Variabel Orang Epidemiologi Deskriptif
25
dipengaruhi oleh gaya hidup dan pola makan seseorang. Bercak lemak ini sebagian mengalami regresi tetapi sebagian akan terus
berkembang menjadi plak fibrosa dan akhirnya menjadi ateroma. Proses ini muncul pada usia 20 tahun ke atas. Munculnya plak di
pembuluh darah ini menyebabkan penyempitan, sehingga ketika volume darah yang melewati pembuluh darah ini tetap, maka
akan muncul kenaikan tekanan darah Price Wilson, 2006. Perubahan struktur dan fungsional pada sistem perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang kemudian menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa jantung, mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan
perifer Bruner dan Suddarth, 2001 dalam Sagala, 2010. b.
Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah istilah yang mengacu pada status
biologis seseorang, terdiri dari tampilan fisik yang membedakan antara pria dengan wanita; misalnya, struktur genetik kromosom
seks, hormon seks, organ kelamin interna dan genitalia eksterna Henderson, 2005. Pada umumnya insidens pria lebih tinggi
daripada wanita, namun pada usia pertengahan dan lebih tua,
26
insidens pada wanita mulai meningkat, sehingga pada usia di atas 65 tahun, insidens pada wanita lebih tinggi Tambayong, 2000.
Banyak penelitian juga telah menyatakan ada hubungan antara jenis kelamin dengan hipertensi, seperti penelitian yang dilakukan
oleh Wahiduddin, dkk 2012 yang menyatakan bahwa sebagian besar kasus hipertensi berjenis kelamin laki-laki.
Wanita penderita hipertensi diakui lebih banyak dari pada laki-laki. Tetapi wanita lebih tahan dari pada laki-laki tanpa
kerusakan jantung dan pembuluh darah. Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada wanita.
Pada pria hipertensi lebih banyak disebabkan oleh pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan. Sampai usia
55 tahun pria beresiko lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan wanita. Menurut Edward D. Frohlich seorang pria
dewasa akan mempunyai peluang lebih besar yakni satu di antara 5 untuk mengidap hipertensi Sustrani, 2006.
Munculnya perbedaan risiko seseorang terkena hipertensi berdasarkan jenis kelamin dikarenakan adanya perbedaan hormon
yang dihasilkan antara pria dan wanita. Adanya hormon estrogen sebelum awitan menopause dianggap merupakan faktor pelindung
utama untuk menghindari timbulnya penyakit kardiovaskular PriceWilson, 2006.
27
c. RasSuku
Secara garis besar ras penduduk dunia dibagi berdasarkan warna kulit yaitu kelompok Kaukasia, Negroid, dan Mongoloid.
Ada penyakit yang diturunkan secara genetik pada ras tertentu seperti Sickle Cell Anemia pada ras Negroid, kanker lambung
pada orang Amerika keturunan Jepang dan Hemofilia pada keturunan Tsar Rusia. Selain faktor keturunan, terdapat faktor lain
yang ikut mempengaruhi terjadinya penyakit atau kematian pada ras dan etnis tertentu, seperti adat istiadat, kebudayaan, gaya
hidup, hobi, dan lain-lain Chandra, 2009. Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua
kalinya pada yang berkulit putih. Akibat penyakit ini umumnya lebih berat daripada yang berkulit hitam Tambayong, 2000. Ras
di Indonesia tidak terlalu beragam. Sebagian besar ras orang Indonesia adalah ras Mongoloid, bagian dari ras Asia Sumolang,
2010. Namun, jika berbicara mengenai ras, maka Indonesia memiliki keragaman lain, yakni suku. Keragaman suku yang ada
di Indonesia mempengaruhi ragam kuliner yang ada. Dalam bidang makanan, apa yang kita konsumsi tidak
hanya masalah ekonomi atau lingkungan tetapi juga merupakan suatu kategori budaya sehingga menjadi salah satu faktor
penyebab penyakit degeneratif hipertensi Fitriani, 2012. Kebudayaan yang melekat dalam suatu masyarakat mengenai
makanan, terkadang tidak mempertimbangkan nilai gizi yang
28
terkandung di dalam makanan tersebut, sehingga masyarakat tersebut rentan terkena penyakit yang disebabkan oleh suatu zat
makanan tertentu. d.
Konsumsi Makanan Tertentu Konsumsi makanan yang mempengaruhi tekanan darah
adalah konsumsi makanan bergaram tinggi, berlemak, atau berkolesterol tinggi. Konsumsi makanan yang seperti ini
mengandung zat-zat yang dapat meningkatkan tekanan darah seperti natrium dan kolesterol.
Studi epidemiologi pada berbagai populasi menunjukkan adanya peranan garam dalam kejadian hipertensi. Masyarakat
perdesaan yang mengkonsumsi garam dalam jumlah kecil 70mEqhari terbukti memiliki riwayat hipertensi yang lebih
rendah, yang mengalami peningkatan tekanan darah seiring dengan meningkatnya umur dan modernisasi masyarakat.
Populasi lain dari 24 komunitas memiliki kebiasaan konsumsi jumlah natrium yang berbeda, yaitu 100 mEq24 jam,
berhubungan dengan penurunan 10 mmHg TDS pada orang dewasa berumur 60-69 tahun. Peningkatan TDS karena penuaan
umur 30 tahun berkurang 9 mmHg dan peningkatan TDD berkurang 4.5 mmHg jika rata-rata konsumsi natrium lebih
rendah dari 100 mEq hari Krummel 2004. Salah satu rekomendasi pencegahan hipertensi di Amerika adalah dengan
29
membatasi konsumsi garam 6 ghari 100 mEq atau 2400 mg Na per hari Aisyiyah, 2009.
WHO 1990 menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari sama dengan 2400 mg Natrium.
Konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan darah. Masyarakat yang mengkonsumsi garam yang tinggi dalam pola
makannya juga adalah masyarakat dengan tekanan darah yang meningkat seiring bertambahnya usia. Sebaliknya, masyarakat
yang konsumsi garamnya rendah menunjukkan hanya mengalami peningkatan tekanan darah yang sedikit, seiring dengan
bertambahnya usia Beevers et al, 2002. Natrium bersama klorida yang terdapat dalam garam dapur
dalam jumlah normal dapat membantu tubuh mempertahankan keseimbangan cairan tubuh untuk mengatur tekanan darah.
Namun natrium dalam jumlah yang berlebih dapat menahan air retensi, sehingga meningkatkan volume darah. Akibatnya
jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya dan tekanan darah menjadi naik Sustrani, 2006.
Konsumsi jenis pangan yang digoreng deep frying berpengaruh meningkatnya asupan energi dari lipid. Makanan
yang digoreng memiliki rasa yang gurih, renyah, enak dan kaya lemak. Hal ini menyebabkan seseorang ingin makan terus
menerus, sehingga memiliki densitas energi yang tinggi dan tingkat kepuasan yang rendah. Rendahnya tingkat kepuasan dapat
30
berpengaruh terhadap kemampuan respon insulin dan leptin, hormon yang menstimulasi rasa lapar-kenyang Aisyiyah, 2009.
Konsumsi pangan tinggi lemak juga dapat menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah
yang dikenal
dengan aterosklerosis. Lemak yang berasal dari minyak goreng tersusun
dari asam lemak jenuh rantai panjang long-saturated fatty acid. Keberadaannya yang berlebih di dalam tubuh akan menyebabkan
penumpukan dan pembentukan plak di pembuluh darah. Pembuluh darah menjadi semakin sempit dan elastisitasnya
berkurang. Kandungan lemak atau minyak yang dapat mengganggu kesehatan jika jumlahnya berlebih lainnya adalah:
kolesterol, trigliserida, low density lipoprotein LDL Almatsier 2003
e. Konsumsi Sayur dan Buah
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kerusakan pembuluh darah bisa dicegah dengan mengkonsumsi antioksidan
sejak dini. Dalam hal ini antioksidan mampu menangkap radikal bebas dan mencegah dimulainya proses kerusakan pembuluh
darah. Radikal bebas adalah suatu molekul oksigen dengan atom pada orbit terluarnya memiliki elektron yang tidak berpasangan.
Karena kehilangan pasangannya itu, molekul lalu menjadi tidak stabil, liar, dan radikal. Dalam hal ini, antioksidan mampu
menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektronnya dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari
31
pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan stress oksidatif. Antioksidan terbagi atas dua jenis, yakni antioksidan
endogen dan eksogen. Antioksidan endogen berupa enzim dalam tubuh, misalnya superoksida dismutase SOD, glutathion, dan
katalase. Sedangkan, antioksidan eksogen mencakup beta karoten, vitamin C, vitamin E, zinc Zn, dan selenium Se. Menkonsumsi
sayur-sayuran dan buah-buahan dalam porsi yang memadai akan menjadi sumber asupan antioksidan bagi tubuh Almatsier 2003.
Konsumsi buah dan sayur 400 gram per hari dapat menurunkan risiko hipertensi dengan semakin bertambahnya
umur. Hal ini tidak saja disebabkan oleh aktivitas antioksidan dalam buah dan sayur, tetapi juga karena adanya komponen lain
seperti serat, mineral kalium, dan magnesium. Orang yang mengkonsumsi buah dan sayur biasanya memiliki kebiasaan yang
lebih sehat, seperti: melakukan aktivitas fisik lebih banyak, tidak merokok, dan tidak mengkonsumsi alkohol; yang secara
keseluruhan dapat menurunkan risiko hipertensi Dauchet et al. 2007. Pasien hipertensi dianjurkan mengkonsumsi sayur dan
buah yang mengandung serat pangan minimal 30 mghari Hartono 2006.
Tingginya konsumsi biji-bijian dengan kulit berhubungan dengan penurunan hipertensi pada orang dewasa dan lansia
wanita Wang et al. 2007. Konsumsi tinggi sayur dan buah serta rendah karbohidrat dan lemak dapat digunakan sebagai pola
32
makan untuk penurunan berat badan. Penelitian yang dilakukan oleh Ledikwe et al. 2007 pada 810 orang penderita prehipertensi
dan hipertensi ringan, menemukan hubungan nyata antara konsumsi pangan yang memiliki densitas energi rendah dengan
penurunan berat badan p0.001. Pola konsumsi rendah densitas energi dapat menurunkan asupan energi dan penurunan berat
badan. Pola konsumsi rendah densitas energi dapat dilakukan dengan peningkatan konsumsi buah, sayur, serat, vitamin dan
mineral. Serat
pangan dapat
membantu meningkatkan
pengeluaran kolesterol melalui feces dengan jalan meningkatkan waktu transit bahan makanan melalui usus kecil. Selain itu,
konsumsi serat sayuran dan buah akan mempercepat rasa kenyang. Keadaan ini menguntungkan karena dapat mengurangi
pemasukan energi dan obesitas, dan akhirnya akan menurunkan risiko hipertensi Krisnatuti Yenrina 2005.
Kesibukan dan aktivitas tinggi pada masyarakat yang bekerja dan tinggal di daerah perkotaan menuntut gaya hidup
yang serba cepat dan instan. Keadaan yang seperti ini dimanfaatkan oleh produsen makanan cepat saji. Oleh karena itu,
tumbuh suburlah restoran-restoran cepat saji di daerah perkotaan. Genis Ginanjar,2009.
Pola makan masyarakat perkotaan tidak seimbang yaitu karbohidrat tinggi terutama gula dan lemak pada masyarakat
perkotaan menimbulkan masalah gizi lebih, selain itu pola makan
33
yang tidak seimbang ini juga meningkatkan timbulnya penyakit degenerative, misalnya hipertensi, diabetes, dan jantung.
Rahmat,2004. f.
Perilaku Merokok Asap rokok CO memiliki kemampuan menarik sel darah
merah lebih kuat dari kemampuan menarik oksigen, sehingga dapat menurunkan kapasitas sel darah merah pembawa oksigen ke
jantung dan jaringan lainnya. Laporan dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa upaya menghentikan kebiasaan merokok
dalam jangka waktu 10 tahun dapat menurunkan insiden penyakit jantung koroner PJK sekitar 24.4 Karyadi 2002.
Tandra 2003 menyatakan bahwa nikotin mengganggu sistem saraf simpatis yang mengakibatkan meningkatnya
kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga meningkatkan frekuensi denyut jantung,
tekanan darah, dan kebutuhan oksigen jantung; merangsang pelepasan adrenalin, serta menyebabkan gangguan irama jantung.
Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya.
Merokok dapat mengubah metabolisme kolesterol ke arah aterogenik. Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol darah
dan dapat menurunkan kadar HDL Rokok dapat meningkatkan kadar LDL dalam darah dan menurunkan kada HDL.
Framingham Heart Study yang meneliti pria dan wanita sekitar 20
34
– 49 tahun dilaporkan bahwa kadar kalesterol HDL lebih rendah 4.5
– 6.5 pada perokok, dan pada studi lain dilaporkan bahwa pria yang merokok lebih dari 20 batang sehari akan mengalami
penurunan HDL hingga 11 dibandingkan bukan perokok Karyadi 2002. Selain itu, merokok juga dapat meningkatkan
pengaktifan platelet sel-sel penggumpal darah Khomsan 2004. Risiko merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang
dihisap per hari, dan bukan pada lama merokok. Seseorang yang merokok lebih dari satu pak rokok sehari menjadi dua kali lebih
rentan terhadap penyakit aterosklerosis daripada mereka yang tidak merokok. Yang diduga menjadi penyebab adalah pengaruh
nikotin terhadap pelepasan katekolamin oleh sistem saraf otonom. Namun efek nikotin tidak bersifat kumulatif, mantan perokok
tampaknya berisiko rendah seperti pada bukan perokok PriceWilson, 2006.
g. Konsumsi Alkohol
Konsumsi alkohol diakui sebagai faktor penting yang berhubungan dengan tekanan darah. Kebiasaan konsumsi alkohol
harus dihilangkan untuk menghindari peningkatan tekanan darah Hartono 2006. Jika dibandingkan dengan orang yang bukan
peminum alkohol, maka terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal tingginya tekanan darah. Konsumsi alkohol 3 kali per
hari dapat menjadi pencetus meningkatnya tekanan darah, dan berhubungan dengan peningkatan 3 mmHg. Konsumsi alkohol
35
seharusnya kurang dari 2 kali per hari 24 oz bir, 10 oz wine, atau 2 oz whiskey murni pada laki-laki untuk pencegahan
peningkatan tekanan darah. Bagi perempuan dan orang yang memiliki berat badan berlebih, direkomendasikan tidak lebih dari
1 kali minum per hari Krummel 2004. Namun akan lebih baik jika konsumsi alkohol tidak dilakukan.
h. Perilaku Sedentari
Perilaku sedentari merupakan perilaku berisiko terhadap salah satu terjadinya penyakit penyumbatan pembuluh darah,
penyakit jantung dan bahkan mempengaruhi umur harapan hidup. Perilaku sedentari adalah perilaku santai antara lain duduk,
berbaring, dan lain sebagainya dalam sehari-hari baik di tempat kerja kerja di depan komputer, membaca, dll, di rumah nonton
TV, main game, dll, di perjalanan transportasi bis, kereta, motor, tetapi tidak termasuk waktu tidur Kemenkes, 2013.
i. Kurang Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas
fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan
tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh
Supariasa 2001.
36
Seseorang dengan aktivitas fisik yang kurang, memiliki kecenderungan 30-50 terkena hipertensi daripada mereka
yang aktif. Penelitian dari Farmingharm Study menyatakan bahwa aktivitas fisik sedang dan berat dapat mencegah kejadian
stroke. Selain itu, dua meta-analisis yang telah dilakukan juga menyebutkan hal yang sama. Hasil analisis pertama
menyebutkan bahwa berjalan kaki dapat menurunkan tekanan darah pada orang dewasa sekitar 2 Kelley 2001. Analisis
kedua pada 54 randomized controlled trial RCT, aktivitas aerobik menurunkan tekanan darah rata-rata 4 mmHg TDS dan
2 mmHg TDD pada pasien dengan dan tanpa hipertensi Whelton et al. 2002. Peningkatan intensitas aktivitas fisik, 30
– 45 menit per hari, penting dilakukan sebagai strategi untuk
pencegahan dan pengelolaan hipertensi. Olah raga atau aktivitas fisik
yang mampu
membakar 800-1000
kalori akan
meningkatkan high density lipoprotein HDL sebesar 4.4 mmHg Khomsan 2004.
Kemajuan teknologi seperti transportasi dan alat bantu komunikasi berkontribusi pada meningkatnya prevalensi
kegemukan. Tersedianya sarana transportasi membuat orang lebih memilih naik kendaraan daripada berjalan kaki walaupun
pada jarak yang tidak jauh. Orang lebih memilih naik eskalator atau lift daripada naik tangga. Selain itu, diciptakannya mesin-
mesin yang dapat menggantikan tugas manusia semakin
37
membuat ”manja”, serta membuat enggan mengeluarkan tenaganya. Akibatnya aktivitas fisik menurun yang berarti
makin sedikit energi yang digunakan dan makin banyak energi yang ditimbun Rimbawan dan Siagian 2004. Hasil analisis
Korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas fisik pengeluaran energi dengan status gizi remaja
p0.01. Hal ini membuktikan bahwa semakin aktif secara fisik maka kemungkinan semakin baik status gizi Amelia 2008.
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olahraga isotonik dan teratur dapat
menurunkan tekanan darah. Kurangnya melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika
asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi Arjatmo Hendra, 2001. Meskipun tekanan darah
meningkat secara tajam ketika sedang berolahraga, namun jika berolahraga secara teratur akan lebih sehat dan memiliki tekanan
darah lebih rendah dari pada mereka yang melakukan olah raga. Olahraga yang teratur dalam jumlah sedang lebih baik dari pada
olahraga berat tetapi hanya sekali Beevers et al, 2002. j.
Indeks Massa Tubuh IMT Indeks massa tubuh dipakai sebagai standar klinis dalam
menilai kelebihan bobot badan dan obesitas seseorang. IMT didefinisikan sebagai bobot badan dalam kilogram dibagi
dengan luas permukaan tubuh yang diukur dalam meter. IMT
38
biasanya dinyatakan tanpa satuan, namun satuan yang disepakati adalah kgm
2
Ansel, 2006. Hubungan antara kelebihan berat badan dengan hipertensi
dapat dijelaskan sebagai perubahan fisiologis, yaitu resistensi insulin dan hiperinsulinemia; aktivasi sistem saraf simpatik dan
sistem renin-angiotenin; serta perubahan organ ginjal. Peningkatan
asupan energi
juga berhubungan
dengan peningkatan insulin plasma, yang berperan sebagai faktor
natriuretik dan menyebabkan peningkatan reabsorbsi natrium ginjal sehingga menyebabkan meningkatnya tekanan darah
Krummel 2004. Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnya
cenderung tinggi karena seluruh organ tubuh dipacu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan energi yang lebih besar
jantungpun bekerja ekstra karena banyaknya timbunan lemak yang menyebabkan kadar lemak darah juga tinggi, sehingga
tekanan darah menjadi tinggi Cara mudah untuk mengetahui termasuk obesitas atau tidak yaitu dengan mengukur Indeks
Masa Tubuh IMT Rumus untuk IMT adalah berat badan kg dibagi dengan tinggi badan dikuadratkan m
2
Soeharto, 2001. . Obesitas mempengaruhi tekanan darah karena obesitas
meningkatkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen dan berperan dalam gaya hidup pasif. Lemak tubuh yang berlebihan
39
terutama obesitas abdominal dan ketidak-aktifan fisik berperan dalam terbentuknya resistensi insulin Pricewilson, 2006.
k. Faktor Genetik
Kasus hipertensi esensial 70-80 diturunkan dari orang tuanya. Apabila riwayat hipertensi di dapat pada kedua orang
tua maka dugaan hipertensi esensial lebih besar bagi seseorang yang kedua orang tuanya menderita hipertensi ataupun pada
kembar monozygot sel telur dan salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut kemungkinan besar menderita
hipertensi. Penelitian yang dilakukan pada orang kembar yang dibesarkan secara terpisah atau bersama dan juga terdapat pada
anak-anak bukan adopsi telah dapat mengungkapkan seberapa besar tekanan darah dalam keluarga yang merupakan akibat
kesamaan dalam gaya hidup. Berdasarkan penelitian tersebut secara kasar, sekitar separuh tekanan darah di antara orang-
orang tersebut merupakan akibat dari faktor genetika dan separuhnya lagi merupakan akibat dari faktor pola makan sejak
masa awal kanak-kanak Beevers et al, 2002. l.
Stress Stress dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang
mengatur fungsi
saraf dan
hormon, sehingga
dapat meningkatkan denyut jantung, menyempitkan pembuluh darah,
dan meningkatkan retensi air dan garam Syaifuddin 2006. Pada saat stress, sekresi katekolamin semakin meningkat
40
sehingga renin, angiotensin, dan aldosteron yang dihasilkan juga semakin meningkat Klabunde 2007. Peningkatan sekresi
hormon tersebut berdampak pada peningkatan tekanan darah. Faktor psikososial dari waktu terdesaktidak sabar, prestasi
kerja, kompetisi, permusuhan, depresi dan rasa gelisah berhubungan dengan kejadian hipertensi. Studi kohort pada
orang dewasa berusia 18-30 tahun menunjukkan adanya hubungan nyata antara tingginya waktu terdesaktidak sabar dan
permusuhan terhadap kejadian hipertensi pada keseluruhan sampel yang diikuti selama 15 tahun. Nilai OR dari
perbandingan waktu terdesaktidak sabar terhadap skor terendah sebesar 1.51 95 CI, 1.12-2.03 p0.01, dan permusuhan 1.06
95 CI, 0.76-1.47 p0.01 Yan et al. 2003. Penelitian Gangwisch et al. 2006 pada subjek berusia 32-59 tahun
menyebutkan bahwa waktu tidur yang sedikit ≤ 5 jam per
malam, berhubungan nyata dengan peningkatan kejadian hipertensi hazart rasio, 2.19; 95 CI, 1.58-2.79.
Hampir semua orang di dalam kehidupan mereka mengalami stress berhubungan dengan pekerjaan mereka. Hal
ini dapat dipengaruhi karena tuntutan kerja yang terlalu banyak bekerja terlalu keras dan sering kerja lembur dan jenis
pekerjaan yang harus memberikan penilaian atas penampilan kerja bawahannya atau pekerjaan yang menuntut tanggungjawab
bagi manusia. Stres pada pekerjaan cenderung menyebabkan
41
hipertensi berat. Sumber stres dalam pekerjaan Stressor meliputi beban kerja, fasilitas kerja yang tidak memadai, peran
dalam pekerjaan yang tidak jelas, tanggungjawab yang tidak jelas, masalah dalam hubungan dengan orang lain, tuntutan kerja
dan tuntutan keluarga Smet, 1994. Beban kerja meliputi pembatasan jam kerja dan
meminimalkan kerja shift malam. Jam kerja yang diharuskan adalah 6-8 jam setiap harinya. Sisanya 16-18 jam setiap
harinya digunakan untuk keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Dalam satu minggu seseorang bekerja
dengan baik selama 40-50 jam, lebih dari itu terlihat kecenderungan yang negatif seperti kelelahan kerja, penyakit
dan kecelakaan kerja Suma’ mur, 1998 dalam Wahyudi, 2014. Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam waktu yang
pendek, tetapi kemungkinan bukan penyebab meningkatnya tekanan darah dalam waktu yang panjang. Dalam suatu
penelitian, stres yang muncul akibat mengerjakan perhitungan aritmatika dalam suatu lingkungan yang bising, atau bahkan
ketika sedang menyortir benda berdasarkan perbedaan ukuran, menyebabkan lonjakan peningkatan tekanan darah secara tiba-
tiba Beevers et al, 2002.