Proses Pemurnian Pemurnian Minyak Clarifier .1 Tujuan Pemurnian

2.2.6.2 Proses Pemurnian

Minyak hasil pengempaan dapat dirinci sebagi berikut: a. Campuran minyak dengan air Campuran yang unsurnya minyak dan air terbagi tidak terlalu halus sehingga dengan cepat dan mudah dipisahkan. Minyak dalam campuran ini disebut minyak bebas karena tidak mempunyai afinitas apapun dengan air yang mengelilinginya. Minyak dari campuran jenis ini bila dibiarkan akan segera terpisah diatas lapisan air yang mengendap. b. Campuran homogennya antara butir air dan minyak Campuran ini terbagi sangat halus. Dalam keadaan demikian, kedua unsur merupakan emulsi yang stabil. c. Emulsi air – minyak Emulsi ini dapat dihindari dengan menjaga viskositas yang tepat pada temperatur 80 – 90 o C . d. Emulsi minyak – air Jika integrasi minyak dalam air jauh sehingga diperoleh emulsi yang stabil. Namun telah diketahui bahwa tanpa intregasi minyak dalam air yang intensif, emulsi stabil dapat terbentuk dengan adanya emulgator yang aktif. Asam lemak, zat lendir, serat halus, serta sisa sel merupakan emulgator atau stabilisator sehingga dapat menjadi emulsi hidup. Universitas Sumatera Utara Ada tiga metode dalam pemurnian minyak kasar, yaitu metode pengendapan, metode pemusingan, dan metode pemisahan biologis. A. Metode Pengendapan Pada metode ini, pemisahan minyak dan air terjadi karena pengendapan bagian yang lebih berat. Minyak berada di lapisan atas karena berat jenisnya lebih kecil. Jika minyak kasar yang ditampung di dalam tangki dibiarkan, isi tangki akan mengendap dan terbentuk beberapa lapisan sesuai dengan berat jenis dari fase yang terkandung dalam minyak kasar tersebut. Lapisan pertama merupakan lapisan minyak yang masih mengandung butir – butir air dan zat pengotor lainnnya dengan kadar 99,0 minyak, 0,75 air, dan 0,25 zat padat. Lapisan kedua merupakan lapisan air yang mengandung minyak dalam bentuk terhomogenisir. Lapisan ketiga merupakan fase yang mengandung zat organik padat serta emulsi minyak – air. Minyak dengan kandungan tersebut belum memenuhi standar kualitas jual sehingga harus diproses lebih lanjut untuk menurunkan kadar air dan zat padatnya. B. Metode Sentrifus Metode pemisahan dengan pemusingan dengan mesin putaran tinggi digunakan untuk memisahkan cairan – cairan yang mempunyai fase yang berbeda, mempunyai berat jenis berbeda, dan benda padat yang terkandung didalamnya. Fase yang lebih besar akan mendapat gaya sentrifugal yang lebih besar sehingga akan terlempar lebih jauh kebagian luar sumbu putar. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian pemusingan dapat digunakan dalam berbagai proses untuk pemisahan cairan – cairan atau antara cairan dengan bahan padat yang terkandung di dalamnya. C. Metode Biologis Pada industri pengolahan minyak sawit, fat fit bukan suatu alat untuk proses mendapatkan minyak tetapi pada bak ini masih dapat dikutip minyak dengan lebih dahulu menganalisa asam lemak bebasnya. Yang dimaksud dengan pemisahan biologis adalah pengutipan minyak yang dilakukan fat pit tempat penampungan sludge minyak. Minyak yang diperoleh dari fat pit ini sebagian terjadi karena peristiwa pengendapan dan sebagian lagi karena proses biologis, yaitu terjadinya pemecahan molekul – molekul minyak sebagai akibat fermentasi. Minyak yang diperoleh dari fat pit selanjutnya dikembalikan ke tangki minyak kasar tangki minyak kasar, sedangkan sisa lumpur dan air dialirkan ke kolam limbah. Pahan, 2006 Walaupun dilakukan pengutipan minyak semaksimal mungkin, tetapi pada sisa lumpur dan air yang dialirkan ke kolam limbah tersebut, masih saja ada minyak yang terikut. Minyak yang ikut ke kolam limbah ini dihitung dengan kerugian losses. Untuk memisahkan atau mengutip minyak yang masih terkandung pada sludge, sludge diproses pada sludge separator. Cairan sludge dimasukkan ke alat pemisah sludge sludge separator untuk dikutip minyaknya. Akibat gaya sentrifugal, minyak yang berat jenisnya lebih kecil bergerak menuju poros dan terdorong keluar melalui sudu-sudu disc ke ruang pertama tangki pisah settling tank. Cairan dan ampas yang memiliki berat jenis lebih berat dari minyak terdorong ke bagian bowl dan Universitas Sumatera Utara keluar melalui nozzle. Padatan yang menempel pada dinding bowl dicuci secara manual atau otomatis. Minyak dan inti sawit yang diperoleh dari pemisahan belum siap dipasarkan, yaitu belum siap untuk dipasarkan, yaitu belum memiliki spesifikasi kadar air dan kadar kotoran yang ditentukan. Minyak sawit masih harus melalui pemurnian dan pengeringan, dan inti sawit melalui pengeringan dan pemilihan atau pemungutan kotoran. Didalam sludge masih banyak zat – zat lain selain dari minyak yaitu sisa – sisa daging buah, air dan macam – macam mineral. Minyak di dalam sludge masih berkisar 3,5 - 5 . Untuk mengambil minyak sisa didalam sludge, maka diolah kembali oleh alat pemisah lumpur minyak sludge separator. Abdul Karim,2001 Sludge yang masuk ke dalam alat sentrifus terdiri dari bahan mudah menguap 80 – 85 , bahan padatan bukan minyak NOS 8 – 12, dan minyak 5 – 10. Komposisi sludge yang keluar dari tangki sludge dipengaruhi oleh : a. Jumlah air pengencer yang digunakan. b. Perlakuan sebelumnnya. Hal ini menyangkut efisiensi alat yang digunakan. c. Pemakaian ayakan getar yang berfungsi untuk memisahkan lumpur dan pasir yang terdapat dalam cairan sehingga kemampuan sludge separator untuk memisahkan minyak semakin tinggi. Ponten, 1996 Minyak yang dikutip dari tangki pengendapan masih mengandung sekitar 0,5 air dan sejumlah kotoran. Ini dipisahkan dengan sentrifus berputaran tinggi, Universitas Sumatera Utara biasanya kadar air akan turun menjadi 0,25 dan kadar kotoran menjadi sekitar 0,01 . Sludge separator berfungsi untuk mengutip kembali minyak yang terkandung dalam sludge. Untuk memaksimalkan efisiensi pengutipan, sludge yang akan disentrifugasi harus bebas dari serabut dan untuk memperpanjang umur nozzle, sludge bebas dari pasir. PT.Perkebunan X,1993 Perbandingan sifat antara minyak kelapa sawit sebelum dan sesudah dimurnikan dapat dilihat pada Tabel 2.2 Sifat Minyak Sawit Kasar Minyak Sawit Murni Titik Cair o C : Awal Akhir Bobot jenis 15 o C Indeks bias D 40 o C Bilangan Penyabunan Bilangan Iod Bilangan Reichert Meissl Bilangan Polenske Bilangan Krichner Bilangan Bartya 21-24 26 – 29 0,859 – 0,870 36,0 – 37,5 224 -249 14,5 – 19,0 5,2 – 6,5 9,7 – 10,7 0,8 – 1,2 33 29,4 40,0 - 46 – 49 196 – 206 46 – 52 - - - - S. Ketaren, 1986

2.2.7 Pemisahan Biji dan Kernel