dalam pasal 32 UUD 45, yang berbunyi: kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai usah budi daya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan
di daerah-daerah diselruh Indonesia terhitung sebagai kebudaan bangsa.
84
Adat Minangkabau sebagai salah satu bagian dari kebudayaan nasional diwarisi dari nenek moyang dahulunya bukanlah merupakan pengetahuan sosial
lainnya didunia. Adat Minangkabau diterima secara turun temurun dari mulut kemulut, dimana seluruh kalimat-kalimat mengandung pengertian yang idak
langsung.
85
Adat Minangkabau sifatnya terbuka dan tertutup, terbuka untuk menerima bagi kepribadian dan kebudayaan bangsa yang tertutup bagi masuknya nlai-
nilai asing yang bertentangan dengan nilai kepribadian bangsa.
86
Prisnsip kekerabatan di Minangkabaua
Kelompok kekerabatan di Minangkabau ada tiga:
1. Paruik: kekerabatan yang terbentuk karena hubungan keturunan atau
kesatuan geologis. Adapun suku dank am pung merupakan suku yang formal akibat pengembangan dan kesatuan geologis dari pihak ibu. Suku
di pimpin oleh seorang penghulu suku, sedangkan kampuang sub-sub suku dimpimpin oleh seorang adiko atau datuak kampuang.
84
Amir M.S, Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang, h. 64.
85
Amir M.S, Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang, h. 64.
86
Artikel, The London Institute of Communication, Executive Marketing, h. 12-14.
2. Urang sumando: adalah sebutan dari kerabat perempuan laki-laki yang
mengawini perempuan itu. Kaum kerabat istri yang laki-laki dinamakan niniak mamak. Kaum kerabat perempuan dari pengantin laki-laki disebut
Pasumandan.
3. Bako induak bako: merupakan sebutan dari kaum kerabat ayahnya bagi
seorang anak Minangkabau. Sebaliknya, si anak tadi oleh kaum kerabat ayahnya dinamakan Pisang.
87
Adat Minangkabau ada empat perkara: 1.
Adat nan sabana adat adat yang sebenar adat Maksudnya adalah: segala apa-apa hikmah yang diterima Nabi
Muhammad Saw. berdasarkan firman-firman Tuhan dalam kitab suciNYa.
88
Menurut Dt . Bandaro Lubuk Sati adat nan sabana adat adalah suatu yang tidak dapat di pengaruhi tempat, waktu dan keadaan, ibarat batu sifatnya selalu keras,
api yang selalu membakar walau di mana dan kapan waktunya.
89
2. Adat nan di adatkan adat yang di adatkan
Maksudnya: adat yang diterima dari ninik Datuk Katumanggungan dan Datik Perpatih nan Sabatang adat yang diadatkan disusun berdasarkan Adat
87
Artikel, Sumatera Barat Minangkabau
88
Dirajo, Ibrahim Dt. Sanggoeno, Tambo Alam Minangkabau, Bukitttinggi:Kristal Multimedia, 2009, h. 142
89
Sati, Dt Bandaro Lubuk, Kertas kerja adat Minangkabau, Padang Panjang:t.p, 1980, h. 56.
yang sebenar adat yang didukung dengan kesepakatan para pemuka adat lainnya pada waktu itu.
Dengan demikian, pada zaman sekarang adat yang di adatkan itu arus diterima oleh seluruh generasi karena tidak mungkin diubah lagi, sebab para
nenek moyang yang menyusun dan yang berhak mengubahnya tidak ada lagi.
90
3. Adat nan taradat adat yang teradat adat dan adat yang di adatkan.
Adat yang teradat tersebut tidak bole bertentangan dengan adat yang sebenar bakan adat yang teradat arus memperkuat adat yang diatasnya. Adat yg
teradat ini juga tidak boleh diubah. Kalau memang perlu diubah , maka ninik mamakpenghulu dalam nagari harus ber,usyawarah terlebih dahulu. Tidak
boleh diputuskan sendiri sekalipun dia seorang pengulu yang dulunya ikut menyepakati adat itu. Kalau ada kesepakatan, baru adat yang teradat itu dapat
diubah. 4.
Adat istiadat Yaitu suatu yang telah dilazimkan dalam suatu nagari sebagai tindak
lanjut dari adat nan diadatkan telah mendarah daging telah diterima kebiasaan itu sebagaimana adanya seperti berbasa basi.
91
Sistem Perkawinan di Minangkabau ada tiga bentuk yaitu pertama perkawinan dilarang
ini memeberi arti bahwa perkawinan apa saja yang
90
Dirajo, Ibrahim Dt. Sanggoeno, Tambo Alam Minangkabau, h. 144
91
Bandaro Sati Lubuk, Kertas kerja adat Minangkabau,, h. 144.
dilarang oleh agama, maka adat juga sepakat dan mengikuti apa yang menjadi larangan dalam adat.
Kedua pantangan hal ini dimaksudkan dengan perkawinan pantangan
yang merupakan perkawinan yang setali darah menurut system matrilineal seperti perkawinan satu suku.
Ketiga sumbang yaitu perkawinan yang dilarang secara tegas oleh
hukum adat, tetapi kurang baik menurut etika orang minang seperti mengawini dengan dua orang saudara bukan saudara kandungsedarah atau kawin dengan
orang yang bertetangga.
92
B. Latar belakang larangan perkawinan satu suku
Menurut adat Nagari Jawi-jawi, faktor penyebab larangan perkawinan satu suku ada beberapa faktor penyebabnnya, menurut H. Rusli ketika penulis
wawancarai, dilatar belakangi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1. Orang yang satu suku di anggap masih terikat tali persaudaraan dengan
demikian perkawinan antara satu suku di anggap sebagai suatu yang tabu. 2.
Karena faktor kultur yang turun temurun dari zaman dahulu sampai sekarang, sehingga masyarakat apabila orang tua tua mereka melarang,
maka hal itu mereka anggap haram atau tidak boleh dikerjakan khususnya perkawinan satu suku.
93
92
Artikel, Adat dan upacara Perkawinan daerah Sumatera Barat, h. 22.
93
Rusli, Ulama Kota Solok. Wawancara, anam suku, 13 Februari 2011.
Adat Minangkabau lain dari yang lain, syarak basandi kitabullah, syarak mangato adat mamakai, mkasudnya adalah agama tidak bertentangan dengan
adat. Di Minangkabau punya kekeluargaan yang banyak dan sangkut paut yang
tinggi sepertituturan kata adat bahwa diminangkabau itu: Baradiek bakakak
Bakamanakan bamamak Babako jo babaki
Ba andan bapasumandan Bakarik jo babaik
Baurang-urang sumando
94
Maksudnya adalah bahwa di Minangkabau satu suku di anggap berkeluarga menurut adat bahwa satu suku tidak diperbolehkan melakukan akad
nikahkawin karena dianggap melanggar adat. Bak pepatah: Manjarajak dilua silang berbuat diluar peraturan, mamahek dilua barih melanggar dari yang
telah disepakati.
95
Sejalan dengan itu, H. Syamsijar Dt. Matuh menyebutkan, penyebab terjadinya perkawinan satu suku maka keduanya dibuang menurut sepanjang
94
Rusli, Ulama Kota Solok. Wawancara, anam suku, 13 Februari 2011
95
Rusli, Ulama Kota Solok. Wawancara, anam suku, 13 Februari 2011.
adat. Apabila terjadi perkawinan sesuku maka dia dan keluarganya tidak dihargai lagi oleh masyarakat menurut hukum masyarakat.
96
Hal yang demikian telah disepakati oleh leluhur pendahulu bak pepatah adat:sapakek mamkonyo lalu, sakato makonyo manjadi. Karna di
Minangkabau: Biriek-biriek turun kasamak
Dari samak kahalaman Dari niniek turun ka mamak
Dari mamak turun kakamanakan
97
Maksudnya adalah: karna di mianangkabau sako dan pusako turun ka kamanakan bukan ka anak.
98
Kemudian Ridwan Husein mengatakan larar belakang dilarangnya perkawinan satu suku adalah karna sesuku itu di anggap masih bersaudara dan
di anggap masih satu datuakpenghulu disebut dengan saparuik. Seedangkan mereka yang berasal dari luar Minangkabau yang kemudian bergabung menjadi
anggota suku dalam istilah Minangkabau disebut dengan Malakok proses pemasukanpembauran pendatang baru ke dalam struktur pasukuan, dengan
96
Syamsijar Dt. Matuh, Dubalang suku Sinapa, wawancara, Nagari Jawi-jawi Guguak, 13 Februari 2011.
97
Syamsijar Dt. Matuh, Dubalang suku Sinapa, wawancara, Nagari Jawi-jawi Guguak, 13 Februari 2011.
98
Syamsijar Dt. Matuh, Dubalang suku Sinapa, wawancara, Nagari Jawi-jawi Guguak, 13 Februari 2011.