14
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
MENURUT HUKUM ISLAM
A. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut Hukum Islam
Dalam perkawinan, bersikap aniaya pada salah satu pasangan bukan hanya akan merusak tujuan perkawinan itu sendiri, tetapi juga meruntuhkan fondasi
sosial peradaban masyarakat yang dibangun mulai dari sebuah keluarga. Hal yang penting bahwa sikap aniaya merupakan bentuk pengkhianatan seseorang hamba
kepada Tuhannya. Sebagaimana yang tertuang dalam surat At-Tahriim ayat 6:
66 6
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan
”. Q.S. at- Tahriim66: 6
Salah satu bentuk aniaya yang masih dialami sebagian besar pasangan perkawinan, khususnya pihak perempuan adalah kekerasan-kekerasan baik fisik
maupun psikis. Hal tersebut disebabkan kedudukan relasi yang tidak seimbang
15
antara suami isteri.
1
Suami beranggapan bahwa dirinya yang paling berkuasa karena kedudukan suami lebih tinggi dari pada isteri, dan suami adalah pemimpin
dalam rumah tangga. Kekerasan terhadap wanita adalah bentuk kriminalitas jarimah
pengertian kriminalitas jarimah dalam Islam adalah tindakan melanggar peraturan yang telah ditentukan oleh syariat Islam dan termasuk ke dalam
kategori kejahatan. Sementara kejahatan dalam Islam adalah perbuatan tercela. al qobih yang ditetapkan oleh hukum syara, bukan yang lain. Sehingga apa yang
dianggap sebagai tindakan kejahatan terhadap wanita, dengan anggapan wanita telah menjadi korbannya.
2
Bentuk –bentuk kekerasan baik kekerasan fisik atau
kekerasan psikis merupakan suatu tindakan yang telah melanggar ketentuan yang telah disyariatkan dalam Islam, jelas sekali mengenai ketentuan hak dan
kewajiban suami isteri, yang mana suami seharusnya menjadi pelindung bagi isterinya.
Rumah tangga Islami adalah rumah tangga yang di dalamnya ditegakkan adab-adab Islam. Baik yang menyangkut individu maupun ke seluruhan anggota
rumah tangga. Rumah tangga Islami adalah sebuah rumah tangga yang didirikan di atas landasan ibadah. Mereka saling berkumpul karena Allah, saling
1
Nasruddin Umar, Fikih Wanita Untuk Semua, cet. I, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010, h. 85-86.
2
Mufidah ch, Penghapusanya Kekerasan TerhadapPerempuan dan Anak Dalam Perspektif Islam “makalah sosialisasi PKDRT di Kabupaten Malang.
16
menasehati, dalam kebenaran dan kesabaran, serta saling menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, karena kecintaan mereka kepada Allah.
Rumah tangga Islami adalah rumah tangga yang di dalamnya terdapat sakinah, mawadah, dan wa rahmah perasaan tenang, cinta, dan kasih sayang
perasaan itu senantiasa melingkupi suasana rumah setiap harinya. Seluruh anggota merasakan suasana “surga” di dalamnya inilah ciri khas rumah tangga
Islami. Mereka berserikat dalam rumah tangga itu untuk berkhidmat pada aturan Allah SWT. Mereka bergaul dan
“ta’abbudiyah” peribadatan yang jauh dari dominasi nafsu, bekerja sama di dalamnya untuk saling menguatkan dalam
beribadah kepada Nya.
3
Bagi calon suami isteri yang akan menikah dan membangun rumah tangga, hendaklah mengetahui lebih dulu apa tujuan dari
sebuah pernikahan, agar dalam menjalani sebuah pernikahan itu dapat tercapai tujuan pernikahan.
Pada umumnya setiap orang berumah tangga mereka sama-sama mengimpikan dan mendambakan kebahagiaan seperti yang digambarkan oleh
Nabi Muhammad SAW. Namun, sering sekali terjadi kebalikannya, timbul percekcokkan dan perbedaan pendapat antara suami istri yang mengakibatkan
pertengkaran, kekerasan, bahkan bisa berakhir dengan perceraian.
4
Sebenarnya perbedaan pendapat dan percekcokkan dalam berumah tangga itu bisa di hindari
oleh suami isteri, dengan cara keduanya saling menghargai, menghormati dan
3
http:www.docstoc.comdocs37753855BAB-II-KDRT.
4
Sidi Nazar Bakri, Kunci Keutuhan Rumah Tangga keluarga yang sakinah, cet. I, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1993, h. 1.
17
masing-masing dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sebagaimana mestinya.
Untuk membangun sebuah keluarga yang harmonis haruslah saling menghargai keseimbangan antara hak dan kewajiban suami istri, karena hak dan
kewajiban merupakan kunci keberhasilan dalam membangun sebuah rumah tangga. Hak adalah sesuatu yang harus diterima sedangkan kewajiban adalah
sesuatu yang harus dilaksanakan dengan baik. Begitulah kehidupan antara suami istri dalam setiap rumah tangga.
Oleh karena itu antara suami istri haruslah tahu dan melaksanakan hak dan kewajibannya masing-masing. Kewajiban suami terhadap istri antara lain yaitu:
1. Memperlakukan istri dengan cara yang baik dan bijaksana.
Firman Allah SWT, surat An Nisa ayat 19:
4 19
Artinya: “Dan bergaulah dengan mereka isterimu menurut patut secara
baik”. 2.
Jangan menyakiti istri dan mensia-siakannya, baik jasmani maupun rohaninya. Sabda Rasulullah SAW:
18
Artinya: “Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash, ia berkata, Rasulullah SAW
bersabda: ”Cukuplah seseorang itu berdosa jika dia menyia- nyiakan orang yang seharusnya dia beri nafk
ah”.Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan lainnya.
5
3. Memberi nafkah sesuai dengan kemampuan yang ada secara tulus ikhlas,
sesuai dengan sabda Rasulullah:
Artinya: “Dari Abu Umamah sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:
Barang siapa yang memberi nafkah kepada isterinya, anak-ananya, dan keluarganya maka i
tu adalah sedekah”. H.R. Thabrani
6
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat At-Thalaq ayat 7:
65 7
Artinya: “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah
tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan
kelapangan sesudah kesempitan”. Sedangkan pelaksanaan kewajiban antara suami dan istri harus seimbang
dan sejalan, kewajiban dilaksanakan dan yang hak diterima. Kewajiban istri terhadap suami antara lain adalah sebagai berikut:
5
Syaikh Salim, Syarah Riyadhush Shalihin. Penerjemah M. Abdul Ghoffar E.M, cet. II, T.tp, PT. Pustaka Imam asy-
Syafi’i, 2005, h. 661.
6
Ali Yusuf As-Subki, Fiqh Keluarga, cet. I, Jakarta: Amzah, 2010, h. 186.
19
a. Setia dan patuh kepada suami, baik waktu senang maupun waktu susah, dalam
suka dan duka. Firman Allah SWT. Dalam surat An Nisa ayat 34:
4 34
Artinya: “Perempuan-perempuan yang saleh ialah yang taat patuh, yang
memelihara kehormatannya waktu gaib suaminya tidak ada, sebagaimana Allah telah memeliharakan dirinya.”
b. Berwajah cerah dan simpatik setia, hindarilah bermuka masam dan sering
menggerutu atau suka cemberut. c.
Tidak berpergian tanpa ijin suami, bila ada suatu keperluan untuk berpergian ke luar rumah mintalah ijin kepada suami, untuk menghindari fitnah dan
lainnya. d.
Memegang rahasia suami dan rumah tangganya.
7
Selain memegang rahasia suami dan rumah tangga, isteri juga harus memelihara dan menjaga harta
benda suami dari segalam macam pemborosan. Jadi isteri harus pandai-pandai dalam mengatur kebutuhan rumah tangga.
B. Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga