d. Hiwalah
Hiwalah adalah pengalihan kewajiban dari satu pihak yang mempunyai kewajiban kepada pihak lain.
22
Hiwalah juga didefinisikan sebagai pindahnya hutang dari tanggungan seseorang kepada orang lain.
23
Landasan hukum hiwalah adalah Al – Qur’an surat Yusuf ayat 72 :
اﻮ ﺎ ﺪ
ءﺂ و ﻚ ا عاﻮ ﺎ او ﺮ
ز
“ Dan siapa yang dapat mengembalikannya, akan memperoleh bahan makanan seberat beban onta dan aku menjamin terhadapnya
Q.S. Yusuf : 72
Jenis Hiwalah berdasarkan obyeknya, ada dua :
24
1 Hiwalah ad – dain, yaitu hiwalah dimana obyeknya adalah hutang.
2 Hiwalah al – haq, yaitu hiwalah dimana obyeknya adalah piutang atau
hak penagihan.
e. Ijarah
22
Syafii Antonio M, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendikiawan h. 121.
23
Moh Rifai Dkk, Terjemah khulashah kifayatul Akhyar, h. 203.
24
Zulkifli Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, h. 30.
Ijarah secara bahasa berarti upah dan sewa. Transaksi ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah yang banyak dilakukan
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ijarah
adalah transaksi pertukaran antara ‘ayn berbentuk jasa atau manfaat dengan dayn. Dalam istilah lain, ijarah dapat juga didefinisikan
sebagai akad pemindahan hak guna atau manfaat atas barang atau jasa, melalui upah sewa tanpa diikuti pemindahan hak kepemilikan atas barang
itu sendiri.
25
Landasan hukum tentang ijarah terdapat dalam Al – Qur’an surat ayat al – Baqarah : 233.
ﻮ ﺮ ا درا ناو ̃
اذا ﻜ حﺎ آد واا فوﺮ ﺎ
ٰا ﺂ ااﻮ او
ﷲ ﻮ او
̃ ناا
ا ﷲ
نﻮ ﺎ ﺮ
“ Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu mamberikan bayaran menurut yang
patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. “
Q.S. Al – Baqarah : 233 Jenis ijarah menurut obyeknya terdiri dari :
25
Ibid., h. 42.
1 Ijarah dimana obyeknya manfaat dari barang, seperti sewa mobil,
sewa rumah, dan lain – lain. 2
Ijarah dimana obyeknya adalah manfaat dari tenaga seseorang seperti jasa taxi, jasa guru, dan lain – lain.
Harta benda yang dapat dijadikan ijarah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1 Manfaat dari obyek akad harus diketahui secara jelas. Misalnya
dengan memeriksa, atau pemilik memberikan informasi secara transparan tentang kualitas manfaat barang.
2 Obyek ijarah dapat diserah – terimakan dan dimanfaatkan secara
langsung dan tidak mengandung cacat yang menghalangi fungsinya. 3
Obyek ijarah dan pemanfaatannya haruslah tidak bertentangan dengan hukum syara’.
4 Obyek yang disewakan adalah manfaat langsung dari sebuah benda.
Misalnya sewa – menyewa rumah untuk ditempati, mobil untuk dikendarai.
5 Harta benda yang menjadi obyek ijarah haruslah harta benda yang
bersifat isti’maliy, yakni harta benda yang dapat dimanfaatkan berulang kali tanpa mengakibatkan kerusakan dzat dan pengurangan
sifat. Seperti tanah, rumah, mobil. Sedangkan harta yang bersifat istihlaki
, harta benda yang rusak atau berkurang sifatnya karena pemakaian. Seperti makanan, buku tulis.
Adapun ijarah yang mentransaksikan suatu pekerjaan atas seorang pekerja atau buruh harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1 Perbuatan tersebut harus jelas batas waktu pekerjaan, misalnya
bekerja menjaga rumah satu malam, atau satu bulan. Dan harus jelas jenis pekerjaannya, misalnya memasak, mencuci dan lain – lain.
Pendek kata diperlukan adanya job description uraian pekerjaan. 2
Pekerjaan yang menjadi obyek ijarah tidak berupa pekerjaan yang telah menjadi kewajiban pihak musta’jir pekerja sebelum
berlangsung akad ijarah, seperti kewajiban membayar hutang, mengembalikan pinjaman dan lain – lain.
Hukum Islam juga mengatur sejumlah persyaratan yang berkaitan dengan ujrah upah atau ongkos sewa sebagaimana berikut ini :
1 Upah harus berupa mal mutaqawwim dan upah tersebut harus
dinyatakan secara jelas. 2
Upah harus berbeda dengan jenis obyeknya. Menyewakan rumah dengan rumah lainnya, atau mengupah suatu pekerjaan dengan
pekerjaan yang serupa, merupakan contoh ijarah yang tidak memenuhi persyaratan ini. Karena itu hukumnya tidak sah, karena
dapat mengantarkan kepada praktek riba.
26
f. Rahn