Ketidakadilan Gender KAJIAN PUSTAKA

xxxi Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia BMOIWI dan Majelis Ulama Indonesia MUI. Aisyiyah juga melakukan kerjasama dengan lembaga luar negeri dalam rangka kesejahteraan sosial, program kemanusiaan, sosialisasi, kampanye, seminar, workshop, melengkapi prasarana amal usaha, dan lain-lain. Di antara lembaga luar negri yang pernah kerjasama dengan Aisyiyah adalah : Oversea Education Fund OEF, Mobil Oil, The Pathfinder Fund, UNICEF, UNESCO, WHO, John Hopkins University, USAID, AUSAID, NOVIB, The New Century Foundation, The Asia Foundation, Regional Islamic Of South East Asia Pasific, World Conference of Religion and Peace, UNFPA, UNDP, World Bank, Partnership for Governance Reform in Indonesia, beberapa Kedutaan Besar Negara sahabat, dan lain-lain. http:www.aisyiyah.or.id diakses tanggal 19 April 2009

2.3. Ketidakadilan Gender

Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender gender inequalities. Namun, yang menjadi persoalan, ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan terutama terhadap kaum perempuan. Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur di mana baik kaum laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut. Untuk memahami bagaimana perbedaan gender menyebabkan ketidakadilan gender, dapat dilihat melalui berbagai manifestasi ketidakadilan Mansour Fakih dalam Harmona Daulay,2007:79 mengklarifikasi ketidakadilan Gender dalam berbagai bentuk ketidakadilan Gender yaitu: Universitas Sumatera Utara xxxii 1. Marginalisasi dan proses pemiskinan ekonomi 2. Subordinasi atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik 3. Stereotipe atau pelabelan negative 4. Kekerasan 5. Beban kerja a. Gender dan Marginalisasi Perempuan Marginalisasi adalah peminggiran peran kaum perempuan karena adanya anggapan perempuan adalah warga kelas dua. Di kebanyakan negara berkembang proses peminggiran ini erat kaitannya dengan proses kemiskinan, sebagai contoh banyak pekerja perempuan tersingkir dan menjadi miskin akibat dari program pembangunan seperti intensifikasi pertanian yang hanya memfokuskan petani lakilaki. Perempuan dipinggirkan dari berbagai jenis kegiatan pertanian dan industri yang lebih memerlukan keterampilan yang biasanya lebih banyak dimiliki laki-laki. Selain itu perkembangan teknologi telah menyebabkan apa yang semula dikerjakan secara manual oleh perempuan diambil alih oleh mesin yang dikendalikan oleh laki-laki, perempuan tidak diberi kesempatan terhadap akses teknik-teknik pertanian modern, karena adanya semacam kepercayaan bahwa perempuan tidak dapat menangani mesin- mesin modern. Hal ini ternyata berimplikasi jauh, yaitu segala hal yang ditangani perempuan menjadi kurang canggih, kurang prestisius dan juga menjadi kurang penting b. Gender dan Subordinasi Universitas Sumatera Utara xxxiii Anggapan bahwa perempuan itu irrasional atau emosional sehingga perempuan tidak bisa tampil memimpin, berakibat munculnya sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting. Subordinasi karena gender tersebut terjadi dalam segala macam bentuk yang berbeda dari tempat ke tempat dan dari waktu ke waktu. Dalam rumah tangga masih sering terdengar jika keuangan keluarga sangat terbatas, dan harus mengambil keputusan untuk menyekolahkan anak-anaknya maka anak laki-laki akan mendapatkan prioritas utama. Praktek seperti ini sesungguhnya berangkat dari kesadaran gender yang tidak adil. c. Gender dan Stereotipe Secara umum stereotipe adalah pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu. Akan tetapi, stereotipe selalu menimbulkan ketidakadilan. Salah satu jenis stereotipe itu adalah yang bersumber dari pandangan gender. Misalnya penandaan yang berawal dari asumsi bahwa perempuan bersolek adalah dalam rangka memancing perhatian lawan jenisnya, maka setiap ada kasus kekerasan atau pelecehan seksual selalu dikaitkan dengan stereotipe ini d. Gender dan Kekerasan Kekerasan violence adalah serangan atau invasi assault terhadap fisik maupun integritas mental psikologi seseorang. Pada dasarnya kekerasan gender disebabkan oleh ketidak setaraan yang ada dalam masyarakat. Banyak macam dan bentuk kejahatan yang bisa dikategorikan sebagai kekerasan gender diantaranya: 1 Pemerkosaan terhadap perempuan. Universitas Sumatera Utara xxxiv 2 Tindakan pemukulan dan serangan fisik dalam rumah tangga 3 Penyiksaan yang mengarah kepada organ alat kelamin Genital mutilation. 4 Jenis kekerasan terselubung mulestation, yakni memegang atau menyentuh bagian tubuh permpuan. 5 kejahatan terhadap perempuan yang paling umum di kenal dengn nama pelecehan seksual sexual and emotioal harassment. e. Gender dan Beban kerja Adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab kaum permpuan. Konsekuensinya, banyak kaum perempuan yang harus bekerja keras untuk menjaga kebersihan maupun kerapian rumah tangganya, memasak dan memelihara anak. Apalagi, dikalangan keluarga miskin beban yang sangat berat ini harus ditanggung oleh perempuan sendiri. Terlebih- lebih jika seorang perempuan bekerja maka, ia memikul beban kerja yang ganda. Kaum perempuan,dengan adanya anggapan gender ini, sejak dini telah disosialisasikan untuk menekuni peran gender mereka. dilain pihak kaum lelaki tidak diwajibkan secara kultural untuk menekuni beberapa jenis pekerjaan dometik itu. Oleh karenanya rumah tangga juga menjadi tempat kritis dalam mensosialisasikan ketidakadilan gender yang telah mengakar didalam keyakinan dan menjadi ideologi kaun Universitas Sumatera Utara xxxv laki-laki dan perempuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manivestasi ketidakadilan gender ini telah mengakar mulai dalam keyakinan dimasing-masing orang hingga pada tingkat negara yang bersifat global Kaum wanita tak sekedar dinilai dari segi-segi keindahan tubuhnya, kemolekan parasnya, kesupelan pergaulan, dll. Lebih dari itu, wanita dimata Tuhan dilihat sebagai manusia pada umumnya kaum pria. Wanita mempunyai tugas kemanusiaan, tanggung jawab pribadi dan sosial, punya akal untuk berfikir, nurani untuk mengambil keputusan, tangan untuk bekerja dan berkarya. Semua potensi yang diberikan Tuhan kepada kaum pria juga diberikan kepada kaum wanita. Tinggal kini bagaimana memaksimalkan aktualisasi diri berupa bakat dan minat yang diberikan sebagai rahmat Tuhan bagi wanita dengan memperluas kesempatan pendidikan dan horison komunikasi, sehingga wanita kian sadar bahwa ruang gerak dan badan, paling tidak fikiran semangatnya, tak hanya sebatas dinding-dinding ruang dalam rumahnya tapi bisa melebar ke penjuru dunia. Pada era persaingan global yang penuh tantangan, pembangunan suatu negara akan terjadi apabila didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, profesional, mandiri dan handal. Semua itu pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari peranan organisasi perempuan sebagai wadah untuk memperjuangkan hak dan kesejahteraan kaum perempuan sebagai aset bangsa dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, sosial, dan budaya. Universitas Sumatera Utara xxxvi Organisasi perempuan apapun bidangnya, dibutuhkan dalam turut serta merealisasikan program Pemerintah. Universitas Sumatera Utara xxxvii

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan dan memahami secara terperinci suatu fenomena sosial secara menyeluruh dan menganalisis apa yang terjadi di lapangan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Aisyiyah Cabang Sukaramai Medan. Alasan pemilihan Lokasi karena berdasarkan hasil pantauan, peneliti melihat bahwa Aisyiyah Cabang Sukaramai Medan cukup aktif dalam melakukan kegiatan-kegiatannya

3.3 Unit Analisa Informan

Adapun yang menjadi unit analisa dalam penelitian ini adalah Informan Kunci: 1. Ketua ‘Aisyiyah Cabang Sukaramai Medan 2. Pengurus-pengurus Aisyiyah Informan Biasa: Universitas Sumatera Utara