Pertumbuhan ekonomi Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis Moneter

cepat merespon perubahan suku bunga luar negeri dan masih terbatasnya penanaman modal asing . Dalam pasar volatilitas nilai rupiah yang cukup tajam. Depresiasi nilai tukar dan kenaikan harga BBM pada akhirnya telah menyebabkab peningkatanb inflasi secara signifikan. Dengan perkembangan ini lahju inflasi pada tahun 2005 mencapai sekitar 18. Sementara pada akhir inflasi inti mencapai 9,5.

4.2 Pertumbuhan ekonomi Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis Moneter

Gejolak ekonomi yang terjadi membawa arus pertumbuhan ekonomi yang bergelombang, mengingat banyaknya fenomena yang terjadi dalam dekade terakhir. Pertumbuhan ekonomi di ukur dari Produk Domestik Bruto yang dihitung pertumbuhannya dari tahun ke tahun berdasarkan atas dasar harga konstan. Besar pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh besar PDB tiap tahunnya, tentu saja factor-faktor yang dapat mempengaruhi besar PDB sudah pasti akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pada awal tahun penelitian yaitu tahun 1989 kondisi stabilitas moneter pada saat itu sangat baik, hal ini ditandai dengan indicator ketiadaan ancaman devaluasi, cadangan devisa yang cukup tinggi tingkat inflasi yang rendah dan terkendali, suku bunga yang cenderung menurun, serta kurs rupiah yang relative stabil. Kondisi ini membawa perekonomian Indonesia kea rah yang sangat baik. Terlihat dengan besarnya tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada saat itu yaitu 7,46. Pada tahun 19891990 upaya pemerintah untuk memperkecil angka pengangguran cukup tinggi, untuk itu pemerintah berhasil memobilisasi dana dalam rangka mendorong investasi, dengan perangkat kebijaksanaan deregulasi. Tony Prasetiantono, 2005:65. Angka pertumbuhan ekonomi tiap tahunnya dapat dilihat pada table berikut ini : Tabel 4.1 Laju Pertumbuhan ekonomi Indonesia TAHUN LAJU TAHUN LAJU 1988 5.78 1999 0.79 Universitas Sumatera Utara 1989 7.46 2000 4.92 1990 7.24 2001 3.45 1991 6.95 2002 4.38 1992 6.46 2003 4.78 1993 6.49 2004 5.03 1994 7.59 2005 5.69 1995 4.7 2006 5.5 1996 7.82 2007 6.28 1997 4.7 2008 6.06 1998 -13.13 Sumber : BPS Badan Pusat Statistik , diolah Dari data table di atas maka dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi cenderung naik pada saat sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia. Seperti yang terjadi pada awal tahuh 1988 yaitu pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,78 dan terus naik sampai 1990. Meski turun sebesar 0,92 pada tahun 1991 namun penurunan tersebut masih dapat dimaklumi karena pada tahun 1990-an pemerintah orde baru berusaha untuk mewujudkan repelita dan tujuan pembangunan di mana pemerintah masih mengahadapi banyak kendala dari masyarakat yang masih kurang siap menerima pembangunan, pengangguran dimana, sistem pendidikan dan fasilitas-fasilitas umum yang masih kurang memadai membuat smua terlihat kompleks. Pada tahun 80-an hingga 90-an masyarakat Indonesia mayoritas bekerja di sektor pertanian, oleh karena itu sektor pertanian menjadi penyumbang utama bagi PDB Indonesia pada masa itu. Seiring berjalannya waktu tren itu juga berubah, lambat laun sektor pertanian digeser oleh sektor-sektor lain. Walaupun pada jaman itu sektor pertanian lebih dominan namun sektor tersebut cukup konsisten dalam meningkatkan PDB Indonesia. Pemerintah saat itu sangat mendukung sektor pertanian dengan menggalakkan swasembada pangan dan masih banyak kebijakan-kebijakan yang pemerintah lakukan untuk mendukung sektor pertanian menjadi sektor yang unggulan. Universitas Sumatera Utara Setelah perekonomian Indonesia pulih kembali kesehatannya sejak 1998, pertumbuhan mulai tampak lebih tingggi dari pertumbuhan dalam periode 1982-1987. Dampak periode 1983- 1987 masa lesu dan sulit pertumbuhan PDB idak lebih dari 5 rata-rata per tahun , sedangkan pertumbuhan pada periode 1988-1991 adalah 9 rata-rata pertahun, suatu sektor pertumbuhan paling tinggi dalam dasawarsa 1990. Selanjutnya, pertumbuhan pada tahun-tahun berikutnya dalam dasawarsa 1990 adalah 7,3 rata-rata pertahun dalam periode 1991-1994, 8,2 untuk 1995 dan 7,8 untuk 1996, sedangkan pertumbuhan 1997 menjadi lebih rendah dari yang terjadi dalam 1996, yakni sebesar 7,2 karena terjadi depresi rupiah terhadap dollar AS yang amat dahsyat, sedangkan untuk 1998 pertumbuhan diperkirakan 4. Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terjadi ekspansi ekonomi dalam dasawrsa 1990 hal ini ditandai dengan ekspor komoditi yang di dalam perkembangannya terus menanjak. Menurut data BPS otal ekspor komoditi migas dan non migas terus meningkat yakni US 52,2 milyar , tetapi terhambat pada tahun 1997, hal ini karena terjadinya krisis ekonomi yang melanda perekonomian Indonesia akibat gejolak kurs rupiah yang tidak dapat dihindari. Kesimpulannya, dasawarsa 1990 bagi perekonomian Indonesia adalah dasawarsa untuk mempertahankan pembangunan yang berkesinambungan terus sustainable development dan sekaligus sebaai dasawarsa di dalam menyongsong abad ke-21. Pembangunan yang berkesinambungan atau berkelanjutan diperlukan agar perekonomian Indonesia tidak terperosok pada resesi ekonomi yang mendalam seperti dialami pada dasawarsa 1980. Syarat keberhasilan sustainable development adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi, terciptanya pemerataan-keadilan dan lingkungan hidup yang lestari dan terlindungi. Pada paruh kedua dasawarsa 1990 krisis ekonomi yang sangat dahsyat melanda perekonomian Indonesia sumbernya dibagi dalam 3 kelompok yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Faktor Eksternal Faktor eksternal dipandang sebagai pemicu terjadinya krisis ekonomi dalam negeri secara luas. Devaluasi Baht dalam bulan juli 1997 telah memicu kegoncangan kurs mata uang ASEAN dan Negara-negara Asia Timur. Indonesia terkena devaluasi terparah dari devaluasi Baht. Kegoncangan kurs mata uang di kawasan Asia Tenggara dan Timur adalah cermin krisis keuangan di Asia Timur terutema sebagai akibat pergeseran kapital internasional jangka pendek uang sulit dikendalikan kebijakan ekonomi masing-masing Negara di Asia Timur. Kurs mata uang yang terus-menerus melemah akan meyebabkan pelarian capital Capital Flight. 2. Faktor Internal Melemahnya kurs rupiah terus menerus selama 18 bulan sejak juli 1997 telah membuka tabir kelemahan perekonomian Indonesia. Ganasnya tindakan KKN di Indonesia yang semakin tidak terkendali ,kegiatan perekonomian semakin tidak efisien di sektor public maupun di sektor swasta. Inefisiensi dimana-mana pemerintah ,BUMN dan perusahaan swasta menandakan adanya salah urus mismanagenment disebagian besar dunia bisnis dan pemerintah. Akibatnya utang luar negeri pemerintah maupun swasta semakin banyak bertumpuk dan terutama swasta semaki tidak mampu melunasi utang dan bunganya. 3. Krisis Kepercayaan Krisis kepercayaan telah memperkuat krisis yang sudah ada. Akibatnya investor asing secara mendadak memindahkan kepitalnya ke luar negeridan modal dalam negeri juga banyakmdilariokan ke luar negeri. Sebab apabila risiko di dalam negeri kerawanan Universitas Sumatera Utara dan ketegangan semakin tinggi, tidak mustahil arus modal yang tadinya banyak masuk, secara mendadak berbalik lari ke luar negeri akibatnya akan memperlemah kurs rupiah . Iklim bisnis yang sehat dan kompetitif kyrang tampak pada rejim orde baru. Praktik diskriminasi dalam bisnis menyolok sekali. Banyak konsensi diberikan kepada gru-grup bisnis tertentu termasuk bisnis keluarga dan pemberiannya tidak transparan seperti konsesi kehutanan, telepon, dan infrastruktur lainnya. Proteksi khusus diberikan untuk melindungi industry mobil, pesawat terbang, kapal laut, petrokimia, dan lain sebagainya. Ketidakpercayaan masyarakat dan bahkan dendam rakyat kepada rejim orde baru yang tampak pada saat itu mengharuskan pemerintah segera melakukan reformasi hukum , politik, dan ekonomi. Sofyan, 2000:69. Tabel 4.2 Indikator Perekonomian Indonesia Sejak Krisis 1998 Indikator 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Pertumbuhan PDB riil - 13,1 0,8 4,9 3,8 4,3 4,9 5,1 5,7 5,5 6,3 6,0 PDB Nominal miliar US 96 140 166 164 200 239 258 287 364 433 497 PDB per kapita US 977 694 742 697 984 1117 1191 1308 1641 1925 2183 Pertumbuhan Ekspor -8,6 -0,4 27,7 -9,3 5,0 8,4 12,0 19,7 17,7 13,2 7,0 Pertumbuhan impor -34,4 -12,2 39,6 -7,6 15,1 10,9 27,8 24,0 5,8 22,0 12,0 Neraca Perdagangan milliar US 21,5 24,7 28,6 25,4 23,5 24,6 21,2 28,0 39,7 39,6 39,1 Transaksi Berjalan PDB 4,3 4,1 4,8 4,2 3,9 3,4 1,1 0,1 3,0 2,5 1,6 Universitas Sumatera Utara Dari tabel di atas dapat kita lihat Indikator-indikator ekonomi makro yang mengalami perbaikan setelah masa krisis terlewati meskipun masih harus kerja keras lagi karena hasil ini masih belum memuaskan. Terlihat sekali bahwa pertumbuhan PDB riil pada tahun 1998 adalah negatif yaitu -13,1 namun hal ini dapat dimaklumi karena pada tahun sebelumnya yaitu tepatnya pertengahan 1997 Indonesia mendapat goncangan yang sangat dahsyat dalam perekonomiannya yang berdampak pada semua system yang di Indonesia. Namun selanjutnya pada tahun 1999 pertumbuhan naik menjadi 0,8. Gambar 4.1 Grafik Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan pada tahun 1999 masih sangat lambat karena pengaruh krisis masih sangat terasa pada saat itu, dimana sendi-sendi penggerak perekonomian tumbang dan perlu waktu untuk memulihkannya kembali. Namun demikian pada tahun 2002 kinerja ekonomi Indonesia mengalami perbaikan, paling tidak dilihat dari laju pertumbuhan PDB. Seperti yang ditunjukkan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 Laju Pertumbuhan … Universitas Sumatera Utara oleh abel 4.2 pada tahun 2002 PDB Indonesia tumbuh 4,3 dibanding 3,8 pada tahun sebelumnya, dan kemajuan ini berlangsung terus hingga akhir periode tahun 2004 mencapai 5,1. PDB nominal meningkat dari 164 miliar dolar AS tahun 2001 menjadi 258 miliar dolar AS pada tahun 2004. Demikian juga pendapatan per kapita meningkat dengan presentase yang cukup besar dari 697 dolar AS ke 1.191 dolar AS dari 2002 hingga akhir 2004. Kinerja ekspor juga membaik dengan pertumbuhan 5 tahun 2002 dibanding -9,3 tahun 2001, dan terus naik hingga mencapai 12 tahun 2004. Namun demikian, neraca perdagangan NP, yakni saldo ekspor X – impor M barang, maupun transaksi berjalan TB, sebaai presentase dari PDB mengalami penurunan. Perkembangan perekonomian di Indonesia sangat dipengaruhi oleh faktor politik, pada bulan- bulan pertama pemerintahan SBY dan demokrasi, rakyat Indonesia, pelaku usaha luar dan dalam negeri maupun Negara-negara donor serta lembaga-lembaga dunia seperti IMF, Bank Dunia dan ADB sempat optimis bahwa kinerja ekonomi Indonesia 5 tahun ke depannya akan jauh lebih baik disbanding masa pemerintahan sebelumnya. Dan hal tersebut terbukti dengan adanya peningkatan pertumbuhan PDB dari tahun ke tahun hingga tahun 2008, diikuti dengan peningkatan indikator lainnya seperti pertumbuhan ekspor, impor, neraca perdagangan dan transaksi berjalan. Namun pada tahun 2005 neraca perdagangan mengalami penurunan sebesar 1 pada tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan adanya kenaikan harga BBM di pasar internasional dari 45 dolar AS per barrel awal tahun 2005 menjadi 70 dolar per barrel awal Agustus 2005 yang sangat tidak menguntungkan Indonesia. Tingginya impor BBM menguras cadangan devisa Indonesia apalagi dengan harga yang melambung tinggi akibatnya pemerintah membuat suatu keputusan yang sangat tidak populis yakni mengurangi subsidi BBM, yang membuat harga BBM di pasar meningkat tajam.Tentu saja dampaknya sangat terasa oleh Universitas Sumatera Utara masyarakat kecil dan industry rumah tangga yang mengandalkan banyak BBM dalam produksinya dan kemudian Harga-harga barang menjadi mahal. Namun hal itu tidak membat perekonomian menjadi terpuruk, buktinya pada tahun 2006 dan 2007 TB mengalami kenaikan yaitu masing-masing 3,0 dan 2,5. Namun pada tahun 2008 dunia dilanda krisis global yang bermula dari Amerika Serikat yang berdampak pula bagi pereknomian Indonesia meskipun diprediksi idak separah krisis yang terjadi 10 tahun yang lalu, akibatnya pertumbuhan ekonomi turun sebesar 0,3 dan Transaksi berjalan turun sebesar -36 menjadi 1,6 dari 2,5 pada tahun 2007 Tulus tambunan, 2009 :32.

4.3 Perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia