Pendekatan yang pernah muncul dalam “Dasawarsa PBB untuk Perempuan”.

xxvii

2.2. Pendekatan yang pernah muncul dalam “Dasawarsa PBB untuk Perempuan”.

Moser dalam Saptari,1997:160-161 menjelaskan berbagai pendekatan yang pernah muncul dalam “Dasawarsa PBB untuk Perempuan”. Pendekatan Kesejahteraan Pendekatan ini didasarkan atas tiga asumsi, yaitu: 1 perempuan sebagai penerima pasif pembangunan. 2 Peran keibuan yang merupakan peranan yang paling penting bagi perempuan di dalam masyarakat, 3 Mengasuh anak yang merupakan peranan perempuan yang paling efektif dalam semua aspek pembangunan ekonomi Pendekatan ini dititikberatkan pada peran reproduktif perempuan dan menempatkan perempuan di arena pribadi, sementara lelaki dipandang sebagai kelompok masyarakat yang aktif dalam arena publik. Pendekatan kesejahteraan ini banyak mendapat kritikan karena lebih banyak menempatkan perempuan sebagi ibu dan ibu rumah tangga Housewife yang cenderung menciptakan ketergantungan. Pendekatan Kesamaan Pendekatan ini mengakui bahwa perempuan merupakan partisipasipan aktif dalam proses pembangunan yang mempunyai sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui kerja produktif dan reproduktif mereka walaupun sumbangan tersebut Universitas Sumatera Utara xxviii seringkali tidak diakui. Dengan mengakui sumbangan ekonomi pereempuan, pendekatan ini melawan ketaksejajaran perempuan terhadap lelaki. Pendekatan Anti Kemiskinan Pendekatan ini lebih menekankan pada upaya menurunkan ketimpangan pendapatan antara perempuan dan lelaki. Pendekatan antikemiskinan untuk perempuan menitikberatkan pada peranan produktif mereka , atas dasar bahwa penghapusan kemiskinan dan peningkatan keseimbangan pertumbuhan ekonomi membutuhkan peningkatan produktivitas perempuan pada rumah tangga yang berpendapatan rendah. Pendekatan Efisiensi Disini tekanan telah bergeser dari perempuan ke pembangunan dengan asumsi bahwa peningkatan partisipasi ekonomi perempuan di Negara Dunia Ketiga secara otomatis berkaitan dengan peningkatan kesamaan. Perubahan ini khusunya terjadi di Amerika Latin dan Afrika, dimana masalah-masalah resesi ekonomi diakibatkan jatuhnya harga barang eksport dan beban utang. Hingga tenaga kerja yang “tidak efisien” dihapuskan. Perubahan tersebut mengakibatkan meningkatnya tenaga kerja perempuan yang tidak diupah dan perempuan menciptakan sendiri pekerjaan di sektor informal . Pendekatan Pemberdayaan Empowerment approach Pendekatan ini berasumsi bahwa untuk memperbaiki posisi perempuan, beberapa intervensi dari atas, tanpa disertai upaya untuk meningkatkan kekuasaan Universitas Sumatera Utara xxix perempuan dalam melakukan negoisasi, tawar menawar dan untuk mengubah sendiri situasinya, tidak akan berhasil. Pendekatan ini berpusat pada upaya penghapusan subordinasi perempuan. Pendekatan pemberdayaan bukan berarti pendekatan untuk mengambil kekuasaan secara politis namun lebih ditekankan pada suatu usaha untuk mengubah corak “kekuasaan” itu sendiri kea rah yang lebih adil. Pendekatan ini berpusat pada upaya penghapusan subordinasi perempuan. Ini berarti kesamaan hak ekonomi peluang untuk menguasai sumberdaya produktif, persamaan upah untuk kerja yang sama, hak-hak resmi yang tidak diskriminatif mengenai perkawinan, perceraian, warisan, hak atas anak serta hak milik. Pendekatan yang dipakai oleh Aisyiyah dalam tujuan organisasinya adalah Pendekatan Pemberdayaan, karena Aisyiyah bukan organisasi yang ingin mengambil kekuasaan atau pengakuan bahwa perempuan lebih baik dari laki-laki, namun Aisyiyah berusaha untuk memperbaiki posisi perempuan dan meningkatkan kemandirian perempuan. Upaya nyata menjamin hak–hak mendasar perempuan, PBB telah menetapkan konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan Convention on the Elimination of all forms of Discrimination Againts Women atau CEDAW tahun 1979 dan Indonesia meratifikasinya melalui UU RI No.7 Tahun 1984. Pasal – pasal dan rumusan CEDAW dengan tegas menjamin persamaan hak antara perempuan dengan laki-laki yakni : pasal 7 hak berpolitik , pasal 9 hak kewarganegaraan, pasal 10 hak mendapatkan pendidikan, pasal 11 ketenagakerjaan, pasal 15 hak ekonomi atas Universitas Sumatera Utara xxx tunjangan keluarga dan mendapat pinjaman bank dan kredit permodalan, persamaan hak di depan hukum dan pasal 16 persamaan hak semua urusan perkawinan dan kekeluargaan. Sihite,Romany, 2007:178-179. Dengan diratifikasinya Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan , berarti setiap Negara yang meratifikasinya telah mengikatkan diri dan mempunyai kewajiban menyusun berbagai peraturan untuk menghapus diskriminasi terhadap perempuan. Cita-cita besar tidak cukup hanya berorganisasi saja tetapi juga diikuti dengan berjejaring agar lebih besar seperti pandangan Mao Tze Tung dalam sebuah tulisannya Tzen Po Ta “Desa mengepung Kota : dari revolusi Demokrasi ke Revolusi Sosialisme. Satu dari dua kesalahan dalam sejarah 10 tahun perjuangan Partai Kaum Buruh dan Petani Tiongkok yang digolongkan sebagai kesalahan oportunis kiri yaitu “berjuang saja dan tidak berserikat. Oleh karena itu Mao menjelaskan bahwasanya dua spectrum berjuang dan berserikat adalah dua hal yang sangat mutlak dilakukan.Pristiwati,2004:17 Sejak berdiri, Aisyiyah telah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar negri. Pada tahun 1928, Aisyiyah menjadi salah satu pelopor berdirinya badan federasi organisasi wanita Indonesia yang sekarang dikenal dengan nama Kongres Wanita Indonesia KOWANI. Beberapa lembaga baik semi pemerintah maupun non pemerintah yang pernah menjadi mitra kerja Aisyiyah dalam rangka kepentingan sosial bersama antara lain : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga PKK, Peningkatan Peranan Wanita untuk Keluarga Sehat dan Sejahtera P2WKSS, Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial DNIKS, Yayasan Sayap Ibu, Badan Universitas Sumatera Utara xxxi Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia BMOIWI dan Majelis Ulama Indonesia MUI. Aisyiyah juga melakukan kerjasama dengan lembaga luar negeri dalam rangka kesejahteraan sosial, program kemanusiaan, sosialisasi, kampanye, seminar, workshop, melengkapi prasarana amal usaha, dan lain-lain. Di antara lembaga luar negri yang pernah kerjasama dengan Aisyiyah adalah : Oversea Education Fund OEF, Mobil Oil, The Pathfinder Fund, UNICEF, UNESCO, WHO, John Hopkins University, USAID, AUSAID, NOVIB, The New Century Foundation, The Asia Foundation, Regional Islamic Of South East Asia Pasific, World Conference of Religion and Peace, UNFPA, UNDP, World Bank, Partnership for Governance Reform in Indonesia, beberapa Kedutaan Besar Negara sahabat, dan lain-lain. http:www.aisyiyah.or.id diakses tanggal 19 April 2009

2.3. Ketidakadilan Gender