Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri Kepanjen a. Posisi Kasus

66 dengan saksi tidak pernah bertemu dan terdakwa juga tidak memberikan nafkah lahir dan batin kepada saksi sebagai isteri yang sah. Akibat dari kejadian tersebut saksi Martha Agustin mengalami depresi berat, tetapi emosi tetap dalam taraf stabil. Sesuai dengan salah satu kesimpulan dari Rumah Sakit Daerah Kanjuran Kepanjen pada tanggal 26 Juni 2009 yang dibuat dan ditanda tangani oleh Yusti Silastuti Elvia Yunarini, S.Psi, Psikolog dengan laporan hasil pemeriksaan bahwa korban seorang perempuan yang bernama Martha Agustin Sutanti, pada pemeriksaan mengalami depresi berat, dan emosi tetap dalam taraf stabil. Sebab luka batin atau depresi saksi korban ini adalah akibat cekikan leher, tamparan, serta perilaku kekerasan lain dan tidak diberikan nafkah lahir maupun batin, sehingga menimbulkan depresi berat. Berdasarkan uraian di atas, maka terdakwa Edy Subagyo secara sah tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dakwaan primair, dan terbukti secara sah melakukan tindak pidana “telah menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangga”, sebagaimana dakwaan susidair. Oleh karena itu terdakwa harus dijatuhi hukuman yang setimpal dengan perbuatannya.

b. Pertimbangan Hukum

Pengadilan Negeri Kepanjen setelah membaca dan mendengar tuntutan pidana oleh Jaksa Penuntut Umum, dalam perkara ini 67 menghadirkan saksi yang diajukan oleh penuntut umum masing-masing yaitu: Martha Agustin Sutanti, Harinimus Buadi, Fransiska Lilik Sumarliah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut: terdakwa telah menampar, mencekik serta mengatakan akan membunuh saksi dan tidak memberi nafkah kepada Martha Agustin dan anaknya. Sedangkan saksi Harinimus Buadi, Fransiska Lilik Sumarliah mengatakan bahwa dia mengetahui sendiri Martha Agustin di pipinya ada bekas dipukul warna merah, tetapi soal pemukulan saksi tidak tahu, dan terdakwa tidak pernah menafkahi anak dan isterinya. Terdakwa juga menyatakan bahwa benar terdakwa bekerja sebagai Polri, terdakwa sudah tidak serumah lagi dengan saksi Martha Agustin, bahwa terdakwa mengakui masalah yang terjadi dalam rumah tangganya karena adanya perselingkuhan dengan wanita lain dan kepergok isteri. Dan terdakwa juga menyatakan tidak pernah memberi nafkah kepada anak dan isterinya, terdakwa juga pernah mengancam isteri, tetapi ancaman itu tidak sunguh-sunguh hanya bermaksud agar isteri diam tidak berulah. Selain itu, alat bukti yang dihadirkan dalam persidangan yaitu hasil pemeriksaan dari RSD kanjuran Kepanjen atas nama Martha Agustin. Setelah menghadirkan alat bukti, maka Majelis Hakim memutuskan dengan pertimbangan bahwa terdakwa didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan kesatu, primair melanggar Pasal 45 ayat 1 UU RI Nomor 23 Tahun 2004, sebagai berikut; 68 1. Setiap orang 2. Dilarang melakukan KDRT terhadap orang dalam lingkup rumah tangga, dengan cara kekerasan psikis Terdakwa menampar bagian pipi korban sebanyak 2 kali dan mencekik leher korban merupakan kekerasan dalam lingkup rumah tangga dengan cara kekerasan psikis sebagaimana pada dakwaan primair. Maka dipertimbangkan sebagai berikut; bahwa terdakwa dengan korban yang ditampar sebanyak 2 kali di bagian pipi telah diakui terdakwa di persidangan, diperkuat pula oelh keterangan saksi Harinimus buadi, dan saksi Fransiska orang tua korban yang melihat pipi korban bekas pukulan ada warna kemerahan akan tetapi pencekikan yang dilakukan terdakwa terhadap korban dibantah terdakwa, walaupun telah terjadi penamparan seperti yang diterangkan oleh korban bahwa esok hari setelah terjadi penamparan, korban masih bisa bekerja di rumah sakit, berarti korban tidak terhalang melakukan pekerjaan. Perbuatan pengertian kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b menurut UU KDRT adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, danatau penderitaan psikis berat pada seseorang; Perbuatan terdakwa yang melakukan penamparan sebanyak dua kali, Majelis berpendirian, belumlah dikategorikan pengertian KDRT 69 karena akibat yang timbul dari penamparan tersebut, tidak berakibat sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 5 huruh b, dengan demikian unsur di atas tidak terpenuhi, oleh karena salah satu unsur dari pasal dakwaan primair tidak terpenuhi maka perbuatan terdakwa tidak terbukti dalam dakwaan primair dan terdakwa haruslah dibebaskan dari dakwaan primair tersebut; Terdakwa juga didakwa dengan dakwaan subsidair melanggar Pasal 49 huruf a, sebagai berikut: 1. Setiap orang; 2. Dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut huku yang berlaku baginya ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut; Bahwa dari keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa diperoleh fakta di persidangan bahwa antara korban dengan terdakwa bertengkar dikarenakan masalah baju dinas dan terjadi pemukulan dengan cara menampar sebanyak dua kali oleh terdakwa terhadap korban mengenai bagian pipinya. Pada hari berikutnya saksi datang ke rumah terdakwa dan di rumah tersebut korban menemukan ada perempuan selingkuhan terdakwa. Sejak korban pulang ke rumah orang tuanya sampai sekarang, terdakwa tidak pernah lagi memberikan nafkah lahir sepeti uang atau berupa barang dan nafkah batin kepada korban; 70 Berdasarkan alat bukti yang dihadirkan dalam persidangan yaitu saksi, keterangan surat dari rumah sakit daerah kanjuran, dan keterangan dari terdakwa, maka Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kepanjen mengadili dan menjatuhkan hukuman pada terdakwa. Menyatakan terdakwa bernama Edy Subagyo tersebut di atas tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana pada dakwaan primair. Membebaskan terdakwa dari dakwaan primair. Menyatakan terdakwa Edy Subagyo terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana telah menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangganya. Menghukum terdakwa dengan pidana penjara selama 3 bulan. Membebankan biaya perkara kepada terdakwa sebesar Rp. 5.000 lima ribu rupiah. Demikian diputuskan yang mana diucapkan di muka sidang yang terbuka untuk umum pada hari Kamis, tanggal 30 Januari 2007 oleh Hakim Ketua Syamsudin, SH. Dengan dihadiri oleh Hakim-hakim anggota Sumedi, SH dan A. Asgari MD,SH. Panitera Pengganti Pengadilan Negeri Kepanjen Lutfi Anwar, SH. Jaksa Penutut Umum Gaguk Safrudin, SH. M. Hum. Dan terdakwa. 71

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN

AGAMA DAN PENGADILAN NEGERI

A. Putusan Pengadilan Negeri Di Tinjau Dari Hukum Islam

Setelah dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai pembuktian dalam KUHAP dan dalam hukum acara perdata yang dimaksud dengan membuktikan yaitu meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu persengketaan. Sedangkan dalam hukum pidana Islam, bukti lebih dikenal dengan istilah “al bayyinah” yang merupakan sinonim dari kata “al dalil wa al hujjah” yang masing-masing berarti petunjuk dari argumentasi. Al bayyinah bukti adalah semua hal yang bisa membuktikan sebuah dakwaan. Bukti juga merupakan hujah bagi orang-orang yang mendakwa atas dakwaannya. 1 Menurut pendapat di atas bukti adalah sesuatu yang bisa dihadirkan di dalam persidangan, biasanya dalam persidangan baik Pengadilan Negeri maupun Pengadilan Agama masing-masing pihak yang berperkara menghadirkan bukti untuk membantunya dalam menyelesaikan perkara tersebut. Alat bukti yang dapat dipergunakan dalam suatu pengadilan, menurut Sayid Sabiq dalam kitabnya Fiqh 1 Abdurrahmann al-Maliki dan Ahmad ad-Daur, Sistem Sanksi dan Hukum Pembuktian dalam Islam. Penerjemah Syamsuddin Ramadlan, dkk, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2004, h. 303.

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Mengenai Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga

0 9 31

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA (PRT) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

2 16 40

Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga - [PERATURAN]

0 11 19

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM PROSES PERADILAN.

0 5 18

SKRIPSI IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM PROSES PERADILAN

0 3 13

PENDAHULUAN IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM PROSES PERADILAN.

0 4 20

PENUTUP IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM PROSES PERADILAN.

0 2 9

PERBANDINGAN TINDAK PIDANA KEKERASAN FISIK DAN PSIKIS TERHADAP ANAK DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DAN HUKUM PIDANA ISLAM.

0 0 12

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Wilayah Hukum Polres Grobogan).

0 3 93

Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga di Kota Batam

0 0 16