biasanya kadar air akan turun menjadi 0,25 dan kadar kotoran menjadi sekitar 0,01 .
Sludge separator berfungsi untuk mengutip kembali minyak yang terkandung dalam sludge. Untuk memaksimalkan efisiensi pengutipan, sludge yang akan
disentrifugasi harus bebas dari serabut dan untuk memperpanjang umur nozzle, sludge bebas dari pasir. PT.Perkebunan X,1993
Perbandingan sifat antara minyak kelapa sawit sebelum dan sesudah dimurnikan dapat dilihat pada Tabel 2.2
Sifat Minyak Sawit Kasar
Minyak Sawit Murni Titik Cair
o
C : Awal Akhir
Bobot jenis 15
o
C Indeks bias D 40
o
C Bilangan Penyabunan
Bilangan Iod Bilangan Reichert Meissl
Bilangan Polenske Bilangan Krichner
Bilangan Bartya 21-24
26 – 29 0,859 – 0,870
36,0 – 37,5 224 -249
14,5 – 19,0 5,2 – 6,5
9,7 – 10,7 0,8 – 1,2
33 29,4
40,0 -
46 – 49 196 – 206
46 – 52 -
- -
- S. Ketaren, 1986
2.2.7 Pemisahan Biji dan Kernel
Proses pemisahan biji-serabut dari ampas pengempaan bertujuan terutama untuk memperoleh biji sebersih mungkin. Kemudian, pemisahan biji dari gumpalan –
Universitas Sumatera Utara
gumpalan ampa pengempaan sangat dipengaruhi oleh proses sebelumnya. Jika prosess pemisahan serabut tidak menghasilkan biji yang bersih maka sebab – sebab utamanya
adalah sebagai berikut: a. Perebusan kurang baik sehingga biji sukar lepas dari serabut.
b. Pengadukan yang kurang baik menyebabkan buah kurang tercacah sehingga serabut masih melekat pada biji.
c. Ampas pengempaan tidak cukup kering karena kondisi buah kurang bagus, tekanan pengempaan kurang mencukupi, panambahan air kurang banyak pada
saat pengempaan. d. Pemuatan atau pengisian alat pemisah biji-serabut dengan ampas melebihi
kapasitasnya. e. Daya kipas yang tidak cukup dan tidak sesuai dengan alat pemisah.
f. Kotoran – kotoran berat, seperti batu, kerikil, dan lain – lain yang memperkecil kapasitas alat pemisah.
g. Kebersihan alat tidak terpelihara sehingga mempengaruhi hasil kerja. Minyak sawit dapat dipakai dalam berbagai jenis makanan, terutama dalam
pembuatan margarin atau minyak goreng atau lemak – lemak dalam pembuatan roti dan kue.Dalam margarin misalnya kandungan minyak bumi dapat mencapai 20 .
Minyak kelapa sawit CPO yang disimpan akan mengalami penurunan mutu jika tidak ditangani dengan tepat, terutama karena terjadinya reaksi oksidasi dan
hidrolisis. Kerusakan yang terjadi pada minyak dapat disebabkan oleh beberapa
Universitas Sumatera Utara
faktor, seperti absorbsi bau dan kontaminasi, aksi enzim, aksi mikroba, dan reaksi kimia.
1. Absorbsi Bau dan Kontaminasi Salah satu kesulitan dalam penanganan dan penyimpanan bahan yang
mengandung minyak lemak yaitu usaha menncegah pencemaran bau dan kontaminasi dari alat penampung. Hal ini karena minyak lemak dapat mengabsorpsi
zat menguap atau bereaksi dengan bahan lain. Adanya absorpsi dan kontaminasi dari wadah ini akan menyebabkan perubahan pada minyak, sehingga akan menghasilkan
bau tengik sehingga akan menurunkan mutu minyak.Proses absorpsi dan kontaminasi dari tempat penyimpanan dapat dihindari dengan pemakaian bahan yang sesuai.
2. Aksi Enzim Biasanya, bahan yang mengandung minyak lemak mengandung enzim yang
dapat menghidrolisis. Jika organisme dalam keadaan hidup, enzim dalam keadaan tidak aktif. Sementara organisme telah mati maka koordinasi antarsel akan rusak
sehingga enzim akan bekerja dan merusak minyak. Indikasi dari kerja enzim dapat diketahui dengan mengukur bilangan asam.
Adanya aktivitas enzim akan menghidrolisis minyak sehingga menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Kandungan asam lemak yang tinggi akan
menghasilkan bau tengik dan rasa yang tidak enak. Asam lemak bebas juga dapat menyebabkan warna gelap dan proses pengkaratan logam. Untuk mengurangi aktivitas
enzim ini, bisa diusahakan dengan penyimpanan minyak pada kondisi panas, minimal 50
o
C.
Universitas Sumatera Utara
3. Aksi Mikroba Kerusakan minyak oleh mikroba jamur, ragi dan bakteri biasanya terjadi jika
masih terdapat dalam jaringan. Namun, minyak yang telah dimurnikan masih mengandung mikroba yang berjumlah makimum 10 organisme setiap gramnya.
Kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh mikroba antara lain produksi asam lemak bebas, bau sabun, bau tengik, dan perubahan warna minyak.
4. Reaksi Kimia Kerusakan minyak kelapa sawit yang memiliki pengaruh yang besar yaitu
kerusakan karena reaksi kimia, yaitu hidrolisis, oksidasi, polimerisasi. Dalam rekasi hidrolisis, minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Hal ini akan
merusak minyak dengan timbulnya bau tengik. Untuk mencegah terjadinya reaksi hidrolisis, kandungan air dalam minyak harus diusahakan seminimal mungkin.
Reaksi hidrolisis minyak : O
CH
2
O C R1 CH
2
OH O O
CH O C R2 + 3H
2
O CH OH + 3 R C O OH
CH
2
O C R3 CH
2
OH Minyak Trigliserida Gliserol Asam Lemak
Universitas Sumatera Utara
Reaksi oksidasi akan menghasilkan senyawa aldehida dan keton, dan senyawa dapat menimbulkan ketengikan. Pengaruh lain akibat oksidasi yaitu perubahan warna
karena kerusakan pigmen warna, penurunan kandungan vitamin, dan keracunan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghambat reaksi oksidasi yaitu dengan
pemanasan 50 – 55
o
C yang mematikan aktivitas mikroorganisme. Reaksi polimerisasi merupakan penggabungan satu molekul dengan molekul
yang lain sehingga membentuk molekul yang lain yang lebih besar dengan berat molekul yang lebih besar. Polimerisasi pada minyak merupakan kelanjutan dari proses
oksidasi dan pemanasan. Polimer yang terbentuk memiliki titik cair yang lebih tinggi dari trigliserida. Jika disimpan dalam temperatur kamar, polimer akan membentuk
kristal – kristal halus yang sukar larut dalam minyak. Jika polimerisasi berlanjut terus akan terbentuk bahan yang mengendap.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Metodologi 3.1.1 Sampel
- Sludge dari pemisahan sludge pada kecepatan rendah - N-Heksan
- Kapas bebas minyak - Air Kran
3.1.2 Peralatan
- Ember plastik - Neraca analitik
- Labu alas - Soklet
- Cawan - Oven
- Timbel - Selang
Universitas Sumatera Utara