Budaya Peranan Balai Pengobatan Umum Dalam Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Merek (1975-1990)

2.5. Kepercayaan

1. Budaya

Sebelum adanya agama yang dikenal sekarang ini masyarakat Merek sudah memiliki kepecayaan sendiri. Adapun kepercayaan itu adalah kepercayaan kepada roh nenek moyang dan kepercayaan dinamisme. Kepercayaan tersebut merupakan kepercayaan yang turun temurun dari para nenek moyang semenjak dulu. Pada masyarakat meyakini bahwa untuk menentukan hari baik, kenyamanan, rejeki, dan lainnya ada sumbernya pada roh-roh nenek moyang yang sudah meninggal. Sebagai perwujutan roh nenek moyang itu ada masyarakat yang dianggap telah menyatu dengan roh yang telah meninggal. Dimana dia dianggap memiliki kekuatan yang bisa mengetahui segalanya. Orang ini dianggap sebagai oppuniari. 21 Orang ini juga dianggap tokoh adat di masyarakat. Bila masyarakat hendak menanam padi maka ada aturan-aturan tertentu yang diberikan oleh oppuniari. Masyarakat menganggap aturan itu merupakan kewajiban yang harus dipenuhi dan membawa berkat bagi masyarakat. Waktu menanam padi ditentukan oleh oppuniari. Bila hari telah ditentukan maka masyarakat akan menanam padi pada hari tersebut. Jadi dalam masyarakat dikenal dua perayaan dalam setahun. Perayaan ini terus membudaya sampai sekarang. Perayaan itu adalah : 21 Yang memiliki hari atau penentu hari bagi masyarakat. Universitas Sumatera Utara

a. Manggokgohi

Manggokgohi adalah perayaan disaat padi sudah tumbuh. Ini merupakan persiapan untuk istrahat dalam menanam padi yaitu menunggu hasil panen. Sebelum merayakannya padi sudah terlehih dulu dibersihkan. Pada waktu mangokgohi masyarakat merayakannya di ladang masing-masing yaitu memasak lemang dan menyiram pasir ke padi yang telah bersih dengan harapan agar padi tersebut dapat menghasilkan seperti yang diharapkan. Menurut masyarakat pasir ini disiram ke padi yaitu bila ada penyakit di padi maka akan mati dan menambah kesuburan tanahnya. Masyarakat juga merayakannya di rumah masing-masing setelah pulang dari ladang.

b. Robu-robu

Umur padi sampai di panen adalah selama enam bulan. Setelah enam bulan padi tersebut di panen. Setelah panen selesai maka dirayakanlah dengan nama robu- robu. 22 Robu-robu atau pesta tahunan diadakan sekali setahun yaitu pada bulan oktober. Karena pada ummnya bulan Oktober panen padi sudah selesai. Perayaan ini dibuat sebagai ucapan syukur kepada roh nenek moyang yang mereka anggap telah memberi kesuburan kepada padi sampai ahirnya di panen. 23 Perayaan ini diadakan selama empat hari. Dua hari sebelum hari ke empat tidak ada lagi kegiatan masyarakat yang ke ladang atau sawah, karena pada hari itu 22 Robu berarti tidak bisa atau pantang. 23 Wawancara dengan Sontainim sipayung, 5 juli 2007. Universitas Sumatera Utara kusus untuk mandurung. 24 Pada hari yang ke tiga masyarakat telah melengkapi semua keperluan untuk pesta. Adapun keperluan itu sperti daging, tepung, gula, kelapa, daun sungkit, dan sebagainya. Pada hari yang ke empat sebagai puncak perayaannya. Hari ini seluruh masyarakat mengadakan acara yang dihadiri oleh tokoh adat, tokoh agama, perangkat desa, serta masyarakat. Untuk memeriahkannya dibuatlah gondang agar masyarakat bisa menari. Saat inilah kepala desa memberikan benih padi yang bagus kepada orang yang lebih dulu menanam padi. Untuk lebih menyemarakkan robu-robu muda-mudi setempat mengundang muda-mudi desa lain. Kemudian para tamu undangan itupun bisa menari bersama muda-mudi setempat dengan syarat harus membayar ke meja panitia yang telah disediakan. Perayaan inipun terus membudaya sampai tahun 1990 bahkan sampai sekarang.

2. Agama