BAB III FILOSOFI HIDUP MASYARAKAT SIMALUNGUN
3.1 Habonaron Do Bona
Ada suatu pemahaman yang sangat kental pada orang simalungun bahwa Naibata itu Maha kuasa, Maha adil dan Maha benar. Manusia juga dituntut untuk
bersikap benar. Segala sesuatu harus didasarkan pada hal yang benar. Inilah
prinsip dasar dari Filosofi “Habonaron Do Bona” pada masyarakat simalungun.
Falsafah Habonaron Do Bona merupakan filosofi hidup bagi orang simalungun. Habonaron Do Bona artinya adalah “ kebenaran adalah dasar segala
sesuatu”. Artinya masyarakat simalungun menganut aliran pemikiran dan kepercayaan segala sesuatu harus dilandasi oleh kebenaran.
Filosofi Habonaron Do Bona tercatat pertama sekali kurang lebih abad XV dalam pustaka kuno simalungun. “Pustaka Parmungmung Bandar Syah
Kuda”. Bahwa suatu waktu , kerajaan Nagur simalungun mendapat serangan dari kerajaan Samidora Samudera Pasai Terjadi pertarungan sengit antara Sang
MA jadi sebagai putera Mahkota kerajaan Nagur dan putera mahkota kerajaan Samidora yang hendak menguasai kerajaan Nagur. Putera mahkota kerajaan
Samidora ingin menguasai kearajaan Nagur. Karena Sang Ma jadi adalah pihak yang benar jujur dalam peperangan
ini, maka Sang Ma Jadi mendapat pertolongan dari Naibata. Yakni dari langit turun seekor burung Nanggordaha Garuda melerai pertarungan tersebut. Pada
saat burung Nanggordaha melerai mereka terdengar suara seruan sebanyak tiga
Universitas Sumatera Utara
kali yang mengucapkan “ Habonaron Do Bona, Habonaron Do Bona, Habonaron Do Bona “.
Tetapi Putera mahkota Samidora ingin tetap menguasai kerajaan nagur sehingga tidak peduli dengan seruan tersebut. Dia tetap ingin mengalahkan Putera
mahkota kerajaan Nagur. Akhirnya Burung Nanggordaha marah dan membunuh Putera kerajaan Samidora. Akhirnya putera kerajaan Nagurlah yang menang,
sejak saat itulah Habonaron Do Bona menjadi filosofi hidup bagi masyarakat simalungun.
Para orang tua juga selalu menanamkan prinsip Habonaron Do Bona kepada anak cucunya. Harus bijaksana dalam bergaul ditengah masyarakat. Bagi
masyarakat simalungun ada falsafah yang mengatakan “ totik mansiatkon diri, marombow bani simbuei. Artinya cermat bijak membawakan diri dan
mengabdi kepada halayak umum. Sehingga selalu menyenangkan bagi orang lain. Hal inilah yang menjadikan orang simalungun lebih banyak beradaptasi
menyesuaikan diri dengan suku lain. Ini juga yang membuat masyarakat simalungun sering melepaskan identitasnya, hanya untuk menyesuaikan diri
dengan orang disekitarnya. Dari Filosofi “Habonaron Do Bona”, tercermin prinsip – prinsip hidup
masyarakat simalungun. Misalnya kata –kata nasehat dan prinsip hidup dalam bentuk ungkapan, pepatah dan perumpamaan. Habonaron Do Bona menanamkan
kehati - hatian, hidup bijaksana, matang dalam berencana sehinggga tidak terjadi penyesalan dikemudian hari.
Universitas Sumatera Utara
Menurut MD. Purba ada delapan nilai kebenaran yang terkandung dalam filosofi Habonaron Do Bona yakni :
1. Berpandangan yang benar
2. berencana beniat yang benar
3. Berbicara yang benar
4. Bekerja yang benar
5. Berkehidupan yang benar
6. Berusaha berkarya yang benar
7. Berprinsip yang benar
8. Berpikiran yang benar.
.
3.2 Pandangan Reliji Tradisional Simalungun