Latar belakang larangan perkawinan satu suku

adat. Apabila terjadi perkawinan sesuku maka dia dan keluarganya tidak dihargai lagi oleh masyarakat menurut hukum masyarakat. 96 Hal yang demikian telah disepakati oleh leluhur pendahulu bak pepatah adat:sapakek mamkonyo lalu, sakato makonyo manjadi. Karna di Minangkabau: Biriek-biriek turun kasamak Dari samak kahalaman Dari niniek turun ka mamak Dari mamak turun kakamanakan 97 Maksudnya adalah: karna di mianangkabau sako dan pusako turun ka kamanakan bukan ka anak. 98 Kemudian Ridwan Husein mengatakan larar belakang dilarangnya perkawinan satu suku adalah karna sesuku itu di anggap masih bersaudara dan di anggap masih satu datuakpenghulu disebut dengan saparuik. Seedangkan mereka yang berasal dari luar Minangkabau yang kemudian bergabung menjadi anggota suku dalam istilah Minangkabau disebut dengan Malakok proses pemasukanpembauran pendatang baru ke dalam struktur pasukuan, dengan 96 Syamsijar Dt. Matuh, Dubalang suku Sinapa, wawancara, Nagari Jawi-jawi Guguak, 13 Februari 2011. 97 Syamsijar Dt. Matuh, Dubalang suku Sinapa, wawancara, Nagari Jawi-jawi Guguak, 13 Februari 2011. 98 Syamsijar Dt. Matuh, Dubalang suku Sinapa, wawancara, Nagari Jawi-jawi Guguak, 13 Februari 2011. membayar semacam upeti adat dalam bentuk uang, barang, dan hewan kerbau, tidak dilarang melakukan hubungan perkawinan dengan anggota sukunya yang baru disebabkan mereka bukan berasal dari sumber geologis hubungan darah yang sama. 99

C. Sanksi adat perkawinan satu suku

Pada umumnya orang Minang adalah exosagami. Ini berarti bahwa orang yang sesuku didalam suatu nagari tidak boleh kawin. Dengan demikian orang yang bersuku koto tidak akan kawin dengan suku koto tapi harus kawin dengan suku lainnya misalnya Caniago. Orang Minang yang beragama Islam juga mematuhi ajaran Islam tentang perkawinan. Karena itu perkawinan antara seorang lelaki dengan saudara laki-laki ayahnya yang perempuan tidak boleh terjadi karena menurut Islam orang tersebut bersaudara. 100 Sanksi-saksi adat bagi pelanggar nikah sesuku adalah: minta maaf, kumuah basasah, dibuang sepanjang adat dan dibuang di nagari menurut sepanjang adat. Maksdunya dari sanksi-sanksi adat tersebut seperti dalam pasal 4 yakni: 99 Ridwan Husein, Mantan Kepsek Mts.Muhammadiyah Saning Bakar, Wawancara, Saning Bakar, 17 Februari 2011. 100 Ridwan Husein, Mantan Kepsek Mts.Muhammadiyah Saning Bakar, Wawancara, Saning Bakar, 17 Februari 2011. 1. Minta maaf artinya setelah terbukti tersangka melanggar ketentuan- ketentuan adat yang berlaku, maka dianya diberi sanksi menurut adat, harus minta maaf dan berjanji tidak akan melakukan untuk kedua kalinya peringatan 2. Ba abu bajantiak berabu dijentik artinya setelah diperikasa terbukti tersangka melanggar ketentuan-ketentuan adat yang berlaku maka harus melakukan 3. Dibuang sepanjang adat artinya setelah diusul dan diperiksa terbukti melanggar adat maka tersangka dibuang sepanjang adat. Dapat diterima kembali menurut adat, setelah si tersangka dapat memenuhi keputusan rapat ninik mamak nan 50 dikoto. 4. Dibuang dinagari menurut sepanjang adat , artinya setelah diusul dan diperiksa tersangka terbukti telah melakukan yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang atau cacatnya seseorang, hilangrusaknya kehormatan seseorang, maka tersangka dibuang dinagari menurut sepanjang adat. 101 Lelaki dan perempuan yang tidak mempunyai maksud tertentu, yang tidak menurut alur dan patut tidak boleh bertandang sampai larut malam, kecuali tamu dari jauh dilaporkan kepada mamakkepala rumah tangga yang bertanggung jawab, atau muda mudi berjalan berduaan diwaktu malam hari 101 Azmi Djamarin dan Yardi Gond, Perbuatan dan Sanksi Adat yang masih hidup dalam Hukum Adat Minangkabau, Padang: 1982, h. 45-46. tanpa didampingi oleh teman wanita atau orang yang ditunjuk untuk itu sekurang-kurangnya 2 orang. 102 Bertolak dari penemuan ini terlihat bahwa dalam satu nagari masih mempertahankan ketentuan-ketentuan pidana adat yang masih melaksanakan sanksi tersebut. 103

D. Analisa hukum Islam terhadap perkawinan satu suku

Sumber dasar adat Minangkabau adalah Alam Takambang jadi guru. Pepatah dan petitih maupun gurindam dan mamang, bidal yang merupakan pokok-pokok dalam ajaran adat seperti kata mufakat yang menjadi tempat bertolak belakang setiap usaha untuk mencapai suatu yang baik dalam terlaksananya aturan adat demi tercapainya kebahagiaan dalam masyarakat. 104 Falsafah hidup orang Minangkabau adalah Adat Basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah. Artinya, hukum-hukum yang ditetapkan oleh syara dan adat harus sejalan. Seandainya hukum Islam bertentangan dengan hukum adat, maka hukum agama harus didahulukan, artinya hukum agamalah yang akhirnya harus dijadikan titik tolak. 102 Azmi Djamarin dan Yardi Gond, Perbuatan dan Sanksi Adat yang masih hidup dalam Hukum Adat Minangkabau, h. 48. 103 Azmi Djamarin dan Yardi Gond, Perbuatan dan Sanksi Adat yang masih hidup dalam Hukum Adat Minangkabau, h. 48. 104 Idrus Hakim Dt. Rajo Penghulu, Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994, h. 5.