71
BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN
AGAMA DAN PENGADILAN NEGERI
A. Putusan Pengadilan Negeri Di Tinjau Dari Hukum Islam
Setelah dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai pembuktian dalam KUHAP dan dalam hukum acara perdata yang dimaksud dengan membuktikan
yaitu meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu persengketaan. Sedangkan dalam hukum pidana Islam, bukti lebih dikenal
dengan istilah “al bayyinah” yang merupakan sinonim dari kata “al dalil wa al
hujjah” yang masing-masing berarti petunjuk dari argumentasi. Al bayyinah bukti adalah semua hal yang bisa membuktikan sebuah dakwaan. Bukti juga
merupakan hujah bagi orang-orang yang mendakwa atas dakwaannya.
1
Menurut pendapat di atas bukti adalah sesuatu yang bisa dihadirkan di dalam persidangan, biasanya dalam persidangan baik Pengadilan Negeri maupun
Pengadilan Agama masing-masing pihak yang berperkara menghadirkan bukti untuk membantunya dalam menyelesaikan perkara tersebut. Alat bukti yang dapat
dipergunakan dalam suatu pengadilan, menurut Sayid Sabiq dalam kitabnya Fiqh
1
Abdurrahmann al-Maliki dan Ahmad ad-Daur, Sistem Sanksi dan Hukum Pembuktian dalam Islam. Penerjemah Syamsuddin Ramadlan, dkk, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2004, h. 303.
72
al-Sunnah, menyatakan bahwa alat bukti yang dapat dipergunakan ada empat, yaitu: Iqrar, Syahadah kesaksian, sumpah, dan surat-surat yang mempunyai
kekuatan resmi. Sedangkan menurut pendapat para Fuqaha, alat bukti yang dipergunakan adalah kesaksian, pengakuan, sumpah dan keterangan ahli.
Kesaksian adalah menyampaikan perkara yang sebenarnya, untuk membuktikan sebuah kebenaran dengan mengucapkan lafadz-lafadz kesaksian di
hadapan sidang pegadilan. Kesaksian telah ditetapkan dalilnya. Al-Kitab dan as- Sunnah telah menetapkan dengan amat jelas hukum-hukum kesaksian.
2
Allah swt berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 282
.....
.....
2 282
“Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki diantaramu. Jika tak ada dua orang lelaki, maka boleh seorang lelaki dan dua
orang perempuan QS. al-Baqarah [2]: 282
Pengakuan atau Iqrar yaitu pernyataan dari penggugat atau tergugat atau pihak-pihak lainnya mengenai ada tidaknya sesuatu. Iqrar adalah pernyataan
seseorang tentang dirinya sendiri yang bersifat sepihak dan tidak memerlukan persetujuan pihak lain. Iqrar atau pengakuan dapat diberikan di muka hakim di
2
http:luthfibandung.blogspot.com201012sistem-hukum-persanksian-dan-peradilan.html.
73
persidangan atau di luar persidangan.
3
Dalam hal ini pernyataan yang diucapkan oleh penggugat dan tergugat haruslah pernyataan yang benar, tidak merekayasa.
Karena pernyataan yang benar dapat membantu hakim dalam memutuskan sebuah perkara.
Sumpah menurut bahasa hukum Islam disebut al amin atau al hiff tetapi kata al yamin lebih umum dipakai. Sumpah ialah suatu pernyataan yang khidmat
yang diberikan atau diucapkan pada waktu memberi janji atau keterangan dengan mengingat sifat maha kuasa Tuhan dan percaya bahwa siapa yang memberi
keterangan atau janji yang tidak benar akan dihukum oleh Nya. Pada dasarnya, sumpah ini adalah dari pihak yang digugat atau dituntut.
Seseorang yang telah disumpah dengan mengigat sifat Allah, maka orang tersebut haruslah memberikan kesaksiannya dengan pernyataan yang jujur, benar,
dan tidak merekayasa. Karena janji yang telah diucapkannya adalah menggunakan atau dengan mengigat sifat Allah.
Ahli bukti sumpah ini bermacam-macam sumpah ini ada yang memiliki bentuk tersendiri, seperti sumpah
Li’an dalam perkara zina dan sumpah Qasamah di lapangan pidana, bagaimanapun juga, selain dari sumpah
Li’an dan sumpah pemutus, alat bukti sumpah tidak bisa berdiri sendiri. Artinya, hakim
tidak bisa memutus hanya semata-mata berdasarkan kepada sumpah tanpa disertai
3
Gemala Dewi, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005, h. 135.
74
oleh alat bukti lainnya. Sumpah hanyalah merupakan salah satu alat bukti dapat diandalkan untuk pengambilan putusan terakhir.
4
Keterangan ahli atau Al-Khibrah ialah setiap orang yang mempunyai keahlian tertentu terhadap suatu masalah. Kadang-kadang untuk memastikannya
penyelidikan suatu masalah, perlu kemampuan khusus, baik teknik maupun ilmiah, maka ini dipergunakan dalam pemeriksaan. Seperti bila diperluakan untuk
memeriksa sebab kematian pada jarimah pembunuhan, atau menyelidiki bahan makanan pada jarimah keracunan dan lain-lain.
5
Biasanya dalam hal ini adalah dokter, karena memang dokterlah salah satu bukti yang dapat membantu
memudahkan hakim dalam memutuskan sebuah perkara. Pada
Putusan Pengadilan
Negeri Kepanjen
perkara nomor
1010Pid.B2009PN.Kpj mengenai kekerasan psikis, dalam persidangan perkara tersebut alat bukti yang dihadirkan adalah alat bukti saksi, dan keterangan
terdakwa. Dalam memutuskan perkaranya hakim merujuk pada UU No. 23 Tahun 2004. Undang-undang ini merupakan bentuk hasil pemikiran yang diatur secara
komprehensif, jelas dan tegas untuk melindungi dan berpihak kepada korban, serta sekaligus memberikan pendidikan dan penyadaran kepada masyarakat dan
aparat bahwa segala tindak kekerasan dalam rumah tangga merupakan kejahatan terhadap martabat manusia yang dapat menghilangkan kemerdekaan orang lain.
4
Gemala Dewi, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia, h. 137.
5
Usman Hasyim dan M. Ibnu Rachman, Teori Pembuktian Menurut Fiqh Jinayat Islam, cet. I, Yogyakarta: Andi Offset, 1984, h. 99.
75
Bahwa dalam perkara tersebut terdakwa sering berperilaku kasar terhadap isterinya seperti menampar, mencekik dan terdakwa juga telah membawa wanita
lain ke rumahnya, sehingga membuat isteri marah. Terdakwa juga tidak memberikan nafkah kepada isteri dan anaknya, sehingga isteri memutuskan untuk
tinggal di rumah orang tuanya. Padahal penyebab terjadinya tindak kekerasan itu hanya karena terdakwa menanyakan baju dinas kepada isterinya dan isteri
memberikan bajunya dengan cara dilempar ke muka terdakwa. Terdakwa emosi karena isterinya melemparkan baju ke muka terdakwa, sehingga terdakwa
menampar kedua pipi isteri sebanyak empat kali. Perilaku terdakwa sebagai aparat penegak hukum tidaklah mencerminkan
sebagaimana mestinya seorang penegak hukum. Padahal terdakwa adalah seorang aparat kepolisian yang mana, terdakwa semestinya dapat memberikan contoh
kepada masyarakat terlebih lagi kepada keluarganya. Bukan sebaliknya yang melakukan kekerasan terhadap isterinya serta menelantarkan isteri dan anaknya,
dengan cara tidak memberikan nafkah lahir maupun nafkah batin. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dalam putusan Pengadilan Negeri
Nomor 1010Pid.B2009PN.Kpj. putusan tersebut tidak sah, karena tidak terbukti dan tidak sesuai dengan hukum Islam, dalam putusan ini keterangan ahli tidak
dijadikan hakim sebagai alat bukti. Padahal keterangan ahli dari hasil pemeriksaan Psikologi Yusti Silastuti Elvia S.Psi, dari RSUD Kanjuran Kepanjen
menyatakan bahwa korban mengalami depresi berat yang bisa dijadikan alat bukti
76
dalam kekerasan psikis. Hakim di sini dalam memutuskan perkaranya kurang teliti dan mencermati, karena jika setiap perkara semua hakim tidak memakai
keterangan ahli dalam pembuktian kekerasan psikis, maka tidak akan pernah kekerasan psikis pada Pengadilan Negeri bisa dibuktikan.
B. Putusan Pengadilan Agama Dalam Tinjauan Hukum Islam