan tidak terjaga.
Memperkenalkan susu kering yang dibawa saat posyandu. Mereka juga memasak telur dan bubur kacang hijau dan dibagikan ke masyarkat secara rutin sekali dalam
sebulan disaat mengadakan posyandu. Dengan adanya hal tersebut maka masyarakat mulai tertarik dan mau tau tentang kesehatan. Dari tahun 1975 terus terjadi
peningkatan kesehatan sampai tahun 1990.
51
Wawancara dengan Jasem Munthe, 20 Juni 2007.
Universitas Sumatera Utara
4.2. Sikap Masyarakat Desa Terhadap Balai Pengobatan Umum
Mengharapakn partisipasi aktif masyarakat dan mewujudkan kemandirian mengandung konsekuensi bahwa kegiatan kesehatan sebaiknya tidak dalam bentuk
kegiatan yang ditumpangkan dari luar dan asing bagi masyarakat, melainkan merupakan perwujutan dari tanggapan masyarakat atas masalah yang dimengerti oleh
masyarakat dan dilaksanakan dengan cara-cara yang dapat diterima oleh masyarakat.
52
Hambatan yang cukup sering dijumpai adalah masih terdapatnya kesenjangan yang lebar antara kultur tradisional desa dengan kultur modern yang
dimiliki oleh petugas-petugas kesehatan. Selain itu untuk dapat melibatkan masyarakat secara aktif dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan tersendiri.
Melibatkan masyarakat secara aktif berarti memberikan tanggung jawab yang lebih besar kepada masyarakat untuk merumuskan masalah mereka. Yang
dirumuskan dalam kegiatan-kegiatan yang sederhana, yang tidak harus merupakan kegiatan kesehatan, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan perorangan,
keluarga, dan masyarakat menuju perbaikan mutu hidup. Pemberian tanggung jawab yang demikian besar kepada masyarakat yang berarti pula meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk dapat melaksanakan tanggung jawab itu tidaklah mudah. Masyarakat desa tidak bisa disamakan satu dengan yang lain. Situasi antara yang satu
dengan lain, masalah yang dihadapi, persepsi mereka akan kesehatan berbeda. Begitu juga dengan masyarakat Merek yang memiliki situasi, masalah, dan
persepsi mereka berbeda. Penduduk desa bahkan mempunyai penggolongan perkara-
52
Peter Hagel ed., Op.Cit., hlm. 97.
Universitas Sumatera Utara
perkara kesehatan menurut pandangan mereka sendiri dan mempunyai prefensi tertentu untuk berkonsultasi mengenai masalah kesehatan. Masyarakat Merek
sebagian menerima keadaan Balai Pengobatam Umum dan sebagian masyarakat tidak menerima. Masyarakat yang bisa menerima karena memang terbukti Balai
Pengobatan bisa menyembuhkan penyakit. Masyarakat sudah mulai membuat anggaran masing-masing untuk berobat.
Hal ini disebabkan oleh penyakit seperti muntaber atau malaria selalu menyerang. Karena minimnya pengetahuan masyarakat kususnya di bidang kesehatan mereka
menganggap bahwa penyakit ini sudah musiman datang. Apalagi setelah selesai robu- robu pesta tahunan banyak masyarakat yang muntaber karena tidak tau menjaga
pola makanan. Setelah adanya balai pengobatan masyarakat mulai terarah dalam
mencanangkan kesehatan. Namun demikian tidak semua masyarakat secara drastis mempercayai pengobatan medis ini. Pada umumnya yang terkena penyakit cacar
panabur-naburi pergi berobat ke pengobatan tradisional karena tidak semua masyarakat sembuh berobat ke balai pengobatan. Sehingga menurut masyarakat
penyakit itu tidak bisa diobati oleh BPU dan lebih percaya ke pengobatan tradisional. Pada tahun 80-an hampir sama jumlah pasien yang datang ke pengobatan tradisional
dan pengobatan medis.
53
53
Wawancara dengan Sontainim Sipayung, 5 Juli 2007.
Universitas Sumatera Utara
4.3. Peralihan Masyarakat Dari Pengobatan Tradisional ke Balai Pengobatan Umum
Untuk menerima sesuatu hal yang baru dalam hidup membutuhkan waktu agar sesuai dengan yang diharapakan. Begitu juga dengan perubahan bagi masyarakat
Merek dalam mencanangkan kesehatan membutuhkan waktu. Tidak secepat kilat perubahan itu terjadi. Melihat keadaan masyarakat yang masih tradisional dan latar
pendidikan yang rendah maka pemahaman masyarakat akan kesehatan juga kurang. Untuk merubah kebiasaan masyarakat yang percaya akan hal-hal mistik dalam
penyakit juga sulit. Namun secara perlahan-lahan seiring dengan pertambahan waktu demikian masyarakat mulai memperhatikan kesehatan diri dan lingkungan hidup.
Masyarakat mulai mempercayai pengobatan medis secara merata yaitu pada akhir tahun 80-an. Dimana pada masa ini pihak kesehatan melaksanakan
pencanangan kesehatan di sekolah. Yaitu diadakan penyuntikan cacar bagi anak didik di sekolah. Ada masyarakat yag mau menerima penyuntikan ini dan ada juga yang
menolak karena takut akan jarum suntik dan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Pada hari penyuntikan karena ketakutan orang tua maka anaknya tidak diijinkan
sekolah, karena pada umumnya setelah disuntik akan bengkak.
54
Pembengkakan ini memang harus terjadi karena proses obat yang bereaksi bagi tubuh dan
mengakibatkan demam. Jadi karena sebagian orang tua takut anaknya menderita demam maka orang tua membawa anaknya berobat ke pengobatan tradisionl untuk
diobati. Namun walaupun dibawa ke pengobatan tradisional hasil tetap sama karena
54
Wawancara dengan Loina Sinaga, 2 Juli 2007.
Universitas Sumatera Utara
memang sudah diberitahukan mantri akan demam. Kemudian karena takut orangtuapun kembali lagi ke balai pengobatan umum. Petugas BPU atau mantri
memberikan pengarahan dan keterangan kepada masyarakat. Hal ini merupakan salah satu faktor yang membuat masyarakat setempat mulai percaya kepada balai
pengobatan umum. Atas tindakan orangtua yang tidak mau mengijinkan anaknya di suntik maka para guru menyarankan agar mantri langsung datang ke tempat
masyarakat dan pada saat inilah masyarakat mulai mau menerima BPU. Sebenarnya setelah diamati masyarakat yang sulit menerima balai pegobatan
umum karena jarangnya orangtua dulu bersekolah sehingga mereka sulit untuk menerima hal baru dan tidak dimengerti.
Selain itu perubahan drastis dari pengobatan trdisional ke Balai Pengobatan Umum yaitu setelah adanya program yang dicanangkan pemerintah yaitu KB
Keluarga Berencana. Program KB juga diperkenalkan oleh petugas kesehatan ke masyarakat. Dimana sebelumnya dalam satu keluarga memiliki anak yang banyak
seperti enam sampai sepuluh orang. Karena pada orang batak memiliki keyakinan bahwa banyak anak maka banyak pula rejeki yang datang. Ketika program ini
dikenalkan banyak masyarakat yang tidak mau tau. Masyarakat merasa kalau pihak kesehatan terlampau mencampuri urusan keluarga mereka apalagi mengenai jumlah
anak.
55
Secara perlahan-lahan program ini dijalankan oleh masyarakat. Namun demikian masih ada juga keluarga yang memiliki banyak anak. Dimana dalam tradisi
batak setiap keluarga harus mempunyai anak laki-laki sebagai penerus keluarga. Jadi
55
Wawancara dengan Alden Munthe, 24 juni 2007.
Universitas Sumatera Utara
tidak heran bila sebagian keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki ataupun perempuan jumlah anaknya banyak.
Untuk lebih jelasnya bagaimana peralihan masyarakat menggunakan pegobatan medis di masyarakat Merek dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel IX. Tingkat perubahan masyarakat menggunakan balai pengobatan
No. Tahun Pengobatan
Tradisional Balai
Pengobatan Persentase
P.Tradisional Persentase
BPU 1
1975-1980 500 200
50 20
2 1981-1985 300
300 30
30 3
1986-1990 200 500
20 50
Jumlah 1000
1000 100
100 Sumber : Wawancara dengan Gontur Sinaga
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa perubahan masyarakat terjadi secara perlahan dari pengobatan tradisional ke balai pengobatan. Sampai tahun 1990 tetap
juga masyarakat ada yang menggunakan pengobatan tradisional. Namun kebanyakan masyarakat sudah menggunakan balai pengobatan umum untuk kesehatan. Karena
memang tidak bisa dipaksakan kepada seluruh masyarakat untuk beralih ke pengobatan modern, dimana setiap manusia mempunyai hak yang sama di dunia ini.
Universitas Sumatera Utara
4.4. Pengaruh BPU Bagi Masyarakat
4.4.1. Sosial
Sebelum adanya BPU di masyarakat Merek masih terkesan terbelakang. Dimana masyarakat masih percaya akan mistik seperti penyakit yang mereka alami
diyakini yang dibuat-buat oleh masyarakat setempat, sehingga kepercayaan antar masyarakat masih kurang. Setelah adanya BPU maka masyarakat mulai mengerti
akan kesehatan hidup dan apa penyakit yang mereka alami. Balai Pengobatan Umum secara perlahan-lahan memasukkan diri ke tengah-tengah masyarakat dan mengubah
hidup masyarakat khususnya dari segi kesehatan. Terlebih desa ini terletak dipersimpangan yang masyarakatnya beragam suku
seperti batak Toba, Simalungun, dan Karo. Maka rasa saling percaya itu masih kurang. Lambat laun masyarakat mulai saling mengerti dan saling mempercayai
setelah suatu organisasi didirikan. Di desa Merek terdapat organisasi sosial.
56
Organisasi itu adalah Serikat Tolong Menolong yang didirikan pada 1985 oleh masyarakat dan mantri ikut berperan didalamnya. Alasan yang terutama STM ini
dibuat yaitu untuk menghinadari ketidakpercayaan sesama masyarakat terutama karena penyakit yang diiming-imingkan di buat masyarakat sendiri. Masyarakat yang
sudah lama tinggal di desa ini wajib ikut STM, begitu juga dengan masyarakat pendatang. Jadi bila ada penyakait yang dianggap masyarakat aneh maka besar
56
Organisasi sosial adalah satu kesatuan dari individu-individu yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan dalam mencapai tujuan yang diinginkan para anggotanya. Lihat Rex John,
Analisa Sistem Sosial, Jakarta: Bina Aksara, 1985,hlm. 8.
Universitas Sumatera Utara
kemungkinan yang membuat adalah orang yang tidak mau ikut STM. Sehingga seluruh masyarakat ikut serta dalam STM ini dan rasa saling percaya mulai ada.
STM ini terus membudaya sampai tahun 1990 bahkan sampai sekarang. Selain untuk membangun rasa kepercayaan antar masyarakat organisasi sosial ini
juga untuk memenuhi kebutuhan individu yang tergabung dalam organisasi sosial tersebut. Hal ini biasanya akan tampak pada saat peristiwa kemalangan, pesta
pernikahan dan berbagai jenis masalah kehidupan yang menimpa salah satu anggota masyarakat yang tergabung dalam organisasi tersebut. Bila ada suatu pesta atau acara
lainnya maka STM ini ikut ambil bagian dalam menjaga kebersihan seperti memasak, mencuci piring dan membersihkan dapur umum.
Selain itu sistem gotong royong juga dikenal masyarakat Merek. BPU bekerjasama dengan perangkat desa untuk membuat gotong royong yang sebelumnya
sudah dikenal masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan. Gotong royong secara massal diadakan secara rutin yaitu sekali dalam seminggu. Pada akhir tahun
80-an keadaan lingkungan masyarakat Merek sudah terawat. Halaman rumah sudah ditanami bunga dan dipagari yang terbuat dari bambu. Jadi pengaruh BPU bagi
kehidupan sosial masyarakat Merek adalah kearah yang baik.
Universitas Sumatera Utara
4.4.2. Ekonomi
Melalui Serikat Tolong Menolong STM maka dalam ekonomi masyarakat juga berubah. Untuk membangun jalan yang masih sempit dan jelek keperladangan
STM bergotong royong membersihkannya. Setelah jalan selesai maka masyarakat dengan mudah dapat membawa hasil produksi pertanian ke luar dari jalan yang telah
dibersihkan. Dari itu masyarakat semakin semangat bertani karena jalan yang sudah bagus.
57
Semenjak pemerintah membuka penatapan Air Terjun Sipiso-piso pada tahun 80-an masyarakat Merek ada yang berdagang ditempat itu. Masyarakat juga
memelihara kebersihan lingkungan penatapan itu. Para pengunjung ataupun turis ramai disipiso-piso. Jadi karena masyarakat sudah mengerti akan kebersihan maka
mereka mencari nafkah di sipiso-piso seperti berjualan makanan, soupenir-soupenir, dan lain-lain. Masyarakat tidak malu berhadapan dengan pengunjung karena umumya
mereka sudah menjaga kebersihan diri sendiri maupun lingkungan. Pada tahun 1987 di desa Merek mulai ada yang menjual jagung di
persimpangan. Karena tempatnya yang peraktis yaitu lintasan mobil dari Kabanjahe, Sidikalang, dan siantar. Tempat ini menjadi ramai dan bersih jadi para penumpang
ramai membeli jagung yang di rebus ataupun dibakar. Masyarakat yang tadinya malas bekerja menjadi rajin di perladangan. Lahan yang tidak dibuka mulai dikerjai
masyarakat karena jalan-jalan yang sudah dibersihkan.
57
Wawancara dengan Gontur Sinaga, 22 Mei 2007.
Universitas Sumatera Utara
Seiring dengan perkembangan zaman karena lingkungan yang sudah bersih dan semakin ramai maka masyarakat membuka usaha dagang yang rumahnya tepat di
persimpangan. Masyarakat sekitar akhirnya belanja kebutuhan sehari-hari ke Merek. Lama kelamaan setiap hari rabu ada pekan di Merek yang masih ada sampai
sekarang. Semenjak masyarakat mengenal hidup sehat maka dalam ekonomi pun
semakin berkembang. Masyarakat semakin bersemangat untuk menjalankan aktivitas sehari-hari baik itu bertani, berdagang dan lainnya. Perubahan dalam kehidupan
ekonomi yang ada di masyarakat Merek nampak dari pola hidup masyarakat serta keinginan yang didapatkan akibat bertambahnya pendapatan yang diperoleh.
Peralihan pola hidup yang lama berusaha ditinggalkan untuk memasuki pola kehidupan baru yang sedang dijalani.
Universitas Sumatera Utara
4.4.3. Pendidikan
Sarana pendidikan formal sebagai salah satu sarana untuk menuntut ilmu pengetahuan. Sebelum adanya BPU masyarakat belum begitu peduli terhadap
pendidikan atau tidak bersekolah. Setelah BPU ada mereka juga berperan di sekolah. Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat maka pihak kesehatan bekerjasama
dengan guru sekolah. Dimana guru mempunyai peranan yang penting dalam pelaksanaan usaha kesehatan sekolah. Pendidikan kesehatan diberikan kepada murid-
murid sekolah dengan tujuan mengubah kebiasaan yang mungkin ditinjau dari sudut kesehatan dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Pengetahuan kesehatan
lingkungan diberikan pula sebagai pelajaran. Kepada mereka diajarkan membiasakan diri menggunakan air bersih untuk minum, pembuangan sampah yang tidak
menyebabkan sarang lalat, dan sebagainya. Kebersihan lingkungan sekolah mulai terawat. Begitu juga dengan kemauan
anak untuk sekolah sudah tinggi. Siswa yang tinggal kelas berkurang dan siswa semakin giat belajar semenjak kesehatan diajarkan di sekolah. Tingkat pendidikan
dimasyarakat yang awalnya masih minim mulai meningkat. Begitu juga dengan kebersihan anak-anak sekolah mulai meningkat. Para orangtua rata-rata
menyekolahkan anaknya sampai tamat SMU. Masyarakat sadar bahwa pendidikan dan kesehatan sangat penting dan membangun masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan