Pandangan Reliji Tradisional Simalungun

Menurut MD. Purba ada delapan nilai kebenaran yang terkandung dalam filosofi Habonaron Do Bona yakni : 1. Berpandangan yang benar 2. berencana beniat yang benar 3. Berbicara yang benar 4. Bekerja yang benar 5. Berkehidupan yang benar 6. Berusaha berkarya yang benar 7. Berprinsip yang benar 8. Berpikiran yang benar. .

3.2 Pandangan Reliji Tradisional Simalungun

Menurut kepercayaan Habonaron Do Bona, Tuhan adalah awal dari segala sesuatu yang ada. Tuhan disebut sebagai Naibata. Tuhan adalah satu . Karena Tuhan adalah awal dari semua yang ada didunia ini, maka dunia beserta seluruh isinya adalah ciptaan Tuhan. Sebagai Pencipta, Tuhan juga menjadi pembimbing, pemelihara dan penyelamat bagi semua makhluk ciptaan-Nya. Karena itulah kekuasaan Tuhan tidak ada batasnya dan Tuhan bisa melimpahkan sebagian kekuasaan-Nya kepada orang-orang suci yang bersih. Kemudian ajaran Habonaron Do Bona mengatakan bahwa manusia adalah diciptakan oleh Tuhan yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Sejak diciptakan, manusia telah dilengkapi dengan roh. Jika roh meninggalkan manusia Universitas Sumatera Utara sementara maka manusia akan sakit, dan jika roh meninggalkan manusia selamanya maka akan meninggal. Roh kemudian hidup kekal di suatu alam kehidupan bersama Tuhan. Roh manusia yang masih hidup disebut sebagai tondi, sedangkan manusia yang sudah mati rohnya disebut sumagot. Selanjutnya makna filosopi Habonaron Do Bona tentang alam mengatakan bahwa alam adalah ciptaan Tuhan. Alam memiliki kekuatan. Dalam alam ini penuh dengan kekuatan-kekuatan gaib, yaitu kekuatan yang berasal dari Tuhan maupun dari arwah leluhur. Ada juga Tugas dan Kewajiban Manusia menurut filosopi Habonaron Do Bona. Manusia adalah ciptaan Tuhan, maka manusia mempunyai kewajiban dalam hidup di dunia ini baik tugas dan kewajiban terhadap Tuhan, sesama maupun terhadap alam. Menurut filosopi Habonaron Do Bona manusia wajib untuk selalu ingat kepada Tuhan dan setiap hari menyembah Tuhan. Pada bulan besar bittang baggal wajib melaksanakan penyembahan kepada Tuhan dan kepada leluhur. Di samping itu ajaran Habonaron Do Bona juga mewajibkan untuk menghormati dan menjiarahi makam leluhur. Upacara menyembah kepada Tuhan tidak terpisahkan dengan upacara-upacara ritual adat. Masyarakat simalungun mengenal bermacam-macam upacara seperti: 1. Upacara daur hidup. 2. Upacara membongkar tulang belulang. Universitas Sumatera Utara 3. Upacara pesta tuan Robu-robu , yaitu upacara berdoa kepada Tuhan dan kepada leluhur untuk memulai suatu usaha seperti bertani agar memperoleh hasil yang memuaskan. 4. Upacara memasuki rumah baru. 5. Upacara menghormati roh leluhur pelindung desa. 6. Upacara menghormati roh suci penjaga desa. 7. Upacara menghormati keramat pelindung. Manusia juga memiliki tugas dan kewajiban terhadap dirinya sendiri, seperti: jujur terhadap diri sendiri, harus tahu malu dan harus tahu diri. Tugas dan kewajiban manusia terhadap sesamanya menurut ajaran Habonaron Do Bona ada dalam bentuk perintah-perintah dan larangan-larangan. Apabila perintah dan larangan tersebut dipatuhi dapat menjadikan ketenteraman dalam masyarakat. Perintah-perintah dan larangan tersebut, adalah sebagai berikut: 1. Menghormati orang tua dan orang lain sesuai dengan tata krama. 2. Menghormati guru. 3. Membantu orang lain. 4. Tidak boleh membunuh sesama manusia, termasuk mengugurkan kandungan. 5. Tidak boleh kawin semarga. 6. Tidak boleh membuat orang lain meneteskan air mata sampai “berwarna kuning”. 7. Tidak boleh meminta-minta. Universitas Sumatera Utara 8. Tidak boleh menyusahkan orang lain. 9. Tidak boleh berbohong. 10. Tidak boleh memaki orang lain. 11. Tidak boleh membungakan uang. 12. Tidak boleh menipu dan mengkhianati orang lain. Menurut ajaran Habonaron Do Bona tugas manusia terhadap alam adalah manusia tidak boleh membunuh tumbuhan dan hewan liar secara sembarangan karena perbuatan ini dapat merusak alam. Alam harus dijaga kelestariannya karena alam memberikan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Rasa syukur dan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berhubungan dengan alam, misalnya dalam berbagai upacara yang dilakukan dalam kegiatan pertanian, dimaksudkan agar alam bersahabat dengan manusia dan memberikan hasil yang memuaskan. Upacara-upacara tersebut diantaranya adalah robu buang boro mendoakan agar padi jangan diserang hama , membere eme mendoakan saat padi sedang bunting , memutik mendoakan saat padi sudah menguning , menutup panjang mendoakan saat padi sudah terkumpul pada suatu tempat dan menutup hobon mendoakan rasa syukur karena seluruh hasil panen telah terkumpul .

3.3 Bersumpah