Tujuan dan Hikmah Perkawinan

18 Dengan demikian, tentu konsep perkawinan dalam Islam tidak akan berbeda dengan yang tertera dalam undang-undang, yang membedakan hanya dalam detail syarat atau rukunnya saja. Hal ini dimungkinkan karena Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, tidak hanya diberlakukan bagi mereka yang beragama Islam tetapi juga bagi penganut agama lain. Undang- undang mensyaratkan adanya pencatatan melalui petugas dari Kantor Urusan Agama, sedangkan Islam tidak mensyaratkan itu.

B. Tujuan dan Hikmah Perkawinan

Tujuan perkawinan dalam hukum Islam dapat dipahami dari pernyataan Al-Qur’an yang menegaskan bahwa di antara tanda-tanda kekuasaan Allah Swt ialah bahwa ia menciptakan istri-istri bagi para lelaki dari jenis mereka sendiri, agar mereka merasa tenteram sakinah. Kemudian Allah menjadikan atau menumbuhkan perasaan cinta dan kasih sayang mawaddah wa rahmah di antara mereka, yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda pelajaran bagi mereka yang mau berfikir. Dalam ayat lain mengisyaratkan bahwa para istri adalah pakaian libas bagi para suami, demikian pula sebaliknya, para suami adalah pakaian bagi para istri. “Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka” Kehidupan yang tenteram sakinah di balut dengan perasaan cinta kasih yang ditopang saling pengertian di antara suami istri, karena baik suami atau istri menyadari bahwa masing-masing sebagai “pakaian” bagi pasangannya. Itulah yang sesungguhnya merupakan tujuan utama disyari’atkannya perkawinan. 19 Suasana kehidupan keluarga yang demikian, dapat diwujudkan dengan mudah apabila perkawinan dibangun di atas dasar yang kokoh, antara lain antara suami istri ada dalam sekufu’ kafa’ah. Pentingnya kafa’ah dalam perkawinan sangat selaras dengan tujuan perkawinan di atas yaitu suatu kehidupan suami istri yang betul-betul sakinah dan bahagia. Suami istri yang sakinah dan bahagia akan mampu mengembangkan hubungan yang intim dan penuh kemesraan, yang pada gilirannya akan melahirkan generasi pelanjut yang bertaqwa. Perkawinan disamping bertujuan melestarikan keturunan yang baik, juga untuk mendidik jiwa manusia agar bertambah rasa kasih sayangnya, bertambah kelembutan jiwa dan kecintaannya, dan akan terjadi perpaduan perasaan antara dua jenis kelamin. Sebab antara keduanya ada perbedaan cita rasa, emosi kesanggupan mencintai, kecakapan dan lain-lain. 5 Tujuan perkawinan menurut hukum Islam tidak jauh berbeda dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, di mana dalam Bab 1 Pasal 1 undang-undang tersebut dikatakan bahwa tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, maka yang perlu untuk dilakukan oleh suami istri adalah saling melengkapi dalam setiap kekurangan, saling menyayangi dan mengasihi. Hal ini tentu dipengaruhi ketika awal mereka memutuskan untuk menikah. Oleh sebab itu, undang-undang juga mengatakan 5 Arij binti Abdul rahman, Adil terhadap Para Istri, Jakarta : Darus Sunnah, 2002, h.32 20 bahwa pernikahan yang terjadi harus dilakukan atas dasar suka sama suka tidak ada paksaan dari pihak manapun. Hikmah perkawinan sangat berkaitan erat dengan tujuan manusia diciptakannya ke muka bumi. Tuhan menciptakan manusia dengan tujuan untuk memakmurkan bumi, di mana bumi dan segala isinya diciptakan untuk kepentingan manusia. Oleh karena itu, demi kemakmuran bumi secara lestari, kehadiran manusia sangat diperlukan sepanjang bumi masih ada. Pelestarian keturunan manusia merupakan sesuatu yang mutlak, sehingga eksistensi bumi di tengah-tengah alam semesta tidak menjadi sia-sia. Pelestarian manusia secara wajar dibentuk melalui perkawinan. Maka, demi memakmurkan bumi, perkawinan mutlak diperlukan. Ia merupakan syarat mutlak bagi kemakmuran bumi. Kehidupan manusia laki-laki tidak akan rapi, tenang dan mengasyikkan, kecuali dikelola dengan sebaik-baiknya. Itu bisa diwujudkan jika ada tangan terampil dan profesional, yaitu tangan-tangan lembut kaum perempuan, yang memang secara naluriah mampu mengelola rumah tangga secara baik, rapi dan wajar. Karena itu perkawinan disyari’atkan bukan hanya demi memakmurkan bumi, tetapi tak kalah penting adalah supaya kehadiran manusia yang teratur dan rapi dapat tercipta. Kehadiran perempuan di sisi lelaki suami melalui perkawinan sangatlah penting.

C. Pengertian Poligami