2.3. Keadaan Penduduk
Penduduk Desa Merek mayoritas etnis batak Simalungun. Walaupun daerah ini adalah daerah perbatasan antara tanah Karo dengan Simalungun asli, penduduknya
tidak menggunakan bahasa Karo atau Simalungun asli. Penduduknya menggunakan bahasa sipituhuta yaitu bahasa Simalungun campuran dengan Batak Toba. Daerah ini
juga dikenal dengan nama Sipitu Huta. Namun demikian penduduk juga mengerti bahasa Karo dan Simalungun asli. Karena merupakan daerah perbatasan terdapat tiga
etnis yang mendiami desa ini yaitu Simalungun, Karo, dan Toba. Disebut Sipitu Huta karena daerah ini adalah salah satu desa dari 7 desa yang
penduduknya sangat kompak, dan dulunya masih satu keturunan.
16
Sipitu Huta yaitu opat iatas, tolu itoru maksudnya adalah 3 desa yang di dataran rendah atau di bawah
yaitu di sekitar Danau Toba seperti Tongging, Kodon-kodon, dan Sibolangit. Opat iatas maksudnya empat desa yang datar di atas permukaan danau toba yaitu Nagara,
Garingging,Pangambatan, dan Partibi. Selama penelitian tidak berhasil mengumpulkan data jumlah kependudukan
secara pertahun. Data yang berhasil diperoleh peneliti adalah data penduduk tahun 1990 yang terdiri dari 1000 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 550 jiwa dan
perempuan sebanyak 450 jiwa. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
16
Wawancara dengan Gontur Sinaga, 21 Mei 2007.
Universitas Sumatera Utara
Tabel II. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin No.
Jenis Kelamin Jumlah Jiwa
Persentase 1.
2. Laki – laki
Perempuan 550
450 55
45 Jumlah
1000 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Merek 1990 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah laki-laki lebih banyak daripada
perempuan. Hal ini disebabkan dalam satu keluarga jumlah anak laki-laki lebih banyak dari perempuan. Selain itu para pendatang kebanyakan laki-laki sebagai
pekerja upahan di masyarakat. Dilihat dari latar belakang penduduk yang mendiami desa Merek merupakan
masyarakat yang homogen yang hanya terdiri dari suku Batak Simalungun yang umumnya bermarga Munthe, Girsang, Manjorang, dan Sipayung. Menurut data
monografi kantor Kepala Desa Merek jumlah penduduk desa ini sampai tahun 1990 berkisar 1000 jiwa atau terdiri dari 200 kepala keluarga. Secara menyeluruh jumlah
penduduk dapat diasosiasikan berdasarkan jenis kelamin, jenis pekerjaan, menurut agama, menurut usia, dan tingkat pendidikan.
Mengenai jumlah pertambahan penduduk Desa Merek tergolong dalam kategori yang cukup tinggi. Ini terbukti menurut data dari Kantor Kepala Desa Merek
Universitas Sumatera Utara
bahwa pada tahun 1980 penduduk Desa Merek hanya berkisar 500 jiwa atau sekitar 100 kepala keluarga.
Berarti dengan melihat gambaran bahwa perkembangan penduduk di daerah ini adalah termasuk tinggi. Hal ini tidak terlepas dari tingkat pendidikan masyarakat
yang masih rendah. Faktor budaya juga ikut mempengaruhi situasi ini. Pada umumnya di masyarakat batak mengenal budaya “ banyak anak banyak rejeki ”.
Dengan bertitik tolak kepada budaya ini mereka mempunyai prinsip bahwa jumlah anak yang banyak akan memberikan banyak rejeki dalam kehidupan.
Untuk lebih mengetahui komposisi penduduk Desa Merek dapat dilihat dalam bentuk tabel di bawah ini :
Tabel III. Komposisi penduduk Menurut UsiaUmur No.
Usia tahun JumlahJiwa
Persentase 1 0-5
102 10,2
2 6-10
89 8,9
3 11-15 101
10,1 4
16-20 95
9,5 5
21-25 98
9,8 6
26-30 59
5,9 7
31-35 99
9,9 8
36-40 91
9,1 9 41-45
112 11,2
10 46-50 105
10,5 11
50 ke atas 49
4,9 Jumlah
1000 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Merek 1990
Universitas Sumatera Utara
Dengan memperhatikan tabel di atas dapat diketahui bahwa lebih kurang 19,1 jumlah penduduk yang berada di bawah umur 14 tahun apabila dibandingkan
dengan jumlah penduduk secara keseluruhan. Dari tabel tersebut dapat dianalisa kembali bahwa jumlah masyarakat yang masih produktif lebih banyak dari yang tidak
produktif. Di bawah ini diterangkan jumlah masyarakat yang produktif dalam tabel :
Tabel IV.Penduduk Yang Produktif No.
Usia tahun JumlahJiwa
Persentase 1
2 3
4 5
6 16-20
21-25 26-30
31-35 36-40
41-45 95
98 59
99 91
112 9,5
9,8 5,9
9,9 9,1
11,2 Jumlah
554 55,4
Adapun jumlah masyarakat yang masih produktif yaitu yang berumur 16-45 tahun. Jadi dengan melihat hal itu tidak heran bila angka kelahiran tinggi. Berarti
program Kelurga Berencana yang dicanangkan pemerintah belum berhasil sepenuhnya.
Kelompok usia 50 tahun ke atas yang jumlahnya 4,9 digolongkan pada usia non produktif. Dilihat dari faktor ekonomis terutama dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari mereka tidak sekuat yang berusia produktif.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Mata Pencaharian Penduduk